Many mistake, so be careful 😊
.
Apakah aku bisa hidup disini? Apakah aku punya teman sejati disini? Apa aku akan bisa menggunakann sihir sihir konyol ini? Dan bisakah aku menjadi seperti tokoh utama dalam cerita yang biasa aku baca, yang selalu bahagia, apa aku bisa?
-----------------------------------------------------------
.
Hari begitu panjang, matahari sudah hampir condong ke barat dan itu berarti senja akan datang. Aku capek mendengarkan ocehan dari wanita yang ada di depan sana.
"Baiklah, sepertinya kalian sangat lelah ya hahaha. Sekarang kalian pergi ke papan pengumuman yang ada di depan gerbang asrama masing-masing untuk melihat di kamar nomor berapa kalian akan tinggal. Sekian dari saya, Terima kasih dan selamat istirahat." Setelah menjelaskan pengumuman tersebut, Mrs. Clara pun menghilang dalam sekejap. Teleport pasti, batinku.
.
"Arin, yuk kita pergi ke papan pengumuman," ujar Jessi mengajakku. Aku pun menganggukan kepala dan mengikuti langkahnya untuk pergi ke depan asrama. Sesampainya disana, astaga bukan main. Aku melihat puluhan siswi berkumpul di depan papan pengumuman.
"Eem Jessi, bagaimana kalau kita tunggu sepi saja? Ini terlalu ramai. Aku nggak mau berdesak-desakan dengan mereka," ucapku sambil duduk di sebuah bangku di bawah pohon yang berada tak jauh dari papan pengumuman itu. Jessi yang sedang menatapku dari atas sampai bawah pun berkata, "Arin kau kan kecil, jadi kau bisa lah menyelinap diantara mereka. Mau kan? Hm?"
.
Aku yang kesal mendengar perkataan Jessi pun sontak berdiri dan menaikkan nada bicaraku. "Jessi, justru badanku yang kecil ini aku tidak mau kesana. Nanti kalau aku mati akibat di injak mereka gimana?! Nanti kalau aku terjepit dan menjadi setipis kertas gara-gara di dorong mereka gimana?! Gak. Aku gak mau!" Jessi yang terkejut mendengar nada bicaraku pun terdiam dan terlihat sedang berpikir.
.
Sesaat kemudian, Jessi pun menjetikkan jarinya dan kemudian tersenyum. Melihatnya seperti ini membuatku takut. Lebih menakutkan daripada melihat film Si Manis Jembatan Ancol.
"Aku ada ide, bagaimana kalau kau menggendongku dan kita maju ke depan sana. Jadi aku bisa melihat bagian atas. Mau? Mau?" ujarnya sambil memperlihatkan matanya yang berbinar-binar. Aku pikir, ide yang keluar dari otak anak ini adalah ide yang bagus dan efektif. Ternyata justru ide konyol yang bahkan aku sendiri tidak bisa berpikir sampai kesitu.
"Heh Jessi, gak ada ide lain ya? harus aku gitu yang menggendong kamu?" tanyaku padanya.
"Lalu, aku harus berjalan dan berdesak-desakan sama mereka? Puluhan siswi itu? Kau ingin membunuhku ha?! Astaga Jessi, ini gila gila gilaaaa!" lanjutku dengan nada teriakan yang memekakkan telinga.
.
Jessi terlihat menutup telinganya dan menatap tajam ke arahku. Aku melihat lekat-lekat safir coklat miliknya.
"Lalu, apa kau ada ide lain? Kau mau kita menunggu disini semalaman? Ayolah Arin, aku capek. Aku ingin tidur," rengeknya sambil menggoyangkan tubuhnya layaknya anak kecil yang sedang merengek minta permen. Aku pun capek, aku butuh istirahat juga. Aku pun kemudian setuju dengan ide Jessi dan kemudian menggendongnya.
"Ayo naik ke punggungku," ujarku sambil berlutut membelakangi Jessi. Ia pun tertawa dan kemudian menaiki punggungku.
Hug
Aku pun berjalan dan menepis siswi-siswi yang bergerombol di depanku.
"Permisi ya," ujarku sambil menepis mereka menggunakan tanganku. Terlihat mereka berbisik dengan kata 'apa sih ih ganggu'. Yah, itulah kata-kata yang keluar dari mulut mereka..
Sesampainya di depan, Jessi pun segera mencari namaku dan namanya di papan pengumuman. Tubuh Jessi lumayan berat untuk tubuh ringkih milikku ini. Punggungku terasa mau patah, ditambah dengan siswi yang saling mendorong kesana kemari membuatku tidak tahan dengan semuanya.
"Jessi, apa kau sudah menemukanya? Ayolah lebih cepat. Aku tidak bisa menahan ini lama-lama," ujarku sambil menahan tubuh Jessi dan menahan dorongan dari arah belakang mau arah sampingku.
"Aku sudah menemukan kamarnya!" ujar Jessi dengan girang. Segera setelah Jessi menemukan kamar, aku pun keluar dari kerumunan siswi sialan ini. Ketika Jessi turun dari punggungku, rasanya benar-benar lega selega-leganya. Kami pun duduk di bangku tadi dan mengatur napas kami.
"Bagaimana? Apa kita satu kamar? Di kamar berapa kita?" tanyaku kepada Jessi sambil membenarkan posisi dudukku. Jessi terlihat murung dan suasana hening sesaat. Aku melihat dengan jelas wajah sedih milik Jessi, membuatku sedikit curiga.
"Jessi?" tanyaku sambil menepuk pelan pundak Jessi.
"Eh, emm Arin, maaf aku tadi melihat bahwa aku ada di kamar nomor 12. Tapi, aku gak melihat namamu sama sekali," ujar Jessi yang berhasil membuatku kaget. Bagaimana bisa namaku tidak ada di daftar? Bukanya aku juga murid disini? Memangnya datanya tidak ada? Apa mereka tidak memeriksa datanya dengan benar? Sekolah macam apa sih?
"Kok bisa? Kau yakin sudah memeriksanya dengan benar?" tanyaku kepada Jessi.
"Udah rin, aku udah ngecek semuanya dan hasilnya nihil. Aku nggak lihat nama kamu," jawab Jessi sambil menatap safirku lekat-lekat.
.
Ini membuatku bingung, aku merasa ada yang aneh. Namun, karna aku tidak mau ambil pusing, aku pun hanya bisa menghela napas dan berpikir lebih tenang. Tak lama, aku melihat kak Leo dan kak Cleo dari arah lain.
Mereka menghampiri kami dan terlihat wajah serius dari mereka. Aneh, batinku. Aku pun berdiri dan menatap kak Leo dengan wajah bingung.
"Kamu bisa masuk ke kamar kamu sekarang. Aku ada urusan dengan temanmu ini," ucap kak Leo kepada Jessi dan dibalas anggukan olehnya. Aku ditinggal? Sendirian? Maunya nih kakak apaan sih? Akh benar-benar tidak bisa berpikir lagi.
"Ada apa?" tanyaku dengan memutar bola mata malas.
"Kamu belum tau kan kamarmu dimana? Ikut kami sekarang," jawab kak Leo santai. Dia tau kamarku dimana? Padahal di depan tadi kan nggak ada.
"Kok kakak tau? Kan di depan gak ada," tanya ku penasaran.
"Udah jangan tanya terus. Ikutin aja kakakmu itu sebelum ngambek nanti," ucap kak Cleo sambil tersenyum dan mengikuti kak Leo yang berjalan ke arah asrama. Aku pun hanya bisa mengikuti ucapan mereka karena aku kan tidak tau dimana kamarku dan juga seluk beluk bamgunan ini.
Andai dia bukan kakak ku, ku bunuh dia. Iiiih jengkel aku, batinku kesal. Mungkin saja, laki-laki muda di depan itu tau apa yang aku pikirkan. Masa bodo ah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy 1K readers 😍😭😭❤ terima ksih atas dukungan kalian. Aku harap kalian enjoy dg ceritaku dan selalu sabr menunggu tiap part nya ✨✨✨ aku akan berusaha up normal kembali 😗. THANK YOUUU GUUUUYSSS
KAMU SEDANG MEMBACA
CRYSTALIZKA KINGDOM [ VAKUM ]
FantasyFollow akun Author sebelum membaca❤ ( Fantasy, Mystery, Romance, Thriller ) Ketika manusia biasa lahir dengan hal yang tidak masuk akal .... Siapa dan dimanakah orang dan tempat yang ia pilih? Akankah dia membunuhnya atau mungkinkah dia yang dibun...