Jangan berpura-pura jika mendatangkan kesengsaraan
***
Kekecewaan adalah rasa sakit yang teramat dalam.
Zarah memegang dadanya sambil terus terisak. Tangis panjang itu belum mereda. Ia sakit hati karena Zayn belum memberikan penjelasan apapun.
Zayn sengaja berangkat pagi-pagi sekali, dia juga tidak mengambil kotak bekal yang sudah Zarah siapkan. Hari itu adalah hari dimana Zarah tidak mendapat pelukan manis, yang ada hanyalah tatapan datar yang diberikan Zayn.
“Ma….” Zarah menggigit bibir bawahnya. Kotak nasi digenggamnya kuat. “Abang kenapa, Ma? Kenapa dia kayak gitu sama aku? Dari kemarin dia nggak mau ketemu sama aku. Kenapa sih, Ma?”
Kania menatap sendu. Hatinya juga ikut sakit melihat kedua anaknya terpuruk. Baik Zayn dan Zarah sama-sama tersakiti.
“Jangan dipikirin, sayang. Mungkin Zayn lagi banyak pekerjaan di kantor, dia pasti lupa bawa bekalnya. Kan kamu tahu sendiri kalau Zayn itu suka sama masakan kamu.”
“Tapi Abang pergi gitu aja, Ma. Dia nggak senyum sama aku, dia juga nggak nyuapin aku….”
Kania menghela napas panjang. Dia tidak boleh membeberkan apa pun soal perasaan yang Zayn rasakan, semuanya bisa saja jadi rumit. Jadi Kania hanya bisa menyemangati anak-anaknya.
“Hapus air matanya, kamu mau ke sekolah, lho.”
Zarah menggeleng. “Aku nggak mau sekolah.”
“Kenapa?”
Air mata berjatuhan lagi. Sikap baru yang ditunjukkan Zayn memberi efek yang luar biasa, Zarah benar-benar kecewa.
“Aku nggak mau sekolah hari ini.” Zarah meletakkan kotak bekal ke tempat semula. Tangannya sibuk menghapus air mata. “Aku mau mikir salah aku dimana, kenapa Bang Zayn kayak gitu sama aku. Aku mau cari tahu sampai aku dapat jawabannya, Ma.”
“Sayang….” Kania meringis.
“Ini pertama kalinya Abang kayak gini, Ma.” Zarah sesenggukan seperti anak kecil. “Aku salahnya apa, sih?!”
“Udah, udah. Kalau kamu nangis terus nanti sakit.”
“Biarin! Aku mau sakit aja biar Abang nggak cuek sama aku.”
“Jangan bilang kek gitu, sayang.”
“Aku nggak suka diginiin, Ma. Dari kemarin aku coba bujuk dia tapi nggak dapat respon apa-apa. Abang terus-terusan aja di kamar, nggak pentingin aku lagi.” Zarah masih terpukul dan kecewa. Dadanya naik turun mengatur napas.
Kania bergeming.
“Abang nggak sayang lagi sama aku ya, Ma?” lirih Zarah. Dagunya bergetar kuat.
Kania menggeleng. “Zayn sayang banget sama kamu. Sayang banget.”
Zarah menghentakkan kakinya kesal, dia melangkah cepat sambil menekan dadanya. Apa yang dikatakan Kania berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Zarah tidak percaya. Tingkah laku Zayn tidak menggambarkan kasih sayang lagi.
Zarah mengunci pintu kamar lalu terduduk begitu saja. Wajahnya dibenamkan di antara lutut.
“Abang….”
***
Abang kapan pulangnya?
Abang masih lama di kantor?
Abang, kalau aku salah aku mau minta maaf.
Abang jangan buat aku sedih….
Zarah menatap pesan yang telah terkirim. Kekecewaannya makin meningkat karena pesan itu tak mendapat balasan apa-apa. Zarah juga mencoba untuk menelpon, namun panggilannya tak pernah dihiraukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Go [✓]
Fiksi RemajaBagaimana caranya melupakan? Apakah cinta semenyakitkan ini? Kenapa cinta bagiku serumit ini? Apanya yang salah? Aku hadir dalam hidupmu bukan untuk menyakiti, aku ingin membuatmu bahagia. Tapi aku tak bisa untuk meneruskan, aku tak ingin egois. ...