16 • Sembilu

172 37 69
                                    

Ma, Pa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ma, Pa ...ada banyak sekali hal yang ingin aku ceritakan. Rasanya aku sudah tidak bisa menampungnya. Aku ingin dilindungi oleh orang tuaku juga, seperti anak lainnya.

Ranka menahan rasa sakit saat jarum infusan yang menembus kulitnya dicabut. Terasa ngilu dan nyeri, membuat Ranka tidak tahan untuk memegang erat pinggiran bed.

"Dibawa rileks aja ya, Dek." Suster itu tersenyum pada Ranka.

Setelah jarum infusan copot, keluar darah sedikit. Suster pun
membersihkannya, lalu memberikan plester pada bagian tangan bekas infusan.

"Nanti kalau bengkak dikompres aja ya, Dek. Tangannya diregangin juga. Lekas pulih ya," kata Suster itu ramah. Ranka mengangkat sudut bibirnya membentuk lengkungan.

"Terimakasih Sus," balasnya tulus.

"Kalau gitu saya permisi dulu." Ranka menatap suster yang keluar dari ruang rawatnya.

Rasanya aneh, ketika orang lain diantar jemput ketika dirawat di rumah sakit. Sedangkan dia harus berjuang sendiri.

Gadis itu menghembuskan napas saat melihat ranselnya. Tangannya meraih ponsel di atas nakas. Biasanya akan ada pesan dari Seika atau Gantar. Tapi kini room chatnya kosong. Tidak ada satu pun pesan yang masuk.

Ah iya, kira-kira hubungan Seika dengan Gantar itu apa ya? Kenapa keduanya dekat sekali?

Ranka memakai tasnya. Badannya terasa lebih segar. Tidak seperti kemarin.

Rencananya hari ini dia mau mengunjungi kakaknya. Sudah lama dia tidak mengunjungi kakaknya.
Mungkin dia akan membawakan makanan kesukaan kakaknya.

Ranka memesan ojek online. Nanti dia bisa mencari makanan ketika melewati jalan.
Driver ojek onlinenya sudah tiba, karena ternyata memang ada markas ojek online di dekat sini.

"Ranka ya?" Ranka mengangguk. Tangannya terulur mengambil helm yang disodorkan oleh driver ojek online.

"Pak nanti bisa minta berhenti dulu sebentar?" tanya Ranka.

"Bisa Mbak," balas driver ojek online.

Motor mulai melaju dengan kecepatan sedang. Jalanan di sini tidak terlalu padat. Mungkin karena tadi sehabis hujan juga. Jadinya agak lenggang.

Ranka memperhatikan setiap bangunan yang dilewatinya. Ini jadi ketenangan sendiri baginya. Ketika dia memperhatikan jalanan, selalu saja ada hal yang menarik perhatiannya. Kadang membuat dia tersenyum tidak sadar.

Matanya menangkap rumah makan padang bernama 'Mulia Minang'.
Rygan sangat suka sekali nasi padang dengan lauk ayam bakar dan rendang.

Dulu selagi mereka masih tinggal bersama. Nasi padang selalu jadi menu wajib. Rygan selalu membelikan dia satu bungkus. Keduanya makan bersamaan meski tidak ada sepatah kata yang terucap ketika makan bersama.

Aranka #air_ezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang