PART 7

278 9 0
                                    

Awas Typo Ya!! 😊😊

.

Karena Ayah merasa jengkel dengan kelakuan mereka, Ayahpun....

-----------------------------------------------------------

.

Terlihat Ayah sangat jengkel dengan kelakuan teman sekelasku.

Uuh cari mati ya kalian?!

Aura kemarahan Ayah terasa sangat kuat hingga Kak Cleo menutup matanya erat-erat. Bunda pun menggenggam tangan Ayah untuk meredam kemarahanya. Bahaya kalau Ayah marah. Bisa-bisa bangunan sekolah ini rata sama tanah kalau Ayah marah.

"Hei Arin! Kamu nyewa siapa tuh?! Hahahhaha. Eh guys lihat tuh Arin. Dia nyewa orang untuk berpakaian layaknya orang kerajaan dan disuruh mengaku kepada kita kalau mereka orangtuanya. Hahhaha konyol sekali."

Fitri tertawa dengan lepas dan membuat teman-temanku pun ikut tertawa. Ayah semakin marah dan berusaha membunuh Fitri. Itu terlihat dari manik safir merah cerah miliknya yang perlahan menjadi warna merah pekat.

"Yang kita tahu, orangtuamu bukan mereka Arin. Jadi jangan berbohong. Tapi, kau memang suka berbohong kepada orang lain? Yah, kalian tau kan dia berbohong soal uangku yang dia curi beberapa hari lalu."

Sindi, wanita keji itu kini berubah drastis dan mulai memojokkanku. Aku benar-benar tidak tahan dengan semua ini. Aku merasa amarahku memuncak. Aku menutup mataku erat-erat dan terdengar mereka mengolok-olokku.

Kalian....melewati batas!

"Fitri dan kau Sindi. Aku ingin kalian berdiri di belakang sana. Sekarang!"

Aku menyuruh Fitri dan Sindi untuk berdiri di belakang. Tepatnya depan loker siswa yang ada di kelas. Awalnya mereka tidak mau, tapi aku memaksa. Dan akhirnya mereka berdiri disana.

"Mau apa kau? Kau tidak lihat Pak Lutfi ada di kelas. Beraninya kau menyuruh kami."

Fitri sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi. Sebenarnya saat berada di ambang pintu kelas beberapa waktu lalu, Gaxy menceritakan bahwa Ayah menunjukkan sihirnya kepada Pak Lutfi. Namun, itu bukan sihir biasa melainkan sihir hipnotis untuk menghipnotis Pak Lutfi. Jadi, sekarang Pak Lutfi hanya berdiam diri dengan pandangan kosong ke depan layaknya patung pajangan.

.

Aku masih menutup mataku dan seketika saat aku membuka mata, mataku sama seperti milik Ayah. Bewarna merah pekat dan di tanganku sudah ada pedang berwarna merah menyala dengan darah yang sudah menetes di lantai.
Sesaat sebelum teman-temanku menyadari hal itu aku pun melesat dengan kecepatan tinggi dan menusuk loker siswa yang ada di belakang Fitri dan Sindi.

Sreet! kraak!

Aku sekarang berada di tengah-tengah mereka berdua dan semua teman sekelasku terkejut bukan main melihat apa yang aku lakukan.

"Kalian, jika tidak ingin nyawa kalian detik ini juga hilang.... KATAKAN YANG SEBENARNYA!"

Aku mencabut pedang tersebut dari loker sambil menekankan kalimat terakhir yang aku ucapkan. Mereka menatap mataku dengan tubuh yang bergetar. Semuanya takut. Ada yang menjerit, menangis, bersembunyi, hingga lari keluar kelas. Keluargaku?
Jangan bertanya. Apa yang aku lakukan barusan sukses membulatkan manik safir mereka. Kak Cleo mengerutkan keningnya dengan mulut terbuka. Gaxy menutup mulutnya dengan satu tangan. Ayah hanya berdiam diri sambil menatapku dengan raut wajah serius.
Sedangkan Bunda? Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan dan mundur beberapa langkah ke belakang namun ditahan oleh Ayah.

.

Aku tetap menatap tajam mereka dari atas hingga ke bawah. Aku juga tidak mengerti kenapa pedang yang aku pegang ini meneteskan darah segar terus menerus. Fitri dan Sindi menahan genangan air di mata mereka dan itu membuatku semakin jijik dengan mereka.

CRYSTALIZKA KINGDOM [ VAKUM ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang