"Dibawah dataran putih, disamping dataran halus, dan disaksikan kenangan lama. Kini aku menjadi pria-mu,"
_
_Hyunjin kini diam di kamar. Memainkan ponselnya karna dia bosan. Niatnya ingin keluar tapi dia tidak tau harus apa, jadinya menonton video YouTube mungkin lebih baik.
Daddy Chan
Keluar kamar.Hyunjin mengernyit saat ada notifikasi pesan dari Chan. Sebelumnya, Chan tidak pernah menyuruh Hyunjin untuk keluar kamar jika ingin bertemu. Biasanya dia lah yang ke kamar duluan.
Hyunjinie
Untuk apa?Daddy Chan
Keluar saja, ayo cepat.Akhirnya Hyunjin berjalan keluar. Ponselnya dia tinggalkan di meja belajar.
Saat keluar Hyunjin terpaku karna lampu disana padam. Semuanya gelap. Untuk sejenak dia berpikir mungkin ini mati lampu, tetapi cahaya di kamarnya menyala.
"Dad?" Panggilnya. Ragu-ragu Hyunjin benar-benar keluar dari tempatnya, pintunya dia tutup. Hyunjin meraba tembok di pinggir untuk menuntunnya menuju kamar Chan.
"Astaga! Apa itu?!" Teriaknya saat merasakan sesuatu yang halus menyapa permukaan kaki nya. Ah, dia lupa mengenakan sandal. Bodoh sekali.
"Dad, jangan main-main."
Tidak ada jawaban.
"Dad! Di mana kau?!"
Sama saja.
"Aku balik ke kamar, nih!"
Suara menggertak mulai terdengar dan dalam hitungan detik Hyunjin merinding hebat.
Pandangannya menatap ke arah pojok depan dengan tajam. Tapi dia tidak menemukan sesuatu, justru yang di pandangnya malam semakin kalut dalam kegelapan.
Hyunjin ingat jika didepan sana ada sofa dengan meja, tetapi bukan itu yang menarik pikirannya untuk berpikir. Melainkan seperti ada seseorang didepan sana sedang berdiri menghadap padanya.
"D-dad, ayolah.. Jangan bercanda." Ujarnya lirih. Nalurinya mengatakan bahwa Chan tidak ada di kamar, itu yang membuatnya memutuskan untuk diam disini.
Matanya mulai berkaca-kaca, tetapi dia tidak kalut untuk menangis. Hyunjin hanya takut, lalu dia usap air matanya dengan lembut.
Pandangannya kembali melihat ke depan, dua detik kemudian cahaya terang berwarna oranye terlihat dari dinding, membentuk sebuah bentuk hati yang lucu. Lalu cahaya itu (yang Hyunjin tebak adalah lampu-lampu kecil yang lucu) mulai merambat semakin bawah, dan kembali membentuk lingkaran lalu rambatan pun berakhir.
Di tengah-tengah lingkaran lampu ada meja kecil yang bulat tapi tinggi, dengan kue cantik yang tidak terlalu mewah. Siapa yang berulang tahun? Monolognya.
Berkat dari cahaya lampu tersebut, Hyunjin dapat melihat walaupun samar-samar terdapat beberapa potongan bunga berwarna merah di lantai. Oh, mungkin benda itu yang tadi tidak sengaja menyentuh kaki Hyunjin.
Masih tidak mengerti sebenarnya ada apa ini, Hyunjin mencengkram ujung bajunya dengan kuat. Bibirnya dia gigit dalam, takut-takut ternyata malah ada pesugihan di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ChanJin, Dulce Sacrificio.
Teen FictionHyunjin sering kali memanggil Chan dengan sebutan daddy daripada ayah. Itu tidak masalah karena mereka masih tetap keluarga. Tunggu, keluarga?