F I V E T E E N

49 25 11
                                    

H A P P Y  R E A D I N G
🤗🤗🤗

Kebohonganmu itu membuatku kecewa, dan kecewanya aku membuatmu menangis

***

Kini Dira dan sahabat – sahabatnya berada di kamar Dira mereka saling bertukar cerita dan bercanda bersama.

Ini yang di rindukan Dira, selama ia sakit dan di rawat begitupun sebaliknya. Dira senang, ia masih di beri kesempatan untuk sehat kembali dan berkumpul bersama sahabat – sahabatnya. Ini akan menjadi kenangan suatu hari nanti ketika mereka tidak lagi bersama.

Mengidap penyakit yang sangat serius menjadikan Dira selalu ingat dengan perpisahan dan kematian. Ia belum siap untuk meninggalkan orang tua, sahabat dan? Astaga ia sampai lupa bahwa sekarang ada laki – laki yang harus ia perhatikan dan ia kabari selain orang tua dan sahabatnya.

“lo kenapa Ra, kok bibir lo manyun gitu sih? Jelek tau” tanya Fara dan diakhiri dengan ejekkan.

“aishhh lo ini, gue baru inget kalo gue jadian sama Adelard” ucapnya jujur.

Fara, Faulla, Qilla dan Dea tertawa menurutnya sangat aneh, kenapa mereka tertawa? Padahal ini bukan lelucon.

“kenapa ketawa?” tanyanya heran.

“lo ngakak Ra, kita udah tau kali Ra” ucap Qilla sembari tertawa.

“kalian udah tau?” tanyanya polos. Fara, Faulla, Qilla, dan Dea mengangguk.

“tau dari siapa?” Dira bertanya lagi.

“kita tau karena waktu lo tiba – tiba ilang, terus si Salsa bilang kalo lo sama Adelard itu jadian. Tapi gue gak percaya sama omongannya, lo tau kan omongan dia kaya gimana?” jelas Faulla.

“tapi waktu Adelard ke kelas nyari lo gue baru percaya. Karena raut wajah dia tuh menunjukkan banget kekhawatirannya ke lo” ucap Fara.

“dia khawatir banget sama lo Ra, sampe dia datang kekelas nanyain lo ke gue” ucap Dea yang memegang segelas air mineral lalu ia minum.

“bahkan sampe buat Dea nangis dan Adelard terduduk lemas di lantai Ra” ucap Qilla dengan sebungkus snacksnya.

“tapi kok gue heran yah pas Dea nelepon nyokap lo, dan nyokap lo bilang lo pasti sembuh, lo sakit Ra?” tanya Fara penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi selama tiga hari kebelakang pada sahabatnya ini.

Dira menatap lekat Faulla, mereka berdua saling tatap dan menaikan kedua halisnya. ‘harus jawab apa?’.

“iya Ra lo sakit?” kini Dea yang bertanya.

Dira bingung harus jawab apa, kenapa mamanya harus keceplosan sih? Kalo udah kaya gini kan berabe.

“gue—“

Tok tok tok

Bunyi pintu kamar terdengar hingga membuat Dira lega di buatnya. Namun ketika seorang wanita yang sudah berkepala empat itu membukakan pintu.

“non ini di minum dulu obatnya” ucap bi Narti di lawang pintu.

Dira dan Faulla menegang kala mendengarnya. Pasalnya ia tidak mau Dea, Fara, dan Qilla tau bahwa ia memang sakit. Cukup Faulla saja yang mengetahuinya.

“bibi” panggil seseorang dari depan pintu kamar.

Dira benafas lega karena mamanya datang  dengan tepat waktu.

“eh ibu, iya bu”

Sela menutupkan pintu kamar lalu menghadap pada bi Narti.

“bi didalam ada teman – temannya Dira, dia tidak suka kalo ada salah satu temannya tahu kalo dia harus minum obat sekalipun itu vitamin” tegur Sela.

syenanDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang