6

4.3K 486 86
                                    


Selamat membaca....

***

Sasuke. Terkesiap saat Sasori bertanya padanya. Sedang apa disini? Ingin mengatakan cinta tapi didahului olehmu. Begitukah? Tidak. Sasuke harus bisa memberi alasan yang masuk akal.

"Aku?" Tunjuk Sasuke pada dirinya sendiri.

"Ya. Kau menghentikan Hinata tadi. Ada perlu dengannya?" Timpal Sasori lagi.

"Oh. Tidak jadi." Ujar Sasuke. Sebenarnya Sasuke hanya tak menemukan alasan untuk menjawab pertanyaan Sasori. Setelah mengatakan itu, Sasuke berbalik badan dan menjauh tanpa kata lagi.

"Aneh sekali. Uchiha Sasuke bersikap seperti itu." Monolog Sasori sendiri. Hinata yang berada didekatnya hanya menganggukkan kepalanya.

"Baiklah Hinata, selamat belajar ya. Semangat...!" Sasori tersenyum hangat saat memberi Hinata kata-kata penyemangat. Menanggapinya hanya dengan senyuman manis. Sasori beranjak dari kelas Hinata. Andai, kau yang aku cintai, Sasori.

Setelah drama pagi hari yang dilakoni oleh Sasori. Para siswa KHS melanjutkan kegiatan belajar mereka. Jam istirahat kali ini Hinata akan pergi ke perpustakaan, ada beberapa buku yang ingin ia pinjam. Menjelang kelulusan seperti ini, memang sangat sibuk untuk mempersiapkan Ujian Akhir.

Mencari buku yang dirinya butuhkan pada rak -rak yang tertata rapi. Mengambil buku yang ia butuhkan lalu membawanya ke meja untuk Hinata baca sebentar. Hinata sadar, ia harus lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Hanya disaat sekolah seperti inilah waktunya banyak untuk belajar, karena jika sudah ada didunia luar sekolah, Hinata akan fokus pada pekerjaannya saja.

Fokus membaca hingga Hinata terhanyut didalamnya. Merangkum beberapa kata yang penting, menuliskannya dalam note kecil yang ia bawa. Hinata terlalu fokus, hingga tak menyadari seseorang sedang mengamatinya lekat.

Pemuda ini dengan santai memperhatikan objek intaiannya. Sudah lama sejak hari itu, dirinya tak lagi bertegur sapa dengan mantan kekasihnya ini. Mengamati wajah sang mantan yang serius dengan bukunya, sesekali kepalanya manggut-manggut juga tangan yang bergerak lincah mencatat yang ia butuhkan.

"Lama tak jumpa Hinata." Ujar Menma, Menma akhirnya menyapa Hinata lebih dulu. Entah mengapa ia melakukan ini. Rindukah?

Hinata mengalihkan fokusnya dari buku saat mendengar suara yang sudah lama tak masuk dalam indera pendengarnya. Ia tau siapa pemilik suara itu.

"Menma." Bergumam lirih.

"Bagaimana rasanya ketika seorang pria menyatakan cinta padamu?" Tanya Menma menyandar pada kursi samping Hinata. Matanya tak mau beralih dari wajah Hinata yang baru disadari Menma sangat bersih, walau tanpa sentuhan make up.

Hinata tersenyum pada Menma. "Hihihi rasanya... Tidak ada rasanya." Hinata terkikik. Memang ia tak merasakan apapun saat Sasori menyatakan cintanya tadi pagi. Menma tersenyum melihat Hinata terkikik seperti itu, sudah lama sekali rasanya tidak melihat wajah itu. " Mungkin akan ada rasanya jika itu kau Menma hehehe." Hinata hanya nyengir, menunjukkan gigi putihnya. Tanpa tau jika diwajah Menma timbul rona merah tipis.

"Kaa-san mencarimu." Ujar Menma singkat setelah menetralkan semburatnya. Jatungnya berdebar. Hinata tertegun. Khusina Namikaze mencarinya? Wow, ini kabar yang mengejutkan.

"Apa aku melakukan kesalahan? Sehingga Nyonya mencariku?" Tanya Hinata dengan raut risau. Seingatnya dirinya tak melakukan apapun. Hinata meremas kedua telapak tangannya, ia takut jika melakukan kesalahan. Menma yang melihat reaksi Hinata hanya bisa menahan senyumnya, bibirnya sudah berkedut. Hinata pasti takut dengan Kaa-sannya itu.

Delayed LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang