Happy Reading!
•••
Gue suka. Gue suka ketika dia gugup disamping gue. Gue suka dengan senyuman yang selalu dia berikan terhadap gue. Gue suka dengan semua sikapnya. Ya, gue suka atau bahkan lebih dari kata suka.Dia, Aurel. Gadis yang membuat gue sering gemas sendiri akan tingkah nya. Gadis dengan segala sikapnya yang membuat gue jatuh dalam pesonanya.
Dimana pertemuan pertama gue dengannya yang dibilang tidak menarik. Saat itu gue gak tahu dia siapa, gue hanya tau temannya saja. Akan tetapi gue dipertemukan kembali dengannya kala itu, dimana gue harus membeli sesuatu di minimarket. Mengantarnya pulang, walaupun tidak ada obrolan sama sekali.
Gue gak tau setelah kejadian itu, gue selalu memerhatikannya, walau gak sengaja. Tepat dihari dimana dia dibawa ke UKS gara-gara terkena bola. Gue tau itu karena waktu kejadian tersebut gue gak sengaja lewat. Gue juga liat ketika matanya melihat ke arah seseorang gugup dengan botol minuman di pergelangan tangannya. Sampai pulang pun, gue masih kepikiran. Dengan inisiatif gue menuju ke UKS. Berakhir lah dengan gue yang mengantar mereka.Gue jadi ingin mengenal dia lebih dalam. Gue nekat meminta nomornya pada temannya.
"Kakak lagi suka sama seseorang ya?" Kepala gue tersentak. Melihat Chika yang tengah berusaha mengintip ponsel milik gue.
"Nggak. Siapa yang bilang?" elak gue.
"Chika malah dukung lho. Sama siapa Kak? Adek kelas atau kakak kelas? Ayo dong ... kasih tau aku Kak," rengek Chika. Gue menghela napas pelan.
"Nanti kakak cerita kalau waktunya udah tepat, oke?"
Ada raut kekecewaan pada wajah Chika yang gue lihat. "Yahhh... tapi janji yah bakalan kenalin ke aku?" Gue mengangguk.
Chika, dia adalah gadis yang gue sayangi lebih dari gue sendiri. Bahkan gue rela mati demi dia. Orang berharga satu-satunya yang masih ada dalam kehidupan gue. Gue gak akan membiarkan dia sedih. Entah itu karena apapun.
>>>>
Nafas gue memburu. Gue melirik junior-junior eskul basket gue, mereka menatap takjub karena baru saja gue mencetak skor sempurna.
Gue berjalan lemas ke pinggir lapangan, berniat istirahat.
"Keren."
Gue tersenyum bangga. Menepuk pundaknya. "Lo juga bisa nanti. Mungkin bisa aja lo ngelebihin dari gue, ya nggak?"
Cowok tersebut-- Adrian terkekeh. "Jadi, gue bisa ngambil posisi lo dong?" Gue tergelak pelan atas responnya.
"Iya. Setelah gue lulus nanti."
Gue meneguk botol minuman gue dalam sekali tegukan. "Kayaknya lo bakal terkenal dikalangan siswi SMA ini deh."
Adrian tersenyum bangga, "Pasti. Tapi gue gak mau itu terjadi." Dahi gue mengkerut. Lagian siapa juga yang menolak di sukai banyak gadis? Sepertinya Adrian pengecualian.
"Kenapa?"
Terdengar helaan napas darinya. "Gue hanya ingin satu gadis saja untuk cinta sama gue. Biar gue bisa membalas perasaannya."
"Woihhh ... ngena banget" seru gue. "Emangnya ada gadis yang lo sukai?"
"Gue sempat tertarik sih sama teman kelas gue. Tapi entahlah," jawab Adrian. Gue sih manggut-manggut aja. Gue juga gak tahu siapa gadis itu. Tapi entah kenapa pikiran gue ke arah Aurel. Apakah dia, gadis yang disukai Adrian?
"Aurel?" gumam gue pelan yang entah kenapa Adrian bisa dengar ucapan gue.
Adrian terlihat terkejut sebentar. "Lo tau?"
Gue mendengus pelan. Padahal niatnya gue cuman nebak. "Gue cuman nebak. Soalnya gue pernah liat kalian olahraga bareng dan yang pasti kalian sekelas. Jadi, hanya Aurel cewek yang gue kenal di kelas lo."
"Gue juga sih cuman masih tertarik doang karena sepertinya dia beda sama cewek lain." Gue membenarkan ucapan Adrian dalam hati.
"Kak!" seru Chika setengah berlari ke arah gue dan Adrian. Dia tersenyum lebar ke arah kita berdua. Karena setelah kejadian itu mereka--Adrian dan Chika-- semakin dekat.
Gue senang dengan Chika yang kembali seperti dulu. Dia sudah banyak berinteraksi dengan sekelilingnya. Ditambah kehadiran Adrian, senyumnya kini selalu hadir. Gue Bahagia, sungguh. Melihat hubungan diantara keduanya. Bahkan gue tidak menginginkan keduanya putus hubungan.
Ada satu hal yang harus gue waspadai. Aurel. Ya dia menyukai Adrian, gue tahu itu. Ketika gue mengajaknya untuk ke lapangan setelah sepulang sekolah. Pada waktu itu dia memang menelpon gue tidak bisa datang. Tapi sebenarnya, sebelum dia menelpon gue, gue sempat melihatnya dari kejauhan. Dia menatap sedih ke arah Adrian. Hanya satu yang gue tangkap dari tatapannya itu, dia menyukainya.
Bagaimana kalau Adrian masih menyukai Aurel? Bagaimana kalau nanti hubungan Adrian dan Chika putus? Yang akhirnya Chika akan kembali seperti sedia kala, dia akan kembali terlihat murung. Apakah tega gue melihat Chika seperti itu? Pasti gue jawab tidak. Bagaimanapun caranya gue harus membuat Aurel tidak menyukai Adrian. Ya, itu jalan satu-satunya.
Hari-hari berikutnya gue isi dengan terus mengawasi Aurel. Mencoba mendekatinya. Sepertinya usaha gue berhasil karena Aurel selalu menerima kehadiran gue. Gue juga menikmati kebersamaan dengannya. Entah, gue juga bingung dengan gue sendiri.
Tapi justru rasa bersalah itu selalu menghantui gue. Setiap Aurel tersenyum. Haruskah dia menerima semuanya? Gadis selugu dia, haruskah gue rebut kebahagiaannya? Gadis yang bahkan dirinya tidak tahu menahu kalau dirinya berbuat salah? Ya gue bodoh sebodoh-bodohnya karena nyatanya dia tidak salah apa-apa. Ia hanya seorang gadis yang berhak menyukai lawan jenisnya. Haruskah dia disalahkan?
Hingga disaat gue mengatakan kebeneran kepadanya, saat itu juga gue merasa ada yang kurang dalam hidup gue.
.
.
.
.Pendek banget ;(
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Secret Admirer |✔|
Teen FictionCERITA SUDAH LENGKAP! "Jadi secret admirer itu menyakitkan, gue pengen berhenti " - Aurel "Gue akan bantuin lo buat berhenti jadi secret Admirer " .... ? Aurel, sosok gadis yang lebih memilih menyukai diam-diam pada seorang lelaki pada pandangan p...