I love You
***
Zarah masih berjuang mematahkan pendirian Zayn. Tetap mencari celah untuk mengembalikan semuanya. Apa pun itu, Zarah lakukan demi melihat kembali senyum tulus yang Zayn berikan. Memang tidak mudah, harus mengorbankan perasaan dan dibubuhi rasa sakit.
“Bang Zayn udah tahu kalau kita pacaran?” Ian mengambil alih tas punggung Zarah lalu menaruhnya di bagian depan motor.
“Dia nggak mau ketemu sama aku.”
“Masih belum?”
“Belum. Pulang dari kantor Bang Zayn langsung masuk ke kamar, dia nggak makan malam juga. Dia sengaja berangkat pagi-pagi banget.”
Ian menarik tangan Zarah kemudian mengelusnya. Ian mengerti mengapa hari ini cewek itu terlihat lesu dan murung. Akhir-akhir ini Zarah mengurangi waktu tidurnya. Dia seakan tidak peduli lagi dengan diri sendiri. Masa bodoh dengan konsekuensi yang akan terjadi jika terus begadang. Toh, Zarah memang ingin sakit untuk mendapat perhatian.
“Mau langsung pulang, Za? Atau mau Abang ajak jalan-jalan?”
“Jalan-jalan,” jawab Zarah spontan. Jika di rumah terus, bisa saja kesedihannya bertambah. Zarah butuh hiburan di kala hatinya masih butuh waktu untuk menyatu kembali.
Tempat yang pertama kali muncul di benak Ian adalah restoran. Zarah selalu mengukir senyum di sana. Bertemu orang baru tidak terdengar buruk.
Ian tidak meminta persetujuan dari Zarah, motornya melaju cepat membelah jalan.
Zarah menutup mata menikmati angin yang berhembus kencang. Kedua lengannya memeluk pinggang Ian rapat. Kepalanya bertumpu di pundak.
“Za, kamu nggak apa-apa?” Laju motor sedikit melambat. Selain karena ingin mendengar lebih jelas, banyak kendaraan merupakan salah satu pemicunya. Ian takutnya bisa menyenggol pengendara lain dan membuat dirinya dalam masalah. Zayn bisa murka kalau adiknya terluka.
“Hati aku masih sakit, Bang.”
Belum ada komentar. Ian bingung mau menjawab apa. Semua kata penyemangat telah dia berikan untuk Zarah.
“Bang Zayn sampai kapan kayak gini, Bang?”
Andai saja Ian bisa melayangkan pukulan ke wajah Zayn, sudah bisa dipastikan Zayn bonyok. Ian mulai kesal akan tingkah Zayn yang seolah ingin membuang Zarah dari hidupnya.
Akhirnya Ian memutuskan sesuatu. Dia kepalang tanggung. Perbuatan Zayn harus mendapat balasan.
“Za, Abang mau ajak kamu nginap di rumah Abang.”
Zarah mendekatkan telinganya. “Abang tadi bilang apa? Nggak kedengeran.”
“Kamu nginap di rumah Abang.”
“Kenapa?” tanya Zarah dengan suara yang dinaikkan beberapa oktaf, terlalu kaget mendengar penawaran Ian. Otaknya terjerumus pada hal yang tidak-tidak. “Buat apa, Bang?”
“Biar Bang Zayn merana, soalnya Abang kesel sama tingkahnya. Masa kamu digituin! Nggak manusiawi.”
“Abang jangan bilang kayak gitu….”
Ian berdeham. “Iya, maaf. Jadi gimana? Kamu mau?”
“Aku nggak tahu, Bang. Belum tentu mama sama papa izinin.”
“Kenapa nggak? Kan di rumah ada Om Agus sama yang lain. Kita nggak berdua doang, kok.”
Zarah memelintir bajunya. Tidak terlalu berminat. Takutnya makin memperpanjang masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Go [✓]
Fiksi RemajaBagaimana caranya melupakan? Apakah cinta semenyakitkan ini? Kenapa cinta bagiku serumit ini? Apanya yang salah? Aku hadir dalam hidupmu bukan untuk menyakiti, aku ingin membuatmu bahagia. Tapi aku tak bisa untuk meneruskan, aku tak ingin egois. ...