17

866 87 16
                                    

Adrien Pov

Oh Tuhan! Ada apa denganku? Aku merasakan sesuatu yang aneh saat Marinette bersama Luka. Apakah aku jealous? Hah, itu tidak mungkin. Marinette is just-a-friend, okay. Lagipula, aku sudah mencintai Ladybug sejak awal bertemu dengannya. Walaupun dia tak membalas cintaku dan mencintai laki-laki lain, tapi aku tetap berharap suatu hari nanti dia pasti membalas cintaku.

Arrggh! Aku pasti sudah gila!

"Dude? Kau tidak apa-apa? Kau terlihat pucat, kau sakit?" Tanya Nino yang khawatir melihat kondisiku yang mengenaskan.

"Y-ya Nino. Aku baik. Hanya, sedikit kepanasan." Ucapku menyembunyikan kebenaran.

"Tapi sekarang bukan musim panas." Ucap Nino mengetahui kebohonganku. Aku bingung harus berkata apa. Tiba-tiba angin semilir menerpa wajahku dari arah kanan. Aku menoleh dan melihat teman baruku, Boboiboy sedang mengibaskan tangannya ke arahku.

"Kau kepanasan, kan?" Tanya Boboiboy. Aku mengangguk. Aku sedikit kaget melihat penampilannya yang tiba-tiba berbeda. Seingatku, tadi dia memakai topi orange ke belakang, kaos hitam, jaket orange dan celana jeans. Tapi sekarang ia memakai topi biru tua dan putih yang mengarah ke samping kanannya, kaos putih dengan jaket yang senada dengan topinya, celana yang ia kenakan juga berwarna biru tua. Aku bertanya, kapan ia ganti baju?

Yaya yang berada di sebelahnya pun terlihat kaget dan berbisik padanya. Aku tidak terlalu mendengarkan percakapan mereka berdua. Yang kudengar hanyalah, "Dia kepanasan, Yaya." Dan "Bagaimana jika ia tahu?" Tahu? Tahu apa? Mereka menyembunyikan sesuatu dariku. Dan aku benci rahasia. Walau aku sebenarnya punya rahasia besar.

Setelah semua perlombaan selesai dan pembagian hadiah, Boboiboy dan Yaya berpamitan. Alya datang dan mengajak Marinette pulang bersama. Aku merasa lega. Setidaknya dia tidak pulang bersama Luka. Ya, Luka. Aku harus mencarinya. Dan panjang umur, dia berada di berdiri menyender pada dinding sambil mendengarkan musik dari earphone-nya. Aku menghampirinya.

"Apa masalahmu?" Tanyaku sedikit kesal mengenai kejadian perlombaan. Sedikit memojokkannya.

Luka melepaskan earphone-nya, "Apa yang kau bicarakan?" Tanya Luka balik yang tak mengerti arah topik pembicaraanku.

"Woah, Adrien, dude, tenang." Ucap Nino menenagkanku. Sepertinya ia merasakan auraku.

"Apa kau mencoba membuat Marinette jatuh cinta padamu?" Ucapku sedikit menyelidik.

"Apa maksudmu?"

"Dude, tenangkan dirimu."

Tiba-tiba Luka tersenyum, oh sepertinya dia sudah mengerti maksudku, "Kau tahu bahwa Marinette tidak akan pernah mencintaimu? Dia tidak suka anak kecil sepertimu. Dia lebih suka orang dewasa sepertiku."

"Apa? Aku bukan anak kecil!" Ucapku kesal. "Aku hanya khawatir dengan temanku dan orang yang bersamanya." Bodoh! Alasan macam apa itu?

"Terserah .... Oh, dan jika kamu menyakiti marinette, kamu tidak akan pernah melihatnya lagi." Ancam Luka. Kami saling memandang sengit. Menurutku, sebenarnya ini masalah kecil. Tapi kenapa hatiku berkata 'tidak'.

"KYAAA!" Sesorang berteriak. Dan ternyata, ada serangan Akuma.

"Urusan kita belum selesai. Kita akan lihat, siapa yang akan menang." Ucap Luka memasang kembali earphone-nya lalu kabur. Aku memandang punggung renyotnya mulai menghilang dari hadapanku. Dan aku berharap, dia benar-benar menghilang dari hadapanku.

"Dude, kau terlalu terbawa rasa ke-jealous-mu." Ucap Nino mengalihkanku dari memandang rival baruku itu dan menekankan kata jealous.

"Aku tidak jealous, Nino." Ucapku tetap pada pendirian.

Mission in Paris [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang