-01-

582 47 11
                                    

Ini sudah hari ke-7 setelah kejadian itu, dan Anneth enggan pergi dari rumah neneknya. Ia terus merasa bersalah atas semua kejadian yang menimpa dirinya dan teman-temannya.

"Neth...."

Anneth menoleh ke balakang, "Ya Chaa.. Sini" ucap Anneth. Charisapun menghampiri Anneth yang terus termenung dibalkon kamar mendiang Nashwa.

Sejujurnya baik Charisa maupun yang lainnya turut bersedih juga atas kejadian yang menimpa mereka, tapi mereka lebih sedih saat melihat Anneth menjadi gadis yang pemurung, selalu melamun, bahkan tak jarang ia selalu menangis secara tiba-tiba dan menyebut nama Joa dan Nashwa.

Charisa memeluk Anneth, "Neth... Disini yang kehilangan kak Uwa sama Joa bukan lo doang... Banyak Neth, lo jangan kayak gini. Nanti mereka sedih liat lo terus murung. Jangan nyalahin diri lo sendiri atas kejadian ini, lo gak salah. Ini cuman salah paham di masalalu doang, Neth sekarang hari terakhir kita disini... Gue, lo, Deven, Aca, Mirai, Friden, Gogo, Sam, bakalan nemenin lo ke Jakarta kan. Kita bakalan sekolah bareng bareng disana!!! Lo harus semangat Neth, jangan kayak gini terus. Gue sama yang lain gamau lo sakit" ucap Charisa lirih.

Anneth memeluk Charisa dengan erat, ia kembali menangis. "Luapin semua Neth, tapi lo harus janji ini nangis yang terakhir kali. Gue gamau mata lo jadi sembap terus" Charisa menenangkan Anneth. Akhirnya setelah 6 hari Anneth mau meluapkan semua emosinya.

Anneth melepas pelukannya, "Makasih Chaa... Maafin gue akhir akhir ini sering khawatirin kalian semua, gue terlalu sedih sama yang lalu dan ga berfikir buat masa depan. Gue janji, ini nangis terakhir gue!! Gue gaboleh sedih lagi, gue gamau kalian semua sedih dan.... gue gamau liat Joa sama kak Uwa sedih gara-gara gue" ucap Anneth sambil tersenyum, Charisapun ikut tersenyum. "Udah gih lo mandi, gue udah mandi tadi. Deven lagi beresin barang-barang, kita semua berangkat jam 1 siang nanti. Habis lo mandi kita ke makam dulu" kata Charisa, Annethpun menuruti.

Setelah selesai mandi, Annethpun menuju ruang tamu dan disana teman-temannya sudah menunggu. Mirai dan Marsha berlari dan berpelukan dengan Anneth, "Nethii gue kangen banget sama loo!!" Ucap Marsha, "Jangan sedih lagi Neth!! Kita bakalan terus ada disamping lo" sambung Mirai. Anneth memeluk balik mereka, "Maafin Anneth yaa kalau kemaren kemaren Anmeth buat kalian khawatir" ucap Anneth.

Friden, Samuel dan Gogo menghampiri Anneth dan ber-tos. "Semangat Neth!! Kita semua bakalan ada disamping lo" ucap Samuel, Anneth tahu bahwa Samuel sama terpukulnya dengan dirinya.

"Udah siap kan semua?? Kita jalan sekarang. Keburu siang" ajak Deven, mereka semuapun jalan menuju makam Joa dan Nashwa.

Seseorang hanya tersenyum melihat Anneth dan yang lainnya bisa kembali bersama. Dan ini akan berlanjut sampai mereka benar-benar mengerti semua kejadian yang menimpa mereka.

Deven berjalan disamping Anneth dan memegang tangan Anneth, Anneth hanya melirik dan kembali menatap kedepan. "Neth, lo cantik pake dress item. Tapi lo lebih cantik kalau lo senyum dan kembali kayak dulu" bisik Deven.

Ya, setelah kejadian yang menimpa mereka semua, Anneth setiap harinya selalu memakai baju warna hitam. Dan karena itulah Charisa sangat khawatir, Charisa sangat tahu sifat Anneth.

Anneth hanya tersenyum sambil membalas genggaman tangan Deven, "Ini terakhir kali gue pake baju warna item" ucapnya.

Charisa dan yang lainnya tersenyum senang karena perlahan Anneth bisa kembali seperti semula, walau belum seutuhnya setidaknya mereka sudah bersyukur.

Mereka sampai dimakam Joa dan Nashwa, badan Anneth kembali lemas. Ia kembali mengingat semua kejadiannya, ia melihat bagaimana Joa dan Nashwa memperjuangkan semuanya dan menukar nyawa mereka. Dan ia kembaki teringat dengan



LIFIA.2 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang