20.Begitu Lebih Baik

538 60 22
                                    

Don't forget to voments. I see you guysss....

***

Tumpukan batu hancur tak berbekas. Mengalirkan air sungai yang jernih dan membawa kedamaian.

Begitulah yang Zayn rasakang sekarang. Dia tidak perlu berpura-pura lagi, tidak perlu merana akan perbuatan sendiri. Intinya, Zayn bebas. Meskipun gelenyar aneh di hati masih belum menguap sempurna.

Zayn tidak akan pernah mengatakan yang sejujurnya kepada Zarah, biarlah rasa cinta itu terpendam tanpa ada yang mengusiknya. Zayn akan bahagia dengan caranya sendiri. Mencintai tanpa harus memiliki mungkin bisa jadi lebih indah daripada harus memaksakan kehendak.

“Abang sama aku terus, kan? Abang nggak akan jauh lagi, kan?” Sepanjang hari Zarah terus mengucapkan kalimat yang sama. Mengekor kesana-kemari.

“Iya, Dek. Abang janji.”

“Beneran?” Zarah mempoutkan bibir. Masih resah karena Zayn tidak terus terang kepadanya, padahal tumpukan pertanyaan harus segera dijawab. Zarah masih bertanya-tanya mengapa Zayn sempat melakukan jaga jarak. Ya, semacam itu.

“Iya, sayang….”

“Janji?”

“Ya ampun, kamu ini kenapa? Dari tadi pertanyaannya itu terus, nggak capek?” Zayn berdecak kecil. Kopi yang ada di meja diteguk sekali. Sore itu mereka menghabiskan waktu di teras.

“Aku mau pastiin aja, Bang. Aku takut Abang nggak peduli lagi.”

“Kan Abang udah janji, Dek. Sumpah, Abang nggak akan kayak gitu lagi. Kamu bisa mukul sampai puas kalau Abang kek gitu lagi.”

Zarah menampilkan senyum tipis. Wajahnya terlihat lebih berseri. Kadar kemanjaannya meningkat pesat. Zarah sudah duduk di pangkuan Zayn lau bersender di dadanya. “Bang….”

“Hm?”

“Aku pacaran sama Bang Ian.”

“Udah tahu,” jawab Zayn datar.

“Abang marah?”

Kalau ditanya seperti itu, tentu Zayn agak dongkol. Membiarkan Zarah dimiliki oleh orang lain menciptakan rasa sakit yang teramat dalam. Namun Zayn harus berpikir rasional, harus lebih mementingkan kebahagiaan Zarah. Maka dari itu, Zayn akan mencoba untuk ikhlas. Toh, mereka juga tidak mungkin bisa bersatu. Ada ikatan darah yang begitu kuat. Zayn tidak mau mengecewakan siapa-siapa lagi.

“Kamu cinta sama Ian?”

Zarah tersenyum simpul. “Gitu deh, Bang.”

“Gitu gimana? Kamu suka?”

“Ya … gitu.”

“Suka nggak?” Zayn bertanya menggoda. “Kalau kamu suka, Abang nggak bisa larang-larang kamu. Bahagianya Zarah juga bahagianya Zayn.”

“Hm….” Zarah menyiasati segalanya. Persentase di dalam hati belum mencapai puncak tertinggi, namun tak selamanya akan seperti itu. Tetes cinta yang diberikan Ian tak pernah berhenti mengalir. Hanya perlu kesabaran sampai terisi penuh.

“Dek. Gimana? Suka?”

“Suka, Bang….” Zarah menutup wajahnya malu.

“Cinta?”

“Cinta.”

Zayn langsung memeluk dari belakang. “Ternyata adek Abang udah gede. Udah tahu cinta-cintaan.”

“Tapi Abang nggak marah, kan?”

“Nggak, kok, Dek….”

“Tapi Abang sama Bang Ian belum akur. Aku mau lihat kalian berdua baikan, temanan kalau bisa.”

Let Go [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang