Budayakan Voment
Selamat membacaaaa~Sudah lama terfikir bagi Kindana sebelumnya untuk kembali menginjakkan kakinya ke tempat yang sudah sangat lama tidak ia kunjungi. Mungkin ada sekitar 10 tahun ia selalu menghindari tempat itu.
Dari luar, Kindana memperhatikan. Bentuk bangunan dan hiasan masih sama, hanya berbeda sedikit dengan adanya lampu tumblr di pintu.
Dihelanya nafas terlebih dahulu sebelum ia melangkah dan membuka pintu kaca itu.
KLING
Suara lonceng masih terdengar sama. Suara lonceng untuk menyambut orang yang datang sudah lama tak ia dengar. Sedikit rasa sesak dirasakannya ketika pintu kembali tertutup dan ia sudah di dalam. Mematung di depan pintu hingga ada orang yang masuk dan menubruk tubuhnya. Menyadarkan Kindana untuk segera beranjak dari sana.
Kindana berjalan semakin ke dalam hingga ia sampai di kasir. Ia melihat seorang wanita sedang sibuk dengan pesanan membelakanginya. Tak kunjung berbalik, Kindana menekan bell kecil yang mampu membuat wanita itu menoleh.
"Selamat siang, ingin pesan a—pa?" Wanita itu tampak sangat terkejut melihat Kindana kini berdiri di hadapannya. Jelas terkejut, sudah lama mereka tidak bertemu.
Kindana tersenyum lalu matanya menjelajah ke sekelilingnya "Makin rame, ya?"
"
Kak?" Kindana yang tadinya menatap ke sekeliling kafe berdeham "Kenapa?"
"Kenapa?" tanya Kindana balik.
"Ah, enggak, maksudnya —"
"Sudah lama enggak ketemu ya, Al." Ucap Kindana dengan mata yang menatap Alya yang berdiri kaku di depannya. Senyuman masih terpancar di wajah cantiknya.
Alya sendiri hanya mampu tersenyum kikuk. Ia tidak percaya ketika melihat orang yang lama jauh dengannya kini datang menemuinya. Rasanya ini seperti ilusi, namun ini nyata.
Pasalnya, Kindana tidak pernah diizinkan untuk menemuinya oleh Kevin. Dan selama sepuluh tahun, Kindana benar benar tidak menemuinya. Tapi kali ini, Kindana datang kembali, apakah Kindana mulai sedikit memberontak? Beberapa pertanyaan mulai muncul di dalam otaknya. Alya sedikit takut entah kenapa.
"Kak, mau minum apa?" tanya Alya pada akhirnya setelah ia diam beberapa saat.
"Coffee latte ya." ucap Kindana.
Alya mengangguk "Kakak duduk dulu aja. Apa mau duduk di dalam?"
"Boleh?"
Alya kembali mengangguk "Tentu, kak." Kindana tersenyum lalu Alya mengantarkan Kindana untuk masuk ke ruangan di dalam. Ruangan yang biasanya digunakan untuk beristirahat "Tunggu ya kak. Aku bikinin dulu."
"Pegawai gak ada, Al?" pamit Alya lalu langsung keluar ruangan.
Kindana duduk di sofa menunggu Alya kembali dengan melihat lihat ruangan itu. Masih sama juga. Bahkan, letak sofa dan barang lainnya tidak berubah. Hanya sofanya saja yang sepertinya ganti dengan yang lebih empuk dan lembut. Kindana seperti ditarik ke masa lalu dimana ia dulu sering berada di ruangan itu untuk istirahat, tidur, makan, berdiskusi dan lainnya. Rasanya, ia sangat merindukan itu.
Tak lama, pintu kembali terbuka. Menampilkan Alya yang masuk dengan dua cangkir dan dua piring yang berisi makanan ringan dan dua potong cake. Alya meletakkan itu semua di meja dan duduk di sebelah Kindana. Tanpa basa basi, dipeluknya tubuh kurus Kindana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESPIRAR
Teen Fiction"When one door of happiness closes, another opens but often we look so long at the closed door that we do not see the one which has been opened for us." - Helen Keller Kebahagiaan? Apa itu kebahagiaan? Allisya tidak merasakannya. Tapi, Allisya yaki...