Ketakutan yang paling mendalam? Melihat orang terdekat begitu emosi.
-
-Delapan tahun kemudian...
Chan berada di kantornya sekarang. Berdiri melamun memperhatikan pemandangan kota Seoul. Ruangannya berada di lantai atas dengan jendela kaca besar terpampang dibelakang meja nya. Jika Chan lembur atau memang sedang ingin merenung, maka disini lah tempatnya.
Lamunan Chan buyar ketika suara deringan handphone nya terdengar. Chan mengecek siapa yang menelfonnya, dan ternyata putranya lah yang menghubunginya. Senyuman terukir di bibirnya sebelum mengangkat telfonnya.
"Halo?" Chan berjalan menuju tempat duduk dan menopang tangannya diatas meja.
"Dad!"
"Apa? Kau sudah pulang, hum?"
"Sudah dad! Tapi, aku ada tugas kelompok besok dan hari ini akan aku bereskan dengan teman teman ku." Disana, Hyunjin sudah menggigit bibir bawahnya. Takut jika ayahnya melarangnya, teman teman Hyunjin ikut tegang begitu melihat ekspresi pemuda jangkung itu. Ayolah, semua teman temannya sudah mengetahui siapa ayah Hyunjin.
Baru melihatnya saja sudah membuat para teman laki laki Hyunjin merasa insecure. Badan yang kokoh, rahang yang tegas, wajah yang tampan dan suara yang begitu mengintimidasi. Bahkan Hyunjin pun ikut merasakan aura nya.
Chan terdiam disana pikirannya tengah berpikir. Sudah kebiasaan bagi Hyunjin jika mengerjakan tugas kelompok selalu pulang malam. Pukul sebelas contohnya.
"Dad?"
"Ah ya, tugas kelompok ya.. Kenapa tidak mengerjakan di rumah saja? Ajak teman mu datang dan mengerjakan nya di rumah."
Hening beberapa saat, "Tidak bisa, kita sudah membuat janji untuk mengerjakannya di rumah Hanjis, dad."
"Boleh ya? Aku janji tidak akan pulang terlalu malam dan akan menyelesaikan nya dengan cepat."
Hyunjin mencoba meyakinkan Chan dengan seribu cara, sudah berkali kali dirinya izin untuk kerja kelompok tapi Chan susah sekali di rayu.
Suara hembusan nafas terdengar, "Baiklah, tapi ingat jangan terlalu malam."
Hyunjin mengepalkan tangan diikuti seruan 'Yeah' disebrang sana, senyuman manis terukir di wajahnya.
"Terimakasih dad, iya aku janji. Oh! Apa dad sudah makan?"
Chan tersenyum begitu mendengar nada bicara Hyunjin begitu semangat, "Sudah. Kerjakan saja tugasnya dengan benar."
"Okey dad, jangan menunggu ku pulang dan aku akan makan malam di rumah Hanjis. Ibu Hanjis yang mengundang kami untuk makan malam di rumahnya."
"Baiklah, pastikan kau berterima kasih ke keluarga Han."
"Hu'um. Aku tutup telfonnya dad, dadah!"
Tut..
Chan menjauhkan handphone nya dari telinga lalu melemparnya asal ke arah meja. Dirinya bersandar pada kursi hitamnya.
Hari ini jadwalnya kosong, semua sudah beres dan sekarang baru pukul tiga sore. Apa dia pulang saja ya? Tapi di rumah tidak ada Hyunjin jadi untuk apa dia pulang?
Ah lebih baik dirinya diam saja di kantor. Menunggu malam dan dirinya akan pulang pukul delapan ke rumah. Pemandangan malam hari tidak pernah mengecewakan, apalagi bila di lihat dari atas.
___
Chan tengah berada di super market saat ini. Chan mengambil beberapa botol anggur dan memasukannya kedalam keranjang. Di dalam keranjang sudah terisi oleh cemilan ringan untuk stok dirumah. Ya, itu karna Hyunjin sangat suka cemilan apalagi jika ia bergadang mengerjakan tugas. Harus ada cemilan yang menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
ChanJin, Dulce Sacrificio.
Teen FictionHyunjin sering kali memanggil Chan dengan sebutan daddy daripada ayah. Itu tidak masalah karena mereka masih tetap keluarga. Tunggu, keluarga?