Ini semua demi masa depan.
_
_Hyunjin masi terus menangis sesegukan dengan Chan berada tepat di depannya. Perlahan kepala Hyunjin menunduk tak berani menatap sang ayah.
"Hyunjin, sekali lagi jawab aku. Apa kau merokok?"
Hyunjin menggelengkan kepalanya pelan dengan bahu yang bergetar. Sungguh, Hyunjin tidak pernah melihat Chan semarah ini. Jika saja dirinya tau bagaimana bila Chan marah maka dirinya akan menolak saja tawaran Hanjis tadi sore.
Chan menghela nafas kasar, "Aku tau kebenarannya."
"J - Jisung yang me- menawari ku-"
"Jika dia yang menawari mu kenapa kau mengiyakan nya? Hah?! Kau ingin terlihat keren didepan teman teman mu? Begitu?!"
Hyunjin semakin menangis begitu Chan kembali mengeluarkan nada bicara yang tinggi. Kepalanya menggeleng cepat.
Chan berdiri dari jongkok nya, tangannya menarik tas sekolah Hyunjin dan membuka serta membludakan isi tas tersebut.
Buku paket, buku tulis, dan alat alat pensil Hyunjin berserakan ke lantai. Merasa belum puas, Chan mulai membuka isi tas Hyunjin. Melihat pergerakan itu Hyunjin langsung mencengkram tangan Chan dan berusaha mengambil tasnya kembali.
"Jangan Dad! Ku mohon jangan!" Merasa ada pergerakan yang aneh, Chan menatap Hyunjin tajam. "Ada apa? Apa yang kau sembunyikan?"
Hyunjin mematung. Seharusnya dirinya diam saja, bodoh sekali kau Hwang.
Melihat hyunjin terdiam Chan mulai kembali membuka resleting demi resleting tas Hyunjin. Hyunjin sudah pasrah. Apa yang akan Chan temukan, apa hukuman yang akan Chan berikan nanti, Hyunjin harus siap.
Sreekk.
Chan melongo tak percaya, sebuah formulir yang di dominasikan berwarna merah-hitam ia temukan. Apa itu?
Chan memerhatikan Hyunjin yang menangis dalam diam. Chan mulai membuka dan membaca apa isi formulir tersebut.
Sebuah formulir undangan.. Untuk datang ke sebuah acara balapan liar. Astaga, sudah sejauh mana Hyunjin tersesat? Chan merobek kertas formulir tersebut.
"Sudah berapa lama... Kau salah pergaulan?"
"Huh? Sudah berapa lama Hyunjin?"
"Apakah aku pernah mengajarkan mu berbohong?"
"APA AKU PERNAH MENGAJARKANMU MEROKOK DAN IKUT BALAPAN LIAR?!"
Lagi lagi, Hyunjin hanya menggelengkan kepalanya pelan. Jika boleh jujur, dirinya hanya penasaran akan apa yang dimaksud dengan "Keren" Saja. Dan teman temannya malah membawa Hyunjin sampai sini dan itu adalah candu bagi Hyunjin.
Chan menampar kasur ranjang dengan keras oleh tangannya membuat Hyunjin telonjak kaget. Chan terduduk di pinggiran kasur, tatapannya sangat tajam menatap Hyunjin.
"Berdiri." Hyunjin diam tak bergerak. Matanya sama sekali tidak berani melihat Chan.
"Berdiri atau aku yang akan memaksamu untuk berdiri." Ucap Chan begitu mutlak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ChanJin, Dulce Sacrificio.
Teen FictionHyunjin sering kali memanggil Chan dengan sebutan daddy daripada ayah. Itu tidak masalah karena mereka masih tetap keluarga. Tunggu, keluarga?