Part↪11

7.3K 213 9
                                    

Warning!
Adegan mature.

David menghela nafasnya kasar. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Sepertinya hari ini Mia sangat suka sekali dibujuk.

***

Mereka sudah kembali ke hotel. Setelah selesai berganti pakaian, Mia meminta pulang dengan raut kesal yang masih menempel di wajah cantiknya. Sepanjang perjalanan pun Mia mendiamkan David, membuat lelaki itu frustasi.

Sekarang Myana sedang membilas tubuhnya di kamar mandi. Sedangkan David sedari tadi memikirkan langkah apa yang akan ia ambil untuk membujuk Mia. Fokusnya terpecah saat getaran suara telepon mengganggunya. Milik Mia. Ia bangkit lalu mengambil ponsel pintar tersebut di sling bag Mia. Ayah. Ponsel itu berhenti beberapa detik setelah ia ambil. David melihat ada sekitar sepuluh missed call dari nomor yang sama. Sepertinya sudah berdering sedari mereka di perjalanan tapi Mia tidak menyadarinya atau memang sengaja membiarkannya. Ada apa kakaknya itu menelepon Mia. Lalu sebuah pesan masuk. Ia membukanya. Mia sayang, senin besok datanglah ke rumah saat makan malam. Ada yang ingin kami bicarakan denganmu. Penting.

David menatap datar ponsel itu kemudian jemarinya bergerak untuk menghilangkan jejak pesan dan missed call itu. Ia tahu apa yang dimaksud Dion dari kata kami. Sialan. Sepertinya kakaknya itu tidak menyerah dengan ambisinya. David kemudian menaruh ponsel Mia ditempatnya kembali saat tidak ada lagi suara air di kamar mandi yang menandakan Mia telah selesai dengan kegiatannya.

Mia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan piama yang lumayan tipis, membuat lekuk tubuhnya lebih menonjol. Ia berjalan santai ke arah ranjangnya. Mengabaikan David yang sedang duduk di ranjang miliknya menatap Mia dengan tatapan sang predator.

Mia merapikan bantalnya, menepuk-nepuk pelan lalu membaringkan kepalanya di atas bantal tersebut. Tangannya bergerak mengambil sesuatu di sling bag miliknya. Ponsel. David diam-diam menghela nafasnya lega, untung saja ia lebih dulu tahu dan segera menghapusnya.

''Hon,''

Hening, Mia asik dengan dunianya. Tidak mempedulikan David seolah lelaki itu hanya sebuah pajangan kamar.

''Honey,''

David berpindah ke ranjang Mia. Ia mengambil ponsel Mia lalu melemparnya ke ranjang miliknya, Mia mendelik marah pada David. Ayolah, ia bukan lelaki penyabar di situasi seperti ini.

''Apa, sih?!'' Mia mendengus kesal, menyilangkan kedua tangannya. Matanya tidak berani menatap David.

''Kita tidak jadi pulang besok.'' Ucap David. Mia sontak menatap David berbinar.

''Yah, kita akan melanjutkan liburan ini. Dua hari, cukup? Itu batas toleransiku. Pekerjaanku juga menungguku di sana.'' Jelas David.

Mia menghambur memeluk David, mengangguk-angguk menyetujui. ''Okey, tidak apa-apa. Aku setuju. Terima kasih, Dave. Aku mencintaimu.''

David tersenyum tipis. ''Tapi aku mempunyai syarat.''

''Syarat?'' Mia perlahan melepaskan pelukannya. David mengangguk membenarkan.

''Kenapa harus ada syarat?'' Mia mengembungkan pipinya.

''Tidak mau? Okay terserah. Lenuhi syaratnya atau kita pulang besok.'' David hendak beranjak dari duduknya namun segera ditahan oleh Mia. ''Baiklah, apa syaratnya?''

David tersenyum puas. Ia harus melakukannya, atau ia akan kehilangan Mia.

''Kita melakukannya.'' Bisik David pada Mia, bibirnya mengendus leher Mia membuat gadis itu merinding.

Forbidden Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang