8. Oh, Zarah!

601 78 7
                                    

Ini hari rabu, bukannya kelabu. Jadi janganlah galau, kesenangan ada padamu.
(From Author for you, my reader)

***

Cia dan Zarah bersembunyi di balik pohon. Mereka terus memantau, terus bergerak liar.

Berbanding terbalik dengan perkiraan Cia, yang beranggapan semuanya mudah. Nyatanya tidak begitu! Sekolah masih dihuni kakak kelas, lebih tepatnya siswa-siswi yang mengikuti organisasi. Selain itu, beberapa siswa sedang latihan untuk upacara di hari senin.

"Kalau gini susah carinya, Ci. Mereka semua lalu-lalang di depan kelas kita." Zarah berbalik arah. Semangatnya memudar. Perutnya juga keroncongan.

"Kita lihat dulu, Za. Pasti salah satu dari mereka ada yang mencurigakan. Jangan nyerah dulu, dong!"

Langit semakin menguning, beberapa menit lagi jam menunjukkan pukul lima. Zarah sebelumnya tidak pernah betah untuk berlama-lama di sekolah, dia lebih suka rebahan di kamar sambil menunggu kepulangan Zayn.

Masih lama di rumahnya Cia?

Zarah mendapat pesan lagi. Zayn mulai bersikap posesif. Pesan datang bertubi-tubi.

"Cia, kita pulang, yuk!" Zarah sudah tidak sanggup menunggu hal yang belum pasti. Agak kesal dengan rencana mereka yang tak membuahkan hasil, mereka hanya membuang waktu.

Cia tetap setia melakukan pengintaian. Matanya memerah karena terlalu sering terkena angin. Cia hampir lupa untuk berkedip. Ya, terlalu berambisi.

Di depan sana murid-murid berhamburan setelah melakukan latihan. Mereka seangkatan dengan Cia dan Zarah, namun berbeda kelas.

"Za, Mia 4 latihannya keren banget, mereka kelihatan profesional."

Zarah ikut memperhatikan, fokusnya jatuh pada seorang cowok berwajah manis tetapi memiliki tubuh yang tegap dan tinggi. "Ya, memang gitu."

"Seandainya teman-teman kelas kita bisa serius juga, mungkin kita bisa jadi kesayangan guru-guru."

Zarah berdecih, obrolan mulai melenceng dari prioritas utama. Satu-satunya alasan mereka berdiri di sini adalah menguak si pelaku, bukannya mengomentari seseorang.

"Sekarang kita pulang aja, gerbang juga udah mau dikunci." Zarah mengikat rambut panjangnya, bersiap untuk ke luar dari persembunyian.

"Eh! Tunggu, Za!" Cia mencekal lengan Zarah untuk pergi, satu kali hentak membuatnya terduduk kembali. " Itu cowok masuk ke kelas kita! Pasti dia orangnya!"

Zarah membulatkan mata, dia tergesa untuk mengintip. Cowok yang dimaksud Cia adalah cowok yang sempat menarik perhatiannya.

"Orang yang ngirimin kamu surat bukan kakak kelas?" Cia mengerjap cepat, alisnya menajam.

"Kita samperin, biar semuanya jelas."

Cia mengangguk mantap. "Kamu bener, kita harus nangkap dia sebelum kabur! Ayo!"

Cia berlari terlebih dahulu, kecepatannya tak diragukan. Kaki-kakinya terlatih untuk itu.

"Ci, tunggu!" Zarah berusaha memacu kecepatan kakinya. Semua tenaga dikeluarkan.

Ketika sampai di depan kelas, cowok manis itu terkejut. Dia berdiri di meja Zarah sambil memegangi surat.

"Kamu!" Cia menunjuk geram. "Kamu pelakunya, kan?!"

Cowok itu mundur beberapa langkah, matanya mengerling pada jendela yang terbuka. Tanpa aba-aba, ia langsung lari dan melompat dari sana.

"Kejar, Za!" Cia menarik tangan Zarah kencang. "Cepetan!"

Let Go [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang