Part↪28

3.6K 169 21
                                    

David menghela nafasnya. Baiklah, rumit jika dilanjutkan berbicara dengan bocah sialan ini.

''Aku pergi.'' ucapnya, kemudian meninggalkan Gabriel menuju pesawat miliknya yang lain yang telah disiapkan.

***

Di sebuah ruangan yang sudah seperti kapal pecah—barang-barang bergelimpangan dimana-mana, pecah dan berhambur berantakan. Dion menggila. Ia berdiri dengan tangannya meremas rambut kuat. ''William sialan!!'' teriaknya penuh amarah.

Kemarahan Dion sepertinya sudah mencapai puncak. Terbukti dengan sebutannya berganti William pada David. Ia menatap nyalang asistennya yang berdiri tegap namun kepalanya menunduk. ''Kau sudah pikirkan cara untuk menghabisi bocah Indonesia itu?'' tanya Dion tajam.

''Maaf, sir. Kita tidak mempunyai celah untuk mendekatinya. Apalagi ada nama Jullian di belakangnya.''

Jullian? Benar. Bagaimana bisa William berhubungan dengan keluarga mafia besar seperti itu? Pikir Dion.

Berdecak keras, ia mengusap wajahnya kasar. ''Kalau begitu dimana William menyembunyikan wanita itu? Sedangkan dia pergi ke Miami tanpa ditemani siapapun.''

Asistennya kembali menggeleng. ''Saya bahkan meminta bantuan detektif suasta, tapi jawabannya sama. Tuan David sangat lihai menutupinya.''

Sialan. Dion kembali melampiaskan amarahnya dengan membalikkan meja kaca di dekatnya, membuat kacanya pecah tak berbentuk.

Jika David berhasil bersama wanita itu, maka kemungkinan ia akan kembali berusaha untuk mendapatkan Myana. Dion harus secepatnya menikahkan Myana dengan Xander.

''Sudah berapa lama usia pertunangan anakku?''

Asistennya diam sebentar untuk mengingat sekaligus berhitung. ''Sekitar dua minggu, sir.''

Dion mengangguk. Sudah cukup lama untuk dibilang sebentar. Ia harus cepat-cepat membuat mereka bersatu, sekali lagi, menghalangi David untuk merebut putrinya.

***

''Myana,''

''Ya, Xander.''

''Apa kau sudah mulai mencintaiku?''

Diam. Mia bingung membalas apa, dia sama sekali belum bisa melupakan lelaki itu, apalagi untuk mencintai Xander. Tapi jika ia berkata jujur, ia takut mengecewakan Xander. Lelaki itu sangat sabar terhadapnya, memperhatikan Mia dengan tulus, meski tahu kalau perasaannya hanya sepihak.

Xander menghembuskan nafasnya, bangkit dari tidurnya di pangkuan Mia lalu menatap gadis pujaannya menenangkan. ''Tidak apa sweet heart. Aku akan sabar menunggu, dan berusaha lebih giat lagi untuk membuatmu mencintaiku.''

Pipi Mia bersemu. Aishh.. Bagaimana mungkin ia tidak merona jika Xander mengatakannya dengan nada tulus dan menatap tepat ke netranya? Mia juga perempuan, yang selalu menggunakan perasaannya untuk menyikapi segala hal.

Ditambah intensitas pertemuan mereka yang bisa dibilang sering, hati Mia perlahan-lahan luluh oleh Xander. Ia bahkan membiarkan dirinya bercerita dan berkeluh kesah pada lelaki itu, yang ditanggapi dengan baik oleh Xander. Bahkan, untuk berkontak fisik pun, Mia tidak lagi membatasi untuk Xander, meski tidak sampai tahap berlebihan. Ia tidak ingin melakukan kesalahan lagi sebelum lelaki itu menjadi suaminya.

''Xander, aku mau itu.'' mengalihkan pembicaraan, Mia menunjuk salah satu pengunjung taman yang membawa minuman segar.

Xander menolehkan kepalanya pada objek yang ditunjuk Mia. ''Kamu haus?''

Mia mengangguk. Tersenyum, Xander kemudian berdiri dan menatap Mia antusias. ''Aku senang kamu meminta sesuatu padaku. Teruslah seperti itu, Myana.'' Xander melebarkan senyumnya melihat Mia yang kembali tersipu. Kini ia tahu, gadisnya sangat suka tersipu saat ditatap tepat di matanya. ''Tunggu sebentar. Aku akan membelinya untukmu.''

Forbidden Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang