16

4.9K 497 132
                                    


Hai....hai....hai....

Saya double up nih wkwkwk...
Karena saya lagi happy...
Part ini panjang lo...

Senang gak? Senang dong pasti? Wkwkwk pd nya diriku🤭...

S

elamat membaca

***

Sakura menegang mendengar nama yang disebut oleh Naruto. Naruto... mengetahuinya? Uchiha Ryuta adalah anaknya bersama Uchiha Shisui. Ya, Sakura pergi bersama Shisui.

"Lantas kau datang kemari seenaknya saja meminta membatalkan pernikahanku. Walau aku dipaksa oleh Nenek menikah dengan gadis Hyuga itu, setidaknya dia jauh lebih baik darimu Sakura." Lagi. Naruto membungkam Sakura dengan fakta.

"Maafkan aku Naruto... Ya, kau benar Uchiha Ryuta adalah anakku dan Shisui. Aku melupakan siapa dirimu, harusnya aku sadar kau akan dengan mudah menemukanku." Ucap Sakura dengan tangis yang masih setia.

Naruto, jika bisa ia sangat ingin menjauh dari Sakura. Tapi, janji yang ia ucapkan pada orang tua Sakura tidak bisa ia ingkari. Bagaimana pun juga, Naruto sudah menanggap mereka layaknya orang tuanya sendiri.

"Kau juga menyuruh orang untuk mencari tau tentang Hinata? Untuk apa Sakura? Kau bisa langsung bertanya padaku apa yang ingin kau ketahui." Ujar Naruto sengit, saat anak buahnya melaporkan ada seseorang tengah mengawasi Hinata juga membuat Naruto sempat bingung, siapa? Mengapa orang itu mengawasi Hinata. Dan saat anak buahnya itu mengatakan kalau orang itu adalah utusan Sakura, membuat Naruto marah. Untuk apa Sakura melakukan itu?

Sakura tak bisa menjawab pertanyaan Naruto. Naruto rasa pembicaraan ini sudah melewati batasnya.

"Pulanglah, Sakura." Sakura memandang Naruto. Naruto mengusirnya? Benarkah? Ia tak bisa percaya?

"Kau... Mengusirku Naruto?"

"Ck... Bukan, aku hanya ingin segera menyelesaikan pekerjaanku Sakura. Karena aku akan mengambil cuti satu minggu setelah ini." Jawab Naruto tanpa memandang Sakura, safirnya sudah mulai serius menatap layar laptopnya.

"Cuti... Satu minggu?" Batin Sakura. Sudut bibirnya terangkat satu, senyum licik tercetak disana.

"Baiklah, aku akan pergi." Ujar Sakura.

Naruto tidak menjawab, ia sudah sepenuhnya fokus pada layar laptop.

Sakura melangkah pergi tanpa menoleh lagi kebelakang. Menutup pintu ruangan Naruto.

"Aku... Tak rela kau dengan yang lain Naruto. Mari sedikit bermain." Inner Sakura, dalam otaknya sudah tersusun rencana. Dia tidak mau kehilangan Naruto. Tidak akan pernah.
.
.
.
Hari ini adalah hari pernikahan Naruto dan Hinata digelar, tak mewah, hanya beberapa saja yang mereka undang. Mito tak mau, cucu menantunya itu kelelahan. Dan berakibat fatal bagi cicitnya. Oh... Membayangkan Hinata dan cicitnya yang kelelahan saja membuat hati Mito meringis. Tidak. Tidak boleh terjadi, ia sangat menyayangi mereka berdua.

Semua berjalan lancar, terasa hikmat. Hinata harus menerima kenyataan pahit sekali lagi, bahwa keluarga Namikaze belum menerimanya. Hinata tidak tau saja, kalau dia adalah yang tersayang bagi Nyonya Besar Namikaze. Mito memang masih menyembunyikan rasa sayangnya yang berlebih pada gadis Hyuga itu. Dua tahun, Mito menugaskan kaki tangannya untuk mengawasi dan melaporkan gerak gerik Hinata padanya. Bukan tanpa sebab, Mito melakukan itu semua, karena Mito bisa melihat pancaran ketulusan dalam setiap pandangan mata Hinata yang selalu berkunjung ke Mansion Namikaze saat masih menjadi kekasih Menma. Ketulusannya dalam menolong sesama yang tanpa pamrih, dan banyak lagi.

Delayed LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang