11 • Origami

167 42 75
                                    

Ranka menyadarkan bahunya, tubuhnya terasa kaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ranka menyadarkan bahunya, tubuhnya terasa kaku. Pundaknya terasa memberat.

Gadis itu menyugar rambut sebahunya yang tanpa poni. Ia mengusap lengannya yang terbalut hoodie, gadis itu meringis merasakan perih di bagian lengannya.

Dia melakukan itu lagi.

Untung seragam jurusannya selalu diwajibkan menggunakan almamater. Jadi dia tidak perlu repot-repot menyembunyikan sayatan di tangannya.

Gadis itu menatap awan yang bergerak mengikuti arah angin, Ranka jadi ingat saat kecil dulu.

Dia selalu ingin pergi ke awan, menurutnya awan terlihat lucu dan menggemaskan.

Keinginan itu pun masih ada hingga sekarang. Matanya menatap lamat-lamat awan-awan yang bergerak bebas.

Lalu suara dering telepon terdengar, terpangpanglah ID call bertuliskan 'Mama'. Ia mencoba mengabaikan panggilan itu. Dia masih agak marah pada kedua orang tuanya. Beberapa panggilan sengaja tidak Ranka respon, membuat ponselnya terus saja berdering meminta jawaban.

Pada akhirnya dia mengangkat panggilan dari Mamanya.

"Halo Assalamu'alaikum Ranka," ucap Mamanya.

"Wa'alaikumussalam," jawab Ranka singkat.

Gadis itu meremas roknya kuat-kuat. Mencoba menyalurkan rasa sesak yang bercongkol di hatinya.

"Mama ada di Indonesia. Baru aja sampai kemarin. Mama jemput kamu ya, kamu di sekolah?"

Ada di Indonesia? Kenapa baru mengabari? Tidakkah mereka tahu kalau Ranka sangat merindukan mereka?

"Iya, Ma." Ranka hanya mampu melontarkan kata 'iya'. Dia tidak sanggup kalau harus berbicara lebih banyak.

"Oke, tunggu Mama," Setelahnya, sambungan telepon pun terputus. Ranka meremas kuat-kuat ponselnya.

Apalagi yang akan terjadi?

Ranka kadang bingung, sebenarnya dia ini masuk kategori anak broken home atau tidak?
Orang tuanya tidak bercerai, mereka belum berpisah.

Anehnya apa yang dia rasakan percis seperti anak-anak broken home. Di mana ketika dia masuk ke dalam rumahnya, hanya ditemukan keheningan dan kehampaan.

Ranka mengambil origami di dalam tasnya. Ini jadi salah satu pengalihan lukanya. Dia akan melipat origami berbentuk burung, setidaknya dengan melakukan ini sedihnya teralihkan.

Dia mulai membuat lipatan burung pertama dari origami berwarna biru--warna kesukaannya.

"Lo belum balik?" sapa sebuah suara.

Ranka berjengkit kaget, gadis itu berusaha menyembunyikan hasil lipatan origaminya. Ia mendelik pada orang itu. Kalau dia masih di sini, itu artinya dia belum pulang.

Aranka #air_ezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang