4

4K 488 75
                                    

Saya tau cerita saya gaje..
Silakan yang ingin mampir hehehe
Dibaca dulu, siapa tau suka.

Dan yang tidak suka, boleh kembali pulang. Pintunya ada dipojok kanan bawah😁.

Hanya Author yang sedang belajar.

Happy Reading...

***

Akhirnya tangis itu pecah juga. Sekuat apapun Hinata berusaha tegar nyatanya ia tetap lemah. Tangisan Hinata terdengar pilu. Siapapun yang mendengarnya pasti akan ikut merasakan pilu dihatinya. Bolehkan kali ini saja Hinata menangis? Setelah sekian lama ia menahannya. Bolehkah kali ini saja? Hinata meraung, tak apa walau sendiri, Hinata ingin membebaskan sesak dihatinya. Bolehkan? Tidak salah kan? Tuhan, kali ini saja. Menangis tersedu membiarkan tangis perih menguasainya saat ini. Menangis terduduk, Hinata memukul dadanya, memukul tanah seakan hanya mereka yang mau menjadi pelampiasan Hinata. Puas. Puas menangis.

Hinata mencoba bangun dari duduknya, ada hal yang lebih penting dari sekedar meratapi apa yang baru saja terjadi. Hinata harus bergegas membersihkan diri dan berangkat kerja, kalau terlambat lagi maka gajinya akan dipotong. Tidak. Hinata tidak mau gajinya dipotong, ia butuh biaya besar untuk masuk ke Universitas.

Membersihkan dirinya dari sisa -sisa air selokan, Hinata berjalan tertatih kearah lokernya. Disana, Hinata menyimpan sabun dan shampo juga beberapa baju ganti. Jangan heran, mengapa loker Hinata berisi seperti itu. Karena Shizuka yang kerap membullynya Hinata selalu membawa baju ganti serta peralatan lainnya agar ia bisa langsung berangkat bekerja.

Setelah membersihkan dirinya, Hinata menuju sepeda bututnya yang terparkir disebelah pos satpam.

"Permisi pak..." ucap Hinata sopan sambil membungkukkan badan.

"Hm..." Satpam itu hanya menanggapi seadanya karena ia sedang fokus dengan acara tinju yang beliau tonton ditelevisi portabel.

Hinata yang sudah biasa diperlakukan seperti itu hanya tersenyum maklum lalu mengambil sepedanya dan mengayuhnya menjauh dari Sekolah.

Mengayuh dengan kecepatan lumayan agar cepat sampai pada tujuannya.

"Kami-sama, jika memang masih boleh aku menghaturkan doa padamu, hanya satu yang ingin aku utarakan. Kami-sama jagalah ibuku disana sampai aku bisa mewujudkan impiannya. Kaa-san, lihatlah... Anakmu ini akan berjuang mewujudkan mimpimu. Dan juga Bibi Kurenai, aku akan menunjukkan kalau aku bisa Bi, Bisa menggapai apa yang ibuku cita-citakan dengan usaha dan kemampuanku sendiri. Yyyoossshhhaa..." Hinata menambah kecepatan kayuhannya, menegakkan badan saat mengayuh, semangatnya terpatik kala teringat keinginan Hikari. Tunggu saja. Tunggu pembuktian dari seorang Hyuga Hinata.

***

"Menma...." Panggil Khusina pada anak bungsunya itu.

"Ya, ada apa Kaa-san?" Sahut Menma yang akan melangkah menaiki tangga.

"Hinata... Kemana anak itu? Sudah lama Kaa-san tidak melihatnya datang kemari?" Khusina bertanya dengan menatap anak bungsunya lekat. Khusina hanya heran saja tak biasanya Hinata absen datang ke rumahnya untuk membersihkan kamar Menma, mencuci baju Menma atau sekedar mengganggu Menma. Tapi, kali ini Hinata sudah tak datang 2 bulan lamanya. Apa mereka sudah berakhir? Khusina tak tau.

Delayed LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang