Budayakan Voment
Selamat membacaaaa....
Malam yang lembab nan dingin setelah diterpa hujan dirasakan Allisya saat Allisya memilih untuk keluar meninggalkan rumah untuk sebentar. Allisya butuh waktu sejenak untuk menenangkan dirinya sendiri. Di kamar ia merasa bosan. Allisya berjalan tak tentu arah meninggalkan komplek rumahnya dan menyusuri jalanan raya yang sudah sedikit sepi karena ini sudah sangat malam. Tadi, saat ia turun, rumahnya sudah terlihat sepi bahkan beberapa lampu di dalam rumah sudah dimatikan, termasuk lampu ruang keluarga, dapur, ruang makan dan ruang tamu.Allisya terus berjalan. Mengabaikan perutnya yang sejak tadi berbunyi karena ia lapar. Saat makan malam, Allisya menolak ikut.Walau sempat mama dan Fawnia bertanya. Ia berterimakasih kepada Arvie yang mambantunya saat kakak dan mama nya bertanya. Arvie bilang kalau Allisya sedang tidur. Tidak sepenuhnya berbohong karena memang setau Arvie, Allisya tadi masih tertidur. Padahal tidak. Allisya hanya berbaring membelakangi pintu kamarnya dengan mata terbuka dan headset yang tersumpal di telinganya.
Saat ini, Allisya juga sedang mengenakan headset. Musik mengalun indah di telinganya. Sesekali, kakinya ia hentak hentakkan sesuai irama musik. Pilihan Allisya untuk pergi sejenak dari rumah sepertinya benar. Ia berhenti berjalan saat melihat minimarket yang buka 24 jam tak jauh darinya. Allisya segera kesana. Tangannya merogoh sakunya sebelum ia masuk. Ada selembar 50 ribu. Sangat cukup untuk ia membeli makanan. Beruntunglah Allisya suka menyimpan uangnya di dalam saku. Jadi, jika seperti ini, ia tidak perlu memusingkan masalah uang.
Allisya segera masuk untuk membeli satu Onigiri, mie instan cup dan satu botol susu dingin. Setelah membayarnya, Allisya segera menyeduh mie dan duduk di kursi yang ada di depan minimarket itu. Ia meletakkan yang ia beli di atas meja lalu dengan perlahan ia memakan mie tersebut. Allisya tersenyum saat rasa mie yang lezat masuk dan sangat terasa di lidahnya.
Sembari makan, Allisya membuka ponselnya. Memilih milih lagu yang akan ia dengarkan. Allisya memang membawa ponsel, namun, data nya dimatikan. Ia tidak ingin menerima pesan dari diapapun atau meninggalkan jejak di orang yang memiliki kontaknya apalagi keluarganya kalau ia masih terjaga.
Terdengar mobil berhenti di depannya, namun Allisya sama sekali tidak menggubris.
"Allisya." Allisya mendongak ketika ia merasa dipanggil oleh seseorang. Matanya membulat sempurna. Ia terkejut ketika melihat Erick kini berdiri di depannya.
"Paman? Kapan kesini? Sama siapa?"
Erick duduk di depan Allisya "Baru aja. Sendiri. Paman baru balik dari bandara, rencana ini mau ke rumah kamu ngasih kejutan." Allisya diam saja "Kamu ngapain disini jam segini? Udah hampir tengah malam loh. Paman kira tadi siapa kok gak asing, pas paman turun, ternyata kamu. Kamu ngapain sih makan mie disini? Emang orang tua kamu enggak kasih kamu makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RESPIRAR
Teen Fiction"When one door of happiness closes, another opens but often we look so long at the closed door that we do not see the one which has been opened for us." - Helen Keller Kebahagiaan? Apa itu kebahagiaan? Allisya tidak merasakannya. Tapi, Allisya yaki...