//020

75 4 0
                                    

Haeyioo!

Mulai dari chapter ini, author mau buat sudut pandang author/ author pov, tidak lagi memakai sudut pandang Aurel. Jadi untuk chap sekarang sampe end nanti akan pakai author pov.

Kenapa?

Biar gampang aja nyelesain masalahnya.

Happy Reading!

>>>>

Chika berteriak dengan diiringi tangisannya pada seorang pria paruh baya. penampilan Chika terlihat begitu kacau.

"Chika! kamu gak papa kan?" Azka menghampiri Chika, terlihat dengan jelas raut khawatir di wajahnya melihat kondisi Chika sekarang.

Sedangkan tak jauh darisana. Aurel, gadis itu hanya terdiam ditempatnya. Ia bahkan tidak berani untuk mencampuri urusan Azka dan Chika.

"Mau apa anda kemari?" Azka menatapnya tajam dan dingin pada seorang pria dihadapan nya.

"Kalian itu sama aja kayak dulu, gak pernah nganggep ayah ada," ucap nya lirih.

"Ayah saya udah gak ada sejak dulu." Jawab Azka cepat dan pandagannya menajam.

Pria paruh baya yang diyakini adalah ayah dari Azka dan Chika. Sang ayah---Darel hanya berniat berkunjung, agar bisa memperbaiki hubungan keluarga nya. Tapi apa yang ia dapatkan ternyata selalu seperti itu, dia tidak pernah diterima oleh anaknya lagi.

"Azka dengerin ayah dulu, nak. Ayah ngelakuin ini semua bukan karena ayah gak sayang kalian, tapi ayah..

"Saya tidak ingin mendengar penjelasan anda." Potong Azka.

Tak lama datang seorang wanita yang umurnya kisaran tiga puluh tahunan, berjalan dengan anggun ke arah Darel.

"Pih...mending kita pulang aja," ajaknya dengan suara lembut.

Sedangkan Azka hanya berdecak tidak suka. Di lain tempat Chika sudah mengepalkan tangannya setelah kedatangan wanita tersebut.

PLAKKK?!

Aurel menutup mulutnya terkejut akan hal yang baru saja terjadi di depan matanya. Bahkan ia tak sanggup berkata-kata.

"CHIKA?!!!" teriak Darel.

Wanita itu---Eva tersungkur ke lantai akibat tamparan keras dari Chika. Rambut panjangnya menutupi sebagian wajahnya, mereka tak tahu kalau dibalik itu sebuah seringaian terpantri di bibirnya.

Darel mencekal kuat pergelangan tangan Chika, membuat korban meringis kesakitan. "Chika, ayah gak pernah ngajarin kamu kayak gini!!. Dimana sopan santun mu pada ibumu hah?!! jadi ini didikan bunda mu itu?!"

Azka yang tak terima akan hal tersebut langsung menepis tangan ayahnya. "Jangan pernah bawa-bawa bunda dalam masalah ini!" ujar Azka penuh penekanan.

Eva terbangun dari posisinya. Ia langsung menggenggam tangan suaminya. "Ayo, pih. Kita pergi!!"

Napas Darel memburu, ia tak menyangka putri kecilnya melakukan hal tersebut. Selama ini putrinya itu terlihat pendiam dan lemah lembut, tapi kejadian tadi membuat semua itu pupus pada diri Chika. Darel melangkah pergi keluar rumah, ia tak sanggup lagi dengan sikap anak-anaknya.

Eva menyeringai dalam diam. "Kalian itu hanya anak gak berguna! tak tahu diri. Apakah menampar seseorang itu hasil didikan dari bunda mu itu hah? aku tak menyangka kalo bunda mu itu tidak becus buat didik kalian."

"DIAM?!!" teriak Chika, matanya menyorotkan kilatan emosi.

"Lo wanita yang tidak tahu diri! WANITA MURAHAN?! wanita kayak lo gak pantas buat ngerendahin bunda, karena derajat lo jauhh di bawah bunda."

(Not) Secret Admirer |✔|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang