7

1K 91 20
                                    

"Incik Bos! Ooooh Incik Bos!" Panggil sebuah robot ungu saat menapaki dirinya di markas yang tak diketahui.

"Oh, kau udah pulang, Probe." Ucap tuan rumah membalas ucapan Probe.

"Sudah Incik Bos."

"Muahahahaha! Jadi bagaimana? Apakah mereka berteriak? Kesakitan?" Tanya Adu du.

"Ya! Mereka berteriak, AWAS!" Ucap Probe memperagakan kejadian ditempat.

"Apa? Kau menembak mereka dan hanya berteriak 'AWAS' saja?" Tanya Adu du memastikan.

"Iya! Mereka pasti kuat!"

Flashback on.

"Jadi, kalian berdua pasangan?" Tanya seseorang kepada gadis berkerudung pink dan topi orange.

"Bukan! Kami bukan pasangan! Kami hanya bersahabat!" Tolak gadis berkerudung pink.

"Mungkin." Jawab si topi orange santai.

Sebuah robot ungu berkaki tiga sedang mengintip dan mengamati kegiatan mereka dari lantai atas. "Itu dia mereka." Ucapnya. "Tapi, jika aku menembak mereka takut orang lain juga terkena. Ramai banget disana. Aku harus tidak terlihat." Gumam Probe.

Probe mencari ide untuk bisa mengenai targetnya. Dan matanya menangkap sebuah lampu gantung hias yang sangat indah. "Mmm, jika aku memutuskan tali lampunya pasti mereka tidak tahu apa yang terjadi dan tidak tahu siapa pelakunya." Pikir Probe. Tanpa pikir panjang, Probe mengeluarkan senjata pistol laser untuk memotong tali lampu tersebut.

Piw-piw-piw! (suara tembakan laser), lampu gantung pun terjatuh.

"AWAS!"

Probe kembali mengintip kondisi di bawah. Dan pergi meninggalkan tempat kejadian.

Flashback off.

"Jadi, kau sudah pastikan mereka?" Tanya Adu du kembali memastikan. Terkadang ia harus curiga dengan robot peliharaannya, yang kurang diandalkan.

"Sudah Incik Bos!"

"Muahahahaha! Bagus Probe, bagus." Ucap Adu du mengelus kepala Probe. Membuat Probe tersipu malu.

"Dengan begini, kita akan mudah untuk mencari Miraculous Ladybug dan Cat Noir bersama Mo-mot dan kita tidak akan terkalahkan! Muahahahaha!" Ucap Adu du terlalu PD.

**********

Adrien POV

Aku sekarang sudah berada dikamarku. Bersama kwamiku, Plagg yang sedang berkencan dengan camembert-nya.

Aku tidak terlalu suka suasana rumahku. Apalagi sebesar ini. Hanya dihuni oleh 4 orang, aku, Ayahku, pegawaiku dan penjagaku yang sebesar gorilla. Rumahku bagaikan penjara. Terkadang aku heran, mengapa rumahku terdapat meja makan yang super panjang. Padahal yang makan disana hanya aku saja.

Terkadang aku heran, sesibuk apakah Ayahku sehingga ia jarang meluangkan waktunya bersamaku. Yang kutahu hanyalah ia terus saja memandang komputernya di ruang kerjanya dan menatap lukisan Ibuku di dinding.

Ya, aku tahu Ayahku adalah perancang busana terkenal yang menciptakan merek Gabriel. Bahkan kebanyakan barang yang kupunya adalah merek Ayahku, termasuk sepatu yang selalu kugunakan. Tapi, ia jarang ada rapat atau meeting dengan perusahaan lain.

Lalu, kemana ia selama ini? Setiap aku menanyakan tentang Ayahku, pegawaiku selalu saja berkata, "Ayahmu sedang sibuk." Arrrggh! Aku butuh kasih sayang orangtua.

Sejak Ibuku meninggal, Ayahku selalu menghabiskan waktunya sendiri. Tidak bersamaku lagi. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Jika aku rindu dengan Ibuku, aku selalu pergi ke taman dan memandang patung cantik Ibuku disana. Sesekali aku bertanya padanya, "Bagaimana kabar Ibu?" Atau mengajaknya mengobrol. Aku tahu pasti aku sudah gila, patung tidak dapat berbicara. Tapi itu adalah satu-satunya cara untuk mengobati rasa rindu ini.

Aku menyalakan handphone-ku. Membuka galeriku dan entah mengapa jariku menyentuh salah satu foto yang menampakkan foto ku bersama teman-temanku. Aku tersenyum. Setidaknya aku tidak sendiri lagi.

Sebelumnya, aku hanya belajar dirumah dan didampingi oleh pegawaiku, Nathalie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelumnya, aku hanya belajar dirumah dan didampingi oleh pegawaiku, Nathalie. Lalu aku memohon agar aku bisa bersekolah seperti anak lain kepada Ayahku. Awalnya Ayah menolak, tapi aku bersikeras berangkat ke sekolah hingga aku dicegat oleh penjagaku saat aku sudah tiba di depan sekolah.

Aku pun memohon lagi, aku ingin punya teman karena selama ini aku tidak punya teman dirumah apalagi diluar. Dan Ayahku mengizinkanku! Sungguh, hari itu adalah hari terbaik dalam hidupku. Aku akhirnya bisa mempunyai teman seperti kebanyakan orang.

Aku menekan salah satu foto dan memandang foto tersebut, jariku mengusap layar untuk memperbesar foto tersebut, memperlihatkan sosok teman baikku. Namanya Marinette.

"Kau tahu..." Plagg membuka suaranya. Masih berduaan bersama kejunya yang sebenarnya membuatku jijik. "Tidak ada salahnya membiarkan dia tahu bagaimana perasaanmu." Ucap Plagg melemparkan kejunya ke atas dan melahapnya sekali tangkap. Aku heran, makhluk kecil seperti dia punya mulut yang lebar juga.

"Itu masalahnya Plagg, aku tidak berpikir. Aku hanya mengikuti kata hatiku. Aku mungkin bukan pangerannya, tapi aku cukup menawan untuk membebaskannya." Ucapku masih memandang fotonya dilayar handphone-ku.

"Seperti yang mereka katakan 'lebih baik untuk mencoba dan gagal, daripada tidak mencoba sama sekali' ..." ucap Plagg, seolah ia tahu isi hatiku.

"Yeah." Aku menghembuskan napas. Plagg terbang kearahku.

"Menurutmu apa yang akan dia katakan?" Tanya Plagg.

Aku berpikir, menatap foto aku dan Ibuku dilayar komputer, "Semoga hal yang sama."

Aku mengganti layar handphone-ku yang awalnya berada di galeri kini berada dikontak handphone. Aku menatap sebentar nomer telpon yang kuberi nama 'Princess'. Mungkin sedikit berlebihan.

"Kau ingin menelponnya?" Tanya Plagg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau ingin menelponnya?" Tanya Plagg. Aku berpikir sebentar dan menggeleng. "Tidak Plagg. Biarkan aku yang berbicara langsung dengannya."

"Jadi, kau berpindah hati dari U'lady ke Marinette?" Tanya Plagg sedikit kaget.

"Pindah hati? Tidak. Aku akan tetap pada M'lady."

**********
Terkadang Author bingung sendiri sama alur ceritanya. Mereka berdua saling mencintai tapi tidak tahu bahwa mereka saling mencintai. 😅

Mission in Paris [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang