15

5.2K 556 44
                                    

"Aku begitu egois karna ingin mengambil keduanya."

_
_

Chan melepas tautan bibir diantara keduanya, masih dengan mata terpejam dan kening saling menyentuh. Wajah Hyunjin sudah sepenuhnya memerah, tidak tau harus apa dirinya hanya menunduk malu. Baru kali ini Hyunjin merasakan rasa ciuman yang sesungguhnya, jika pun ia sangat penasaran dengan bagaimana rasa berciuman, maka ia hanya akan melumat bibirnya sendiri.

"Tidak kusangka, ternyata kau juga cantik." Hyunjin memukul pelan bahu Chan, lalu ia sembunyikan wajahnya pada ceruk leher Chan, senyum malu-malu terukir diwajahnya membuat Chan terkekeh jadinya.

"Maafkan aku karna sudah lancang." Chan mengelus punggung Hyunjin lembut, entah kenapa ia senang. Senang saja rasanya, seolah ia kembali muda.

Hyunjin menatap Chan dengan ragu, rambutnya ia usap kebelakang dan memperlihatkan wajahnya yang agak berkeringat, "Tak apa, tapi aku tidak bisa menolak."

"Apa kita harus berkencan?"

"Apa?"

"Berkencan. Kau dan aku." Chan berucap final membuat Hyunjin lagi-lagi menatapnya bingung, "Berkencan, dad? Untuk apa?"

"Untuk memulai hubungan."

"Tunggu-tunggu," Hyunjin dengan perlahan turun dari pangkuan Chan, tangannya ia lipat didepan dada, "Apa maksud mu?"

"Kau dan aku akan berkencan, kita memulai hubungan. Kurasa itu sudah cukup jelas."

"Tapi, dad-- kau kan dan aku-"

"Aku tau, tapi kau ingat? Kita sama sekali tidak sedarah, itu yang membuat aku merasa bersyukur bisa punya perasaan lain padamu."

"Kau menyukaiku?"

"Menurut mu?" Hyunjin Menggedikan bahunya tanda ia tidak tau, ia tidak mau kegeeran. Chan mengambil lengan Hyunjin lalu menggenggam nya erat, "Iya, aku menyukai mu. Bahkan cinta, aku tidak bisa lepas darimu."

Bulu kuduk Hyunjin meremang kala mendengarnya, agak menggelikan tetapi menyenangkan, "Sejak kapan?"

"Sudah lama, kau tak perlu tau," Chan berdeham, "Jadi, apa aku harus menembakmu sebagai kekasih seperti anak muda biasa lakukan?" Hyunjin terkekeh pelan mendengar penuturan ayahnya, "Lakukan jika kau bisa."

"Tentu," Chan membetulkan posisi duduknya, membuat dirinya nyaman untuk meresmikan Hyunjin menjadi miliknya. Membuat Hyunjin tidak sanggup untuk menahan tawanya, ia tau Chan orang yang romantis, tapi jika Chan menyediakan hal romantis padanya rasanya aneh.

"Hyunjin, aku tidak tau kenapa, tapi ketika aku menatapmu rasanya sangat luar biasa, hati bedegup dengan rasa yang menyenangkan. Aku sadar bahwa aku dengan tidak tau dirinya menaruh rasa pada mu, tidak tau sejak kapan , namun setiap detiknya terasa begitu berharga. Aku berlabuh padamu dan tidak akan pernah pergi, singkat kata yang aku ucapkan, aku begitu menyukaimu. Dari dalam maupun luar, rasa ku padamu tidak bisa di buat menjadi kata-kata karna rasanya akan beribu-ribu rim kertas yang akan terbuang hanya untuk mengutarakan nya. Apa kau mau menjadi pendamping ku? Anggukan kepalamu jika ya, lalu gelengkan kepalamu bila tidak."

Hyunjin diam sejenak merasakan perutnya yang bergejolak seperti tertanam beberapa kupu-kupu didalamnya, kemudian ia menganggukkan kepalanya pelan dan langsung menerjang tubuh Chan hingga Chan tertidur di sofa dengan Hyunjin di atasnya.

"Mau mau mau!" Ucapnya dengan semangat, Chan memeluk pinggang ramping Hyunjin, "Nafas ku sesak."

"Oh, maaf." Hyunjin melepas rangkulan tangannya pada leher Chan, "Aku sudah menduganya, pasti kau tidak akan menolak." Chan agak memundur badannya sedikit hingga kepalanya bertengger pada pegangan sofa, membuat nya dapat melihat wajah Hyunjin dengan jelas yang tengah menatapnya datar, "Menyebalkan."

ChanJin, Dulce Sacrificio.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang