''Ini bukan suatu masalah besar, Xander. Kita tetap akan menjalankan rencana. Tetap pada tujuan kita. Meskipun Myana mencintai pamannya, ia tidak akan bisa bersatu dengan David. Aku akan pastikan itu.''
***
Sudah dua jam terhitung setelah ia masuk ke dalam kamar miliknya yang berada di mansion ayahnya, Mia masih terus menangis terisak.
Michelle keluar sejam yang lalu, ibunya terus meminta maaf kepadanya karena tidak bisa menghentikan ambisi ayahnya.
Teringat dengan David, Mia bangun dari posisi berbaringnya lantas mengambil tas miliknya yang diantarkan pelayan ke kamarnya. Segera ia menekan panggilan untuk terhubung dengan David.
''Halo, Honey. You okay?''
Pertanyaan cemas segera masuk ke gendang telinganya sesaat setelah telepon diangkat. Mengapa David menanyakan keadaannya? Apakah lelaki itu tahu?
''Honey?''
''Dave..''
Suara serak Mia membuat David di seberang sana geram. Ia saja tidak pernah membuat Mia menangis, mencoba selalu membuatnya bahagia, mengapa orangtuanya sendiri membuat Mia menangis? David tidak terima itu.
''Aku tahu, Honey. Sudah, jangan menangis lagi. Aku akan segera menjemputmu.''
Mia menghapus air matanya yang masih mencoba keluar. ''Bagaimana.. Bagaimana kamu tahu? Tidak Dave, jangan kesini. Daddy akan menyakitimu.'' Dion sudah mengetahui kalau Mia mencintai David. Meski David adalah adiknya, bukan berarti Dion tidak akan menghajarnya. Mia saja yang anaknya Dion berani berbuat kasar padanya.
''Aku tidak peduli, Sayang. Tunggu di sana, kamu di kamar bukan? Jangan kemana-mana. Jangan menangis. Jangan fikirkan ucapan mereka. Mengerti, Honey?''
Mia mengangguk pelan, sadar David tidak melihatnya ia segera berucap. ''Baik, Dave. Aku menunggumu.''
Panggilan tertutup setelahnya. Mia kembali merebahkan badannya ke tempat tidur, memandangi kaca jendelanya yang tergantung hiasan dream catcher hadiah ayahnya sewaktu ia berumur empat tahun.
''Mengapa Daddy berubah, Dad?''
***
Plakk!!!
''Kau sangat keterlaluan, Dion!''
Tamparan keras mendarat di pipi Dion dari sang isteri. Michelle yang sudah kehilangan kendali atas amarahnya berani menampar Dion, untuk pertama kalinya. Sebagai seorang ibu, wajar saja Michelle melakukannya sebagai bentuk pembelaan untuk putrinya. Ia tidak bisa berdiam terus-menerus. Kalian juga mungkin jika berada di posisi Michelle akan melakukannya.
Namun rupanya tamparan dan bentakan Michelle sangat berefek pada Dion. Amarahnya kembali datang karena itu.
''Kau juga sudah berani padaku, Elle?'' Tanya Dion mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love [Completed]
Romance|Warning! Jangan heran apalagi kaget kalo tiap naik bab akan nambah pula tiap katanya. Note: part pertama sedikit dan part terakhir paling banyak| ⚠Cerita sudah diberi tag dewasa. Bagi yang belum punya KTP, diharapkan tidak membacanya meskipun part...