Kembali merasa bersalah karna lalai adalah jalan ninjaku.
_
_Hyunjin tengah berada di sekolah hari ini, ia tidak membawa tas. Hanya seragam dengan jaket nya saja, Wali kelasnya menyuruh murid sekelas untuk membantu merapikan raport dan membersihkan kelas untuk acara Pembagian Raport ujian kelulusan nanti.
"Pagi Hyunjin."
"Ah, i - iya, Selamat pagi Jeno." Seperti biasa, Jeno selalu menyapa Hyunjin setiap pagi. Hyunjin selalu gugup jika Jeno berada di dekatnya.
Secara Hyunjin bisa dibilang sebagai murid yang sama sekali jarang bicara, entah itu karna dirinya pendiam atau merasa insecure.
Dan kalian tau 'kan apa reaksi murid lain ketika salah satu murid pendiam didekati murid se berandalan Jeno? Hanya ada dua faktor, pertama merasa iri yang lebih banyak di dominasi para perempuan dan kedua adalah rasa kasihan.
"Kasihan Hyunjin.. Aku harap dia baik-baik saja dan semoga ia tidak kena masalah."
"Apa-apaan kau ini, ayah Hyunjin 'kan seorang CEO besar. Bisa dengan mudah ayahnya menyeret Jeno keluar sekolah."
"Tapi Hyunjin anak yang halus."
Benar apa yang di katakan murid lain. Chan bisa dengan mudah mengusir Jeno dari sekolah jika anaknya terluka karna nya. Tapi, Hyunjin tidak pernah bisa menolak kehadiran seseorang. Dirinya akan selalu bersikap hangat pada siapapun yang mau berteman dengannya, termasuk Jeno. Tapi, Hyunjin agak sedikit menjaga jarak.
"Mau pergi ke kantin?" Hyunjin menggeleng. Dirinya sudah sarapan tadi pagi dan sekarang ia sama sekali tidak lapar. "Tidak, a- aku akan ke ruang guru untuk mengambil map dari tuan Jung."
"Kalau begitu aku ikut." Hyunjin menoleh cepat ke arah Jeno. Ck, Jeno adalah murid paling nakal di seantero sekolah ini, jadi jika dirinya pergi ke ruang guru apa yang akan terjadi? Cari mati?
"Tidak usah, aku bisa sendiri."
Hyunjin buru-buru pergi dari hadapan Jeno dengan berlari kecil, Jeno tersenyum tipis. Hyunjin sangat kaku baginya, masa iya dirinya harus membuat Hyunjin takut baru Hyunjin bisa bertekuk lutut padannya?
"Cih, kau mengabaikan seorang iblis, Hyun.."
___
"Hyunjin, mau pulang bersama?" Hyunjin baru saja merapikan map berisikan biodata kelas, ia sedikit menghentikan pergerakan. "Ah, tidak usah. Aku akan mampir ke kantor Dad sebentar," Hyunjin mendekap map berwarna biru itu.
"Tak apa, akan aku antar pakai mobilku."
Hyunjin berjalan keluar kelas disusul dengan Jeno, "Butuh waktu setengah jam untuk sampai disana."
"Biarkan aku yang antar."
"Tapi 'kan jalan rumah mu bukan kesana."
"Aku ingin mengantar, Hyunjin."
"Tidak usah repot-repot." Hyunjin berhenti didepan ruangan guru, menatap Jeno lekat dan dalam. "Pulang saja duluan atau pulang bersama dengan murid lain." Sebelum akhirnya dirinya masuk ke dalam dan meninggalkan Jeno berdiri mematung.
Jeno berdecih pelan, ia tak suka di abaikan. Hyunjin begitu memperlihatkan sifat yang tak ingin di dekati dan Jeno bukan orang yang menyerah ketika apa yang di inginkan nya tidak bisa ia capai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ChanJin, Dulce Sacrificio.
Teen FictionHyunjin sering kali memanggil Chan dengan sebutan daddy daripada ayah. Itu tidak masalah karena mereka masih tetap keluarga. Tunggu, keluarga?