Selamat membaca...
Sakura mencari-cari dimana keberadaan Naruto, mata Emeraldnya berkeliaran keseluruh sudut ball room hotel, tapi gadis itu tak jua menemukan sahabat kecilnya itu.
Mito yang berada tak jauh dari sana, memandang tak suka pada gadis berambut soft pink ini. Entah... Mito hanya tak suka.
"Carilah sesukamu, cucuku sedang memproses Namikaze Junior haha." Batin Mito tertawa nista.
Pesta usai pada pukul 1 dinihari. Semua sudah pulang kembali ke asal mereka, begitu pun dengan keluarga Namikaze. Sesampainya mereka semua di Mansion, mereka segera masuk kedalam kamar masing-masing karena tubuh yang memang sudah terasa lelah. Tanpa sadar bahwa anggota keluarga mereka tidaklah lengkap.
Menma bergegas membersihkan dirinya, entah mengapa... hatinya resah, seperti ada yang mengusik tapi tak tahu apa itu. Menggosok rambut hitamnya pelan. Ia jadi teringat Hinata yang sangat suka mengeringkan rambutnya serta memberi pijatan lembut dikepalanya, tak dapat dipungkiri pijatan Hinata memberikan kenyamanan.
Menggantung handuk kembali ketempat semula, tangannya berhenti kala ucapan Hinata terngiang.
Menma-kun, taruh kembali handuknya digantungan setelah mandi. Kenapa kau susah sekali sih...
Menma terkekeh saat mengingat itu. Hinata akan cerewet jika itu berhubungan dengan disiplin dan kerapian. Hinata memang mencintainya tapi lebih mencintai kebersihan dan keindahan.
Mencintai ya?
Menma menghela nafas, membaringkan tubuhnya pada kasur. Entahlah... Semakin hari Menma semakin teringat akan Hinata, sudut kamar ini punya banyak kenangan tentang Hinata.
***
Naruto memandang langit-langit kamar hotel, pikirannya menerawang jauh. Apa yang baru saja dia lakukan semalam? Menghabiskan malam bersama seorang gadis remaja? Yang bahkan belum tamat SMA.
Menoleh pada gadis disampingnya, Naruto sadar sudah merenggut harta paling berharga milik Hinata. Naruto menggeram, sadar jika semua ini sudah direncanakan. Naruto menjamin dengan pasti, bahwa Hinata pun dalam pengaruh obat laknat itu juga.
Mengubah posisinya, kini ia berbaring miring menghadap Hinata. Memandang wajah yang terlelap itu, memperhatikan hidungnya, kelopak mata yang putih, pipinya yang tembam dan juga bibirnya yang mungil. Naruto meringis, saat melihat bibir Hinata yang masih sedikit bengkak, itu ulahnya tadi malam. Dirinya mengakui tubuh Hinata mempunyai porsi yang pas, andai saja tubuh itu sedikit lebih berisi pasti akan sempurna.
Beranjak bangun dari rebahannya. Naruto menyambar boxer, lalu menuju ke kamar mandi. Badannya lengket, Naruto juga mengakui bercinta dengan Hinata semalam adalah percintaan terbaiknya. Hey... Naruto memang belum merasakan cinta, tapi bukan berarti dia tidak butuh sexs.
Setelah selesai mandi, Naruto menggunakan jubah mandi yang tersedia lalu berjalan kearah jendela kamar Hotel. Iris safirnya memandang jauh pada tatanan kota Konoha yang apik. Meraih minuman kaleng yang sempat ia ambil di lemari pendingin tadi. Matanya teralihkan pada gadis yang masih terlelap itu.
Apa aku keterlaluan semalam? Sampai-sampai dia belum bangun.
Naruto melihat tangan Hinata bergerak, memalingkan kembali pandangnnya keluar jendela. Hinata perlahan membuka matanya. Pertama yang ia rasakan adalah semua badannya terasa sakit, serta bagian bawahnya nyeri dan kakinya sulit digerakan. Hinata terbelalak. Apa aku lumpuh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Delayed LOVE
RomanceSebenarnya saya gak terlalu bisa membuat deskripsi, tapi saya akan berusaha sebaik mungkin membuat deskripsi disini. ... Hinata. Gadis lugu dan polos harus merasakan kerasnya kehidupan dunia. Dibenci, dihina, direndahkan dan selalu dipandang jijik o...