20

4.2K 443 14
                                    

"Aku suka apapun yang kamu lakukan, itu seperti sebuah panutan!"

_
_

Dan benar, Hyunjin pulang dengan selamat ke rumah. Setelah dia sampai, Jeno langsung membantunya membawa belanjaan ke rumah. Hyunjin menawarkan apakah dia ingin tinggal sebentar untuk sekedar minum atau apapun, walaupun dalam hati Hyunjin berdoa agar Jeno menolak, kemudian lelaki itu menolak.

Jeno langsung pulang setelah beberapa saat berbincang dengan Hyunjin, membuat Hyunjin bernafas lega kemudian memasukan makanan kedalam kulkas. Hari ini sampai sore dia akan menonton TV saja sembari makan, saatnya istirahat!

__

"Tidak, dad, kurasa dia tulus minta maaf padaku. Dan aku pun memaafkannya," Hyunjin berujar dengan sesekali memasukan beberapa keripik ke dalam mulut, malam ini ia tengah ber-videocall dengan Chan.

Malam ini Hyunjin memakai baju hoodie tebal berwarna biru muda, dengan selimut hangat menutupi pahanya. Sekarang turun hujan deras di luar, makanya ia memakai pakaian panjang untuk menghangat kan tubuh.

"Kau yakin?" Disana Chan tampak meminum minumannya, "Kuharap dia tidak mencoba macam-macam dengan mu, pastikan kau berhati-hati."

"Sudah tentunya!" Hyunjin menceritakan semua kejadian hari ini pada Chan, tentang dia bertemu Jeno dan pemuda itu yang mengantar nya pulang. Chan awalnya kaget, namun dia mencoba mendengar penjelasan Hyunjin. Dan akhirnya dia menarik kesimpulan yang intinya disini dia tidak perlu marah.

"Ya sudah, jangan terlalu mengabaikan nya, kasihan dia."

"Kupikir setelah ini aku dan dia tidak akan bertemu,"

"Tidak ada yang tau bagaimana kedepan nya, siapa tau nanti dia bisa membantu mu. Jangan mengakhiri pertemanan."

Hyunjin mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, setelahnya dia mengusap bahu yang tertutupi kain, mulutnya mendesis kala kedinginan malah semakin menusuk kulitnya. Chan yang melihatnya langsung mengerutkan dahi, "Apa disana dingin?"

Hyunjin mengangguk cepat, "Sangat dingin, diluar hujan." Pandangannya melihat jendela, hujan masih sangat deras kemungkinan besar akan sampai larut malam. Untungnya tidak ada petir, Hyunjin takut petir.

"Sudah nyalakan penghangat ruangan? Pastikan suhunya pas," Hyunjin mengangguk-angguk, mengingat dirinya memberikan suhu 20° tetapi masih saja dingin, "Aku mengaturnya 20°, tapi akan aku naikan. Sebentar,"

Hyunjin menyingkirkan bantal di atas paha nya kemudian berusaha mengambil remot untuk mengatur suhu yang tadi dia simpan asal di atas kasur, letaknya tidak jauh. Remotnya terletak di ujung kasur sementara dia sendiri berada di tengah-tengah kasur, membuat badanya sedikit ia majukan dengan susah payah.

Sementara disini Chan tertawa dengan berusaha untuk tidak manatap layar laptop. Hyunjin terlalu percaya diri, dia tidak menyadari jika paha bagian dalam dan bongkahan bokong yang hanya ditutupi celana pendek ketatnya terlihat jelas di layar, walaupun dari samping. Dasar anak itu, bagaimana dia tidak kedinginan jika hanya memakai bawahan celana pendek saja?

Akhirnya Hyunjin berhasil mengambil remotnya, menaikan sedikit suhu dan kembali menyimpan remot. "Kenapa menunduk, dad?" Tanya Hyunjin polos melihat Chan yang menatap ke arah bawah. Bantal empuknya kembali berada di atas pahanya.

"Apa yang kau lakukan ketika aku tidak ada dirumah?" Chan bertanya dengan senyuman khasnya, membuat Hyunjin mengernyit tapi kemudian dia menjawab, "Aku-"

ChanJin, Dulce Sacrificio.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang