Chapter spesial || Azka pov

72 3 0
                                    


Sebelum kalian baca, aku kasih tau kalau chap ini  masih berhubungan sama chap 17 .

So, kalian klo lupa sama alurnya bisa baca lagi  chap 17 . Bedanya disini aku pakai sudut pandang Azka.

Sekian...

Happy Reading!

•••

Selalu saja berhasil membuat gue terus memikirkan tentang dia. Entah sihir apa yang dia lakukan terhadap gue. Jujur, gue merasa bersalah banget karena berniat mendekati dia hanya untuk menjauhkannya dari Adrian.

Tapi pada akhirnya gue sendiri yang kena batunya, gue malah gak mau dia jauh-jauh dari gue atau dekat dengan cowok lain. Gue benci  apabila dia dekat cowok lain, apalagi sekarang dia dekat dengan cowok brengsek yang menyandang status musuh gue sekarang.

Gue bimbang. Gue gak tau perasaan apa yang tengah gue rasakan sekarang, semuanya hanya tanda tanya besar bagi diri gue sendiri. Gue juga masih kepikiran tentang omongan Alex tadi siang. Gue akui bahwa gue emang sering merhatiin Seyra dari jauh, gue memang masih belum melupakan Seyra tapi entah kenapa seakan sekarang gue gak begitu mentingin dia lagi. Semua itu terjadi setelah Aurel datang dalam kehidupan gue.

Gadis itu benar-benar memporak-porandakan hati dan hidup gue. Entah apa yang membuatnya begitu menarik perhatian gue belakangan ini. Dia itu seperti...

ah, gue susah mendeskripsikannya. Yang pasti dia berbeda dengan gadis diluaran sana. Gue menyukai semua yang dia miliki.

Setelah gue mengatakan tujuan gue yang sebenarnya, dia meminta gue untuk menjauh. Untuk menjauh? Disaat gue udah ngerasa nyaman? Jelas gue gak bisa. Gue frustasi dengan dia yang mencoba menjauhkan diri dari gue, melihat dia yang seakan tidak mengenali gue tuh serasa... ada yang kurang.

Berhari-hari gue berusaha mendekati nya lagi walaupun dia sedikit cuek, gue tetap mendekatinya dan berhasil. Tapi lagi-lagi gue menyakitinya, gue merasa bodoh banget pada waktu itu karena menyia-nyiakan dia, dan gue menyesal sekarang. Ditambah Alex datang, sungguh itu membuat gue tidak bisa kontrol emosi gue.

"Kak kok bengong aja?"

Gue tersadar dari lamunan dan melihat adik perempuan gue yang kini sudah berada di hadapan gue. "Hah?"

"Ihhh...sampe-sampe Adrian sama aku di anggurin. Kenapa sih? Ada masalah apa?"

Gue mengusak rambut, "Gak ada. Maaf tadi malah bengong. Ada apa?"

Chika terlihat merenggut, "Beliin makanan favorit aku, yah?"

Gue melihat ke arah Chika dengan mata berbinarnya, ah itu jurus jitu agar gue nurutin kemauannya.  "Hhh... yaudah, kakak beliin. Tapi jangan ngambek lagi"

Chika menganggukkan kepalanya lucu. "Janji," ucapnya mengacungkan jari kelingking nya.

"Sama Adrian juga."

Gue mengernyit. Terlihat juga Adrian yang tadi hanya diam ikutan menatap Chika bingung.

"Kak Azka sama Adrian ke sananya. Oh...iya jangan lupa makanan di restoran biasa." Gue hanya menghela napas lalu mengusak rambutnya.

"Iya-iya, restoran biasa."

Restoran dulu yang sering gue kunjungi dengan orang-orang terdekat gue. Ah...ralat, karena salah satu orang yang menjadi bagian waktu itu telah menjadi musuh gue sekarang.

Gue dan Adrian pergi ke tempat dimana tersedia makanan yang selalu menjadi favorit Chika. Sepertinya restoran sedang ramai. Gue menulusuri setiap sudut restoran favorit Chika itu.

(Not) Secret Admirer |✔|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang