Pada akhirnya semua akan kembali.
Kau boleh saja pergi sejauh mungkin, sejauh kau memahami ada.
Seberat kau melawan arus tapi tak tergerus.
Pada hari-hari yang mengingatkanmu tuk pulang
Disanalah kau menuang tentang apa yang tak dapat terulang.
-Malino.
Sarah
Aku mengerti, manusia selalu mendambakan kebebasan. Pergi ke mana pun ia suka, saat kakinya berhenti pada tanah yang basah atau rerumpuan kering di tengah musim kemarau. Ia akan kembali, entah untuk waktu yang lama atau hanya untuk merebahkan tubuh. Ia akan pulang. Apa yang diyakini tentang kebebasan bukan lagi tentang betapa bebasnya melakukan apa pun. Tidak lain ketika telah mampu mempertanggungjawbkan segala hal. Pilihan atas hidup, termasuk segala konsekuensinya. Tidak lagi pada sesuatu yang disenangi, pada sesuatu bermanfaat. Sampai saat ini, aku masih terus memikirkannya. Ada yang menanggung beban lebih berat tapi tetap bisa menorehkan senyum di wajahnya, hidupnya mampu membeli apa pun disenanginyai tapi tetap saja membuatnya murung. Hidupnya pas-pasan tapi selalu memberi kepada membutuhkan. Hidup ini penuh dengan hikmah untuk siapa saja yang mampu mengambil pelajaran tentang segala hal. Aku merasa telah berfikir cukup jauh di pagi ini. Bukankah saat pagi tiba adalah awal untuk meluruskan segala niat dan tindakan. Bukankah hal yang mengerikan ketika memenjarakan isi kepala dengan segala pembenaran. Jauh lebih penting, apa yang akan dilakukan unuk memulai hari. Aku rasa cukup. Bergegas tuk pulang.
****
Apa yang membuat aku tersenyum seperti ini?. Rasa bahagia? Aku menemukannya. Bagaimana pun aku telah menemukan rumah baru tempat melepas letih. Setiap orang memiliki tempat untuknya kembali. Cerita-cerita tentang betapa magisnya rumah ternyata benar. Jauh dari yang aku bayangkan sebelumnya. Hal sederhana ketika anak-anak lebih tertarik menggambar sebuah rumah. Baginya di sanalah ia bisa menemukan kebahagian. Ia menjumpai Ibu yang tengah menyiapkan makanan, Ayah yang tengah membaca koran sebelum berangkat kerja dan dirinya bersiap untuk berangkat ke sekolah. Sangat sederhana. Tak ada tempat yang nyaman selain rumah. Aku bisa mengartikannya jauh lebih luas. Kira-kira seperti ini, rumah adalah ketika kau merasakan bahagia di sana. Apa pun itu. Kalimat romantis yang akhir-akhir ini aku dengar dari kawan yang tengah jatuh cinta. "dia adalah rumah untukku" di sela percakapan yang serius, ia pun begitu serius mengucapkan itu pada ku. Aku seketika tertawa menanggapi perkataannya. Ia kembali berdalih serius. Semoga saja bukan hanya sekadar kata, karena laki-laki sejati menujukan dengan sikap, bukan hanya ucap. Aku cukup tahu apa isi kepala mereka, imajinasi yang berbeda terhadap pasangannya. Wajar saja, jika beberapa perempuan tidak begitu tertarik dengan laki-laki yang hanya mengandalkan rangkaian kata. Menurutku ia perempuan cerdas, paling tidak sebuah kebahagian bukan hanya dengan mengucapkan kata-kata manis di setiap harinya atau mengirimkan puisi di setiap malamnya, atau menyanyikan sebuah lagu kesukaan untuk kekasihnya. Tidak jarang orang-orang hidup pada romantisme hubungan, pendikteaan atas standar hubungan orang lain. Aku harap tidak akan menjalin hubungan seperti itu lagi. Pengalaman adalah pelajaran berharga, mengulang kesalahan adalah kebodohan yang lambat laun membuat aku mengerti tentang proses. Hidup yang dijalani adalah sebuah rangkaian proses, fase dan kualitas diri akan diuji. Aku merasakannya. Bagaimana pun, inilah saatnya untukku memulai.
Mata ini begitu berat, terdengar suara pintu terbuka. Aku melihat dengan samar. Seseorang masuk dengan pakaian rapi dan menyalakan lampu. Suara sepatunya terdengar pelan. Ia mendekatiku.
"Fakhri, Fakhri.."
Suara itu terdengar jelas di sebelahku.
Aku mengenali suaranya, "Mmmmm" kesadaranku belum sepenuhnya pulih.
![](https://img.wattpad.com/cover/227861648-288-k169211.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Afeksi Kaktus
SpiritualNovel ini bercerita tentang seorang perempuan bernama Sarah, penyuka Kaktus. Ia mengalami berbagai masalah dalam hidupnya dan belajar memaknai hidup. Ia percaya puncak dari mencintai adalah melepaskan.Ia pun merasakan afeksi, berharap bait yang rump...