•03ᝰ

183 42 3
                                    

Budayakan Voment
Selamat membacaaa....


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini bukan? Kesempurnaan hanya milik tuhan.

Tapi banyak manusia yang menuntut kesempurnaan pada dirinya sendiri bahkan manusia lainnya.

Menyalahi kodrat.

Karena sekali lagi, kesempurnaan hanya milik tuhan.

Lantas, bagaimana, apa yang di masksud manusia dengan kesempurnaan? Memaksakan diri agar bisa lebih dalam segala hal. Tidak ada kekurangan. Harus sempurna. Nyatanya itu sulit. Perlu usaha sangat keras untuk mendapatkannya. Namun, sekeras kerasnya usaha, tetap tidak bisa menjadi sempurna. Tetap ada beberapa hal yang tidak bisa ia lakukan.

Pandangan orang, jika tidak bisa melakukan suatu hal, akan dinilai sangat bodoh. Dihindari, kadang sampai dicaci maki.

Segila itu dunia sekarang.


Tok tok tok


Ketukan pintu membuyarkan lamunan Allisya yang sedang melamun sembari menatap keluar jendela dengan tangan bertompang pada meja belajar yang mengarah langsung keluar jendela.

"Sayang," Gadis itu menoleh spontan ketika sang mama memanggil "Turun yuk? Yang lain udah nungguin kamu untuk makan malam."

Tanpa banyak membantah, Allisya mengikuti sang mama ke ruang makan dengan sang mama yang merangkulnya.

Senyuman manis terbit di wajah cantiknya. Seperti ini saja sudah mampu membuatnya senang.

"Devian, jangan duduk disitu. Duduk di tempatmu sendiri!" Suara sang kakak yang sedang memperingati Devian menyambut kedatangannya.

Devian mendengus kesal "Kenapa sih? Kursi ini siapa aja boleh pake, kak."

"Kan udah di bagi tempat duduknya. Duduk di tempatmu sendiri, itu kursi Allisya. Eh, Allisya."

Devian menoleh kebelakang. Mendapati sang kakak yang baru saja datang. Diliriknya kesal wajah itu.

"Dia bisa duduk di kursiku kali kak."

"Berisik banget astaga. Udah sih Dev, dibilangin kak Faw turutin aja." Devian kini berganti menatap kembarannya, Arvie.

"Kalo gua gak mau?"

Arvie diam, ia berusaha bersabar. Tanpa berkata, ia berdiri dari kursinya dan menarik tangan Allisya lalu di dudukkan di kursi sebelahnya.

"Udah, kak Lisya duduk di sini aja. Sama aku. Biarin tuh si Devian."

Allisya hanya tersenyum lalu mengangguk.

"Udah ributnya?" Suara Kindana menggema di seluruh ruangan. Wanita yang sudah bukan gadis lagi itu menatap ke empat anaknya dengan pandangan mengintimidasi hingga membuat ruang makan menjadi sunyi. "Ribut terus, emang gak capek? Mama capek dengernya. Devian, jangan bikin ribut sehari aja, gitu bisa tidak?"

RESPIRARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang