13 • Menerka-nerka

174 36 29
                                    

Sangat mudah menghakimiku, daripda memahamiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sangat mudah menghakimiku, daripda memahamiku.

Seika mengeletuk es batu di jusnya. Ia menatap Gantar yang tengah memakan bakmi milik Seika dengan lahap. Padahal Gantar juga memesan, hanya saja miliknya sudah habis

Adiknya itu memang sangat rakus. Maklum, tubuhnya saja seperti Raksasa.

"Adik lo ini emang ganteng teh, engga perlu diraguin lagi," ujar Gantar pede.

Laki-laki itu menuangkan sambal ke Bakmi. Menurutnya selera pedas Seika cukup buruk, mengingat kakaknya ini tidak suka pedas. Makanan tanpa rasa pedas itu terasa hambar. Kalau kata bahasa sundanya mah, asa teu puguh rasa.

"Pede banget lo!" Seika menyedot jus jeruknya hingga benar-benar habis.

"Tar, gue mau nanya deh,"lanjut Seika. Gantar hanya menatap kakaknya. Ia sibuk mengunyah bakmi yang terasa sangat enak ini. Entah ada angin apa kakaknya sampai repot-repot mengajak jalan, parahnya sampai mentratir Gantar. Kapan lagi kakaknya yang galak ini mau berbaik hati.

"Tumben nanyanya pake mukadimah," ejek Gantar. Biasanya juga kakaknya itu kalau bertanya langsung mencerocos begitu saja.

"Serah! Jadi gini, menurut lo gimana? Kalau misalnya nih ya, temenan terus
udah mulai deket dan hampir saling terbuka. Terus tiba-tiba besoknya temen kita ini malah ngejauh gitu aja. Padahal lagi baik-baik aja. Menurut lo kenapa?" tanya Seika.

Gantar berdeham, seolah-olah dia akan mengatakan hal yang sangat berharga. Gerakannya sengaja dilambat-lambatkan. Apalagi ketika mengambil gelas minumannya.

Seika merasa jengah, ia memukul lengan Gantar.

"Kalem atuh, Teh. Punya masalah kali dia," jawab Gantar.

Bisa jadi sih, kita tidak pernah tahu kan ya. Siapa tahu orang itu memang punya masalah, karena merasa kalut. Orang itu jadi melampiaskannya pada orang-orang di sekitarnya.

"Lagian kenapa nanya ke gue? Tanyalah sama orangnya,"lanjut Gantar dengan nada songong andalannya.

Seika pikir otak adiknya ini sudah benar. Dia hampir saja memuji adiknya yang mendadak jadi bijak.
Sayang sekali, semua pandangan kagumnya lenyap seketika saat mode songong Gantar kembali.

Dasar perusak suasana!

"Ngeselin lo!" Mendengarnya Gantar tertawa.

"Emang ada yang mau temenan sama Teteh?" tanya Gantar, nada bicaranya kentara sekali kalau dia sedang mengejek.

Seika mengabaikan ucapan adiknya, ia menggebungkan pipinya.
Pandangannya lurus ke depan.

"Ini tentang Ranka," ujar Seika.
Gantar membeku di tempatnya.

Tentang Ranka?
Ia menatap serius ke arah sang kakak.

"Terakhir kita deket pas main ke rumahnya dia, habis itu besoknya dia ngejauh lagi," lanjut Seika memberikan penjelasan.

Aranka #air_ezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang