Part↪22

4.2K 145 27
                                    

''Ayo, Anna, kita siapkan alat-alatnya. Dulu, aku sering berkebun bersama nenek di kebunnya, jadi aku sangat handal dengan—''

Yah yah, terserah apa katamu, gadis cerewet.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir semua pegawai; ADM, divisi, manager, direktur, HRD, hingga office boy, mereka berkumpul di lobi hotel dengan wajah tertunduk takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hampir semua pegawai; ADM, divisi, manager, direktur, HRD, hingga office boy, mereka berkumpul di lobi hotel dengan wajah tertunduk takut. Di depan mereka, sang pemilik hotel mewah yang lantainya mereka pijaki sekarang, juga puluhan hotel lain yang sudah tersebar di seluruh benua; terkhusus Eropa dan Asia, sedang menahan emosinya agar tidak meledak. Tangannya sedari tadi menggulir layar beberapa iPad yang berbeda, sedang matanya terus menelusuri data-data yang ada di dalamnya. Berharap yang matanya lihat adalah sebuah kesalahan.

''Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Beberapa investor menarik dananya dengan jumlah besar dalam kurun waktu yang singkat!? Yang benar saja! Bahkan mereka dari wilayah yang berbeda. Ini pasti sudah direncanakan.''

Lelaki itu memijat pelipisnya, siapa yang berani melakukan ini padanya, ia rasa sampai saat ini tidak pernah membuat masalah pada orang lain.

Semua karyawan hanya bisa terdiam tidak bisa membalas, takut terkena imbasnya. Lalu seorang lelaki awal 30-an tergopoh-gopoh menghampiri mereka.

''Sir.'' Lelaki itu menunduk memberi salam.

Lelaki yang dipanggilnya itu mendongak, menatap sekretarisnya tersebut yang akan memberitahu sesuatu. ''Sudah menemukannya?''

Si sekretaris tersebut menghela nafasnya. ''Maafkan saya, Sir. Mereka semua kompak memberi alasan yang sama, keperluan pribadi. Setelah diselidiki kembali, mereka memang membutuhkan dana tersebut untuk keperluan mereka sendiri. Tidak ada yang mencurigakan.''

Aneh, ini terlalu mustahil, tapi ia yakin ada orang yang menjadi dalang di balik ini semua.

Lelaki itu mengusap wajahnya kasar, otaknya tidak bisa berpikir mengenai siapa yang melakukannya. Come on Xander, berpikirlah.

''Ada satu lagi yang ingin saya sampaikan, Sir.'' Lelaki tadi kembali menginterupsi.

''Apa lagi?!'' Sentak Xander dengan nada kasar. Dengan ragu sang sekretaris mengangsurkan iPad yang sedari tadi dibawanya.

Forbidden Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang