F O U R T E E N

44 25 7
                                    

H A P P Y  R E A D I N G
🤗🤗🤗

Jangan hanya karena aku sikapmu berubah menjadi tambah dingin dan cuek, karena aku gak suka dengan sikapmu yang seperti itu

***

Tepat sekali hari ini libur sekolah, mereka memanfaatkan waktu yang ada. Karena Dira bilang dia ada di rumahnya maka dari itu mereka akan kerumahnya besok pagi. Ketika selesai teleponan tadi mereka langsung bergegas menyiapkan keberangkatannya. Alay sih sebenarnya, karena rumah Dea dengan rumah Dira itu tidak terlalu jauh dan tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di jalan tapi mereka menyiapkannya dari sekarang. Kalo kata orang sunda mah ‘meni tanginas’.

Padahal jam masih menunjukkan 20.48 P.M, besok juga bisa kan siap – siapnya? Entahlah, mungkin mereka besok hanya ingin tinggal ontheway.

@@@

“gimana, Udah?” tanya Sela yang entah sejak kapan ada di sampingnya.

Dira mengalihkan pandangannya menatap Sela—mama. “udah” Sela membalas dengan senyuman.
Kini Dira dan Sela sedang berada di balkon tepat di kamar milik Dira.

Malam ini udaranya sangat dingin membuat Dira merinding dan mengusap kedua bahunya pakai kedua tangannya. Sela yang melihat putri tunggalnya buru – buru masuk ke dalam dan tak lama kemudian ia kembali membawa jacket yang lumayan tebal dan syal.

“ngapain mah?” tanya Dira heran ketika Sela menyodorkan jacket dan syal padanya.

“loh kok ngapain sih, ya di pake dong sayang” ucapnya.

“sini biar mama yang pakein” ucapnya lagi sembari memakaikan jacket tak lupa dengan syal yang dikalungkan pada lehernya.

Selesai memakaikan kedua benda itu Sela merapikannya dengan teliti, lalu tangan Dira menghalanginya dan memegangnya.

“mah, aku bukan lagi anak kecil. Jadi, mama jangan bersikap seolah – olah aku ini anak kecil. Umur aku udah mau tujuhbelas tahun mah, umur segitu gak lagi kecil, aku udah gede” ujar Dira.

Semenjak Dira sakit Sela lebih memanjakannya, ya memang sebelumnya juga sering memanjakannya.
Dira juga sering diperlakukan layaknya seperti anak kecil dan ia tak mempermasalahkannya. Namun kali ini ia tidak seperti biasanya.

Sela menegang kala mendengar ucapan Dira. Ia hanya ingin berperan sebagai orang tua yang baik bagi anaknya. Toh Dira juga selalu menerima.

Mungkin bagi Dira ini berlebihan karena mamanya selalu memanjakannya. Tak heran jika Dira sering bermanja karena sudah ketergantungan dari orang tuanya.

Sela bersikap seperti ini karena ada alasannya. Ia tidak ingin kejadian dulu terulang kembali.

Sebelum kepergian Fanka, Sela sangat jauh dengannya dan jarang ketemu karena berbeda negara. Fanka melanjutkan pendidikkannya di negara orang dan ketika Fanka kembali ke Indonesia bukan berarti Fanka banyak menghabiskan waktu dengan Sela dan Fendi. Namun dengan kepulangannya Fanka menjadi terakhir kalinya ia pulang kerumah karena kecelakaan yang merenggut nyawanya. Tak heran jika Sela selalu memanjakan Dira karena ia ingin Dira bahagia dan akan melakukan apa saja demi kebahagiaan putrinya.

Toh Sela dan Fendi tidak punya siapa – siapa lagi selain Dira. Keluarga besarnya semuanya berada di New zealand dan Korea. Di Indonesia mereka hanya hidup dengan keluarga kecilnya.

syenanDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang