Langit yang semula cerah sekarang menjadi mendung dan gelap. Awan hitam mengambang di atas rumah makan ini—dan hanya di tempat ini. Perlahan hujan turun membasahi daerah ini. Bukan air yang keluar, melainkan cairan berwarna merah darah.
Dari balik awan itu keluar segerombolan makhluk yang mengerikan. Memiliki sayap berwarna abu-abu dengan wajah di rias—sama seperti badut biasanya. Tubuh mereka tertutupi pakaian yang biasanya dikenakan badut di pesta ulang tahun.
Dengan perlahan tapi pasti mereka mulai menukik turun menuju tempat kami berada. Gigi-gigi tajam dilihatkannya kepada kami dan siap menyerang kapan saja. Beberapa dari monster itu masih berputar-putar di angkasa menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan serangan.
Sang penjaga kasir mengeluarkan sebuah koper berwarna perak. Di dalamnya terdapat beberapa suntikan dan sebuah botol berisi cairan berwarna merah. Dengan suntikan itu dia memasukkan cairan merah ke dalam tubuhnya. Pegawai lainnya mengikuti apa yang dilakukan pemimpinnya. Tubuh mereka menegang sesaat, kemudian kembali menjadi rileks setelahnya.
Pedang besar berwarna hitam dengan garis abu-abu diambilnya dari balik meja kasir. Pedang itu tampak cukup berat, tetapi dia dapat mengangkatnya dengan mudah, walaupun dia itu seorang wanita. Mungkin itulah efek dari serum yang dipakainya.
Dua pegawai lainnya juga mengambil senjata. Pegawai pria membawa busur dengan ukiran tradisional lengkap dengan anak panahnya. Sedangkan pegawai wanita membawa senapan M-16 yang telah dimodifikasi agar tampat imut. Ada lukisan kelinci, hati, juga kucing menempel di senapan itu. Senapan yang seharunya berwarna hitam itu malah diubahnya menjadi berwarna merah muda. Selera anak cewek memang mengerikan.
"Ayo habisi mereka!" teiak pegawai kasir yang juga pemimpin di antara mereka.
Mereka lalu keluar dan menyerang para ZoClown yang telah memiliki sayap. Kedua pegawai menembak untuk membuat ZoClown terjatuh yang kemudian akan dihabisi oleh pemimpin mereka. Kerjasama yang baik membuat banyak ZoClown telah di kalahkan.
"Oke, ayo kita bantu mereka juga!" teriak Mbak Nadia bersemangat.
"Ya!" kami pun tidak kalah bersemangat.
Mbak Nadia dan Mas Agus bergegas menuju mobil untuk mengambil senjata. Kebetulan aku membawa pistol Glock-ku dan Revolver sehingga aku bisa melindungi mereka berdua. Mbak Rina memeluk Bori di bawah meja agar Bori tidak ketakutan. Sebenarnya itu membuatku sedikit iri dengan apa yang Bori dapatkan. Ah, sandainya aku masih anak-anak apakah aku bisa seperti Bori yang dipeluk dengan eratnya oleh cewek cantik.
Setelah mengambil beberapa senjata, Mas Agus dan Mbak Nadia berlari menghampiriku. Ia memberikanku sebuah AK-47, sama dengan yang Mas Agus pakai. Sebuah Dragunov SVU buatan Rusia yang telah diproduksi sejak 1994 diberikan kepada Mbak Rina. Tak disangka, walupun terlihat lugu dan polos ternyata ia mahir dalam menggunakan sniper
Sebenarnya masih ada banyak pertanyaan yang melayang-layang dipikiranku. Salah satunya adalah dari mana mereka mendapatkan semua senjata ini. Mungkin dari para tentara yang mengangkut banyak senjata lalu sengaja dibagikan kepada warga sipil. Atau ada boks besar yang diturunkan dari pesawat seperti yang ada di film atau game yang pernah kumainkan dulu. Itu tidak penting, yang terpenting adalah bertahan hidup.
Mas Agus dan Mbak Nadia berada di dekat mobil untuk melindungi mobil dari kerusakan. Dengan M60 yang 'dipinjam' Mbak Nadia gerombolan ZoClown terbang itu dapat dengan mudahnya dijatuhkan. Pasokan peluru juga masih banyak karena Mbak Nadia juga 'meminjam' banyak.
Seekor ZoClown hampir saja menyambar Mbak Nadia yang sedang menembak dari atap mobil. Beruntung salah satu pegawai pengguna busur berhasil mengenainya tepat waktu. ZoClown itu seketika mati karena tertusuk di bagian kepalannya.
Sejauh ini aku sudah paham mengenai ZoClown. ZoClown itu layaknya manusia yang akan mati ketika kepalanya atau jantungnya hancur. Pergerakan mereka juga dapat diperlambat dengan menembak bagian kakinya. Pada umumnya indra mereka sama seperti manusia. Penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, pembau. Hanya saja insting yang dimilikinya lebih kuat. Itulah mengapa mereka lebih unggul dari kami—para manusia.
Aku dan Mbak Rina menembak dari depan pintu rumah makan. Bori yang tidak dapat membantu banyak hanya duduk manis menonton kami semua membunuh ZoClown terbang itu. Aku kagum dengan Mbak Rina yang keakuratan menembaknya hampir sempurna. Hanya sesekali saja ia meleset.
Mungkin sudah hampir seperempat jam kami menghambur-hamburkan peluru. Jumlah mereka sudah mulai berkurang—tetapi tetap saja masih ada yang harus kami bunuh. Awan yang meneteskan air merah perlahan menghilang. Kekacauan ini tidaklah berakhir sampai disini saja.
Seekor ZoClown bersayap turun dari langit. Ukurannya sangat besar—mungkin setara dengan dua kali mobil van yang kami gunakan. Lengannya besar juga berotot. Badanya pun juga begitu. Hanya saja kakinya lebih kecil. Aku jadi ingat sebuah lagu yang dulu sering kunyanyikan. Salah satu liriknya yaitu: kingkong badannya besar, tapi kakinya pendek. Jangan-jangan ZoClown ini adalah perwujudan kingkong tersebut.
Sisa-sisa peluru kami arahkan ke tubuh ZoClown yang hitam legam. Semuanya percuma, tidak ada yang mempan. Semua peluru seperti menabrak sesuatu yang empuk—seperti kapas—tetapi kuat—seperti baja—sehingga hanya memantul saja.
Suara tembakan berhenti ketika sebuah truk besar milik tentara menghantam ZoClown itu. Ia terhempas menuju area persawahan. Para petani yang menggarap sawah sudah tidak ada ditempatnya, semuanya bersembunyi di rumahnya masing-masing. Berharap semua ini hanyalah mimpi belaka.
Lima tentara keluar dari belakang truk. Para tentara mengarahkan tembakan ke ZoClown yang masih terbaring di atas sawah hijau yang mulai menguning. Anehnya, serangan mereka mempan. ZoClown itu terluka dan mengerang kesakitan. Kulihat dengan seksama ternyata senjata yang digunakannya berbeda dengan kami. Bukan senjata yang pernah ada sebelumnya. Aku tahu persis itu bukanlah senjata lama, itu baru dan mungkin belum pernah dipublikasikan sebelumnya.
"Kalian, cepat pergi! Biar kami yang mengurus ini." Teriak salah satu tentara.
Kami segera pergi dari tempat itu. Para pegawai restoran menaiki truk tentara dengan seorang supir dan satu tentara di sebelahnya. Kelima tentara yang menyelamatkan kami masih saja terus menembaki ZoClown raksasa itu.
ZoClown yang tak berdaya hanya bisa berteriak kesal dan marah. Sayapnya telah rusak sehingga tidak memungkinkan baginya untuk terbang menjauh. Kakinya juga hancur karena mereka—para tentara itu—terus saja menembakinya. Yang bisa dilakukan ZoClown itu hanya menatap kami dengan tatapan marah dan teriakan yang membisingkan telinga.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ZoClown [TAMAT]
HororBagaimana jika ketika kamu membuka mata dan semua mimpi burukmu menjadi kenyataan? Pilihan mana yang akan engkau pilih. Berdiam diri atau menghadapi. Riko akan menghadapinya!