Walaupun kamu diam tapi ternyata masih banyak orang yang peduli.
_
_Chan sudah mengambil hasil ujian kelulusan Hyunjin, hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Bisa di bilang, Hyunjin termasuk murid yang cerdas di kelas, wali kelasnya sendiri yang mengatakan nya.
"Teman-teman mu mengatakan ingin menjenguk mu katanya."
Hyunjin menoleh cepat pada Chan, tangannya yang tadi sibuk memasukan makanan ringan ke mulutnya terhenti seketika. "L - lalu?"
"Mereka khawatir padamu, ku dengar kau cukup pendiam di kelas, itu benar?"
"Hu'um! Aku lebih suka diam atau membaca buku, aneh ya?"
"Tidak aneh, hanya saja kau dirumah sama sekali tidak bisa diam." Chan berbicara dengan nada candaan, tangannya mengelus surai putranya lembut.
"Ish, dad! Itu kan berbeda! Dirumah aku lebih bebas dan disekolah seperti ada yang mengawasi, teman-teman di sekolah tau aku karna kau. Mereka tau aku anakmu, anak seorang CEO. Menyebalkan." Ucap Hyunjin di akhir.
"Oh berarti aku cukup tenar di sekolah mu 'kan?" Hyunjin memukul tangan Chan main-main. "Jangan mengarang! Mereka mengira kau galak, jadinya mereka segan jika dekat denganku."
"Aku sama sekali tidak galak hanya tegas. Oh ya, kau memutus hubungan dengan teman mu?"
Hyunjin menggeleng, "Tidak, ponsel ku dihancurkan olehnya. Di banting dengan keras ke lantai setelah ia mengetik sesuatu." Chan mengangguk mengerti.
Hyunjin selalu mengganti nama Jeno dengan sebutan lain, seperti "Dia, Nya, atau yang lainnya"
"Nanti aku belikan yang baru."
Hyunjin mengangguk, akhirnya mereka sama sama terdiam. Hyunjin yang fokus menonton dan Chan sibuk memainkan ponselnya, tiba-tiba sebuah pertanyaan muncul di benak Hyunjin.
"Dad, apa ibu wanita yang cantik?"
Kegiatan Chan terhenti, baru kali ini Hyunjin berani membicarakan istrinya. Hyunjin tidak pernah bertanya tentang ini-itu tentang mantan istrinya, ia selalu diam. Chan mengangguk dengan mantap, "Ibumu cantik, bahkan sangat." Chan tersenyum getir kembali mengenang wajah mantan istrinya.
"Ia wanita yang tulus, parasnya bak seorang dewi. Kau tau? Ibumu pandai bernyanyi, ia selalu bernyanyi di pagi hari setelah memandikan mu."
Hyunjin terdiam, merasa penasaran bagaimana suara sang ibu. "Aku terlahir dari seorang ibu yang cantik, makanya aku tampan. Benar 'kan?" Hyunjin menatap Chan dengan mata yang berbinar.
Chan terkekeh pelan, ia kembali fokus pada pekerjaannya. Hatinya tiba-tiba merasa gelisah saat Hyunjin berbicara mengenai mendiang istrinya, gatal sekali. Chan rasanya ingin memberi tau semuanya, tapi ia tidak bisa gegabah. Semuanya memerlukan waktu, tapi kapan?
"Aku ingin sekali melihat wajahnya, apa aku mirip dengannya?"
"Sangat mirip." Chan tersenyum sejenak, hatinya sakit mengatakan ini. Ia tidak ingin berbohong pada Hyunjin, tapi jika ia berkata jujur, mungkin saja Hyunjin akan membencinya.
"Ngomong-ngomong, apa kau berniat untuk melanjutkan prestasi ke sebuah universitas?"
Hyunjin menggeleng pelan, Chan menghela nafas sejenak. "Tak apa, kau bisa hengkang seberapa lama yang kau inginkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ChanJin, Dulce Sacrificio.
Teen FictionHyunjin sering kali memanggil Chan dengan sebutan daddy daripada ayah. Itu tidak masalah karena mereka masih tetap keluarga. Tunggu, keluarga?