Ibarat kan ada air terjun di depan sana, Chan lebih memilih terjun.
_
_"Hyunjin, cuci tangan dan kakimu. Kamu ingin makan?"
Bukannya mendengar, Hyunjin masih asik melihat anjing barunya. Lalu kepalanya menoleh memperhatikan Chan.
"Dad, aku harus memberinya nama apa?"
Chan mendekati Hyunjin yang terjongkok dipinggiran pintu, dirinya ikut berjongkok. "Menurutmu?"
"Ades?"
"Kau yakin?" Hyunjin menggeleng. "Pilih nama yang pas untuknya dan pastikan kau nyaman ketika memanggilnya." Hyunjin menganggukan kepalanya, kemudian memasang wajah berpikir. Ternyata sulit memberi nama..
"Bagaimana dengan Kkami?" Chan mengelus surai lembut Hyunjin kemudian tersenyum hangat. "Terserah, kau tuan nya jadi kau yang memberikan nama."
Chan heran, padahal Hyunjin baru saja mencabut gigi tapi Hyunjin sama sekali tidak memasang mimik wajah seolah dirinya tengah merasa ngilu. Anak yang kuat, tapi Hyunjin tidak terlalu banyak bicara seperti biasanya.
"Baiklah! Sudah kuputuskan namanya adalah Kkami. Kkami sangat lucu," Chan terkekeh pelan, manis sekali anaknya ini.
"Boleh aku lepaskan dia?"
"Lepaskan lah." Hyunjin membuka kandang dengan perlahan. Kkami menggonggong keras, membuat Hyunjin tersenyum cerah. Kkami berputar, sebelum akhirnya menabrak masuk kedalam dekapan Hyunjin.
Hyunjin tertawa nyaring, merasa geli karna mendapat serangan jilatan pada pipinya. Chan ikut tersenyum melihatnya, dirinya melihat jam dinding sudah menunjukan pukul tujuh. Sudah malam ternyata dan Hyunjin belum makan malam.
"Ayo bersihkan dirimu dan kita makan malam."
"Aku tidak mau makan."
"Kau tidak lapar?"
"Rasanya aneh, Dad. Mulut ku masi sakit."
"Makan bubur sepertinya tidak masalah, aku akan masak."
___
Hyunjin terduduk dikursi tempat meja makan nya memperhatikan Chan tengah memasak bubur kesukaannya. Bubur wortel.
"Dad, berapa lama aku akan merasakan aneh dalam mulutku?"
"Satu minggu? Mungkin." Chan melangkah ke meja makan dengan dua mangkuk di tangannya. Tangannya dengan lihai menyendokan bubur dalam mangkok, meniupnya sebentar dan menyuapi Hyunjin.
Hyunjin begitu makan dengan pelan, terkadang dirinya merintih karena sakit dan membuat Chan panik. "Apa Kkami boleh tidur denganku?"
"Jangan membawanya ke ranjang kita belum memandikannya."
"Kalau begitu besok aku akan memandikan nya."
"Jangan besok, tunggu sampai kau sudah sembuh baru kita akan memandikannya."
"Yah dad..." Satu suapan terakhir, Chan mengambil minum dengan obat pemberian dokter tadi. Untuk meredakan rasa nyeri.
"Minum obat nya pelan pelan." Hyunjin meminum obatnya. Agak susah untuk anak umur tujuh tahun meminum obat tablet.
Sesudah meminum obat Chan membereskan mangkok sekaligus membersihkan nya. Kemana pembatunya? Jika sudah malam Chan selalu menyuruh Jihan pulang. Jihan akan datang dan membersihkan rumah Chan sekaligus mengurus Hyunjin dari pagi hingga sore, jika sudah malam Chan akan mengganti posisi Jihan. Dirinya yang akan mengurus Hyunjin dan membuat makan malam.
Chan merasa kurang nyaman jika malam hari ada orang -selain dirinya dan Hyunjin- dirumah nya. Makanya Chan memutuskan untuk lebih baik begitu saja.
"Yu, kita tidur." Chan mengambil Hyunjin kedalam pelukannya, "Ucapkan selamat malam pada Kkami."
"Dad, biarkan dia tidur bersama kita." Balas Hyunjin dengan nada merengek. Kkami dibiarkan terbebas diruang tamu, Chan merasa Kkami belum bersih seutuhnya jika bukan dia yang memandikannya.
Chan menggeleng, "Tidak boleh, Hyunjin. Ayo ucapkan selamat malam pada Kkami."
Hyunjin menatap Chan sebal tapi akhirnya ia mengucapkan selamat malam untuk Kkami. "Selamat malam Kkami.." Dengan lesu.
"Mau tidur bersama?" Hyunjin mengangguk lucu ketika Chan mendekat ke arah kasur setelah menutup pintu terlebih dahulu.
Chan ikut merebahkan diri disamping Hyunjin dengan selimut yang menyelimuti mereka berdua. Hyunjin memeluk Chan sebelum akhirnya mengecup pipi sang ayah. Tangan kanan Chan ia gunakan untuk menepuk pelan pinggul Hyunjin.
"Besok daddy pergi kerja?"
"No, i'm taking leave. Sebelum kau sembuh aku akan di rumah."
"I'm okey dad, kan ada bibi Jihan yang menemani." Hyunjin meletakan tangan kecilnya pada rahang Chan dan menjalar menuju pipinya, mengeluh pelan pipi Chan.
"Oh, kau tak suka aku berada di rumah?" Gelengan ia dapatkan sebagai jawaban dari Hyunjin, Chan tau. Biasanya Hyunjin selalu meminta Chan untuk tidak pergi ke kantor dengan alasan tak ingin di tinggalkan. Pernah Hyunjin sampai berpura pura sakit demam agar Chan tinggal di rumah. Sungguh, itu membuat Chan seolah merasa bersalah. Dirinya sibuk bekerja dari pada memberi Hyunjin perhatian.
Dan sekarang, Hyunjin menyuruh Chan untuk pergi ke kantor saja, pasti anak itu ingin bermain dengan Kkami seharian penuh. Tanpa sepengetahuan Chan, Hyunjin akan membawa Kkami berkeliling rumah. Mengajak babysitter nya ikut bermain.
Chan menggelengkan kepalanya, "Sekarang tidur, besok aku akan menyuruh Bibi Ji untuk membersihkan Kkami."
"Biarkan aku ikut untuk memandikan Kkami, pasti susah jika hanya satu orang Dad." Pinta Hyunjin dengan mata yang berbinar. Chan kembali menggeleng, "Yang ada sakit didalam mulutmu akan terasa sakit lagi, mau?"
Oke, Hyunjin mengalah. Dirinya akan diam memperhatikan Bibi Ji saja yang memandikan Kkami. Padahal besok Hyunjin ingin bermain dengan Kkami. Pasti menyenangkan, tapi ayahnya sungguh tegas. Dan menyebalkan.
Hyunjin mengecup pinggir bibir Chan, "Good night, daddy!"
"Good night, sweety. Sleep well.."
___
Juni, 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
ChanJin, Dulce Sacrificio.
Teen FictionHyunjin sering kali memanggil Chan dengan sebutan daddy daripada ayah. Itu tidak masalah karena mereka masih tetap keluarga. Tunggu, keluarga?