Budayakan Voment
Selamat membacaa.....Allisya baru pulang pukul 7 malam. Ia memarkirkan sepedanya di parkiran depan. Perlahan, ia mendorong pintu dan memasukinya. Ia melihat, keluarganya sedang berkumpul di ruang keluarga menonton televisi dengan camilan di depan mereka. Bahkan,ada sang ayah juga disana. Allisya yang berdiri tak jauh dari ruang keluarga , tersenyum melihatnya.
Kindana menoleh ketika menyadari anaknya sudah pulang. "Udah pulang. Sayang, sini."
Allisya tersenyum tapi ia menggelengkan kepalanya "Enggak ma, Lisya mau langsung ke kamar aja. Mau mandi."
Baru akan beranjak dari tempatnya berdiri, suara berat milik sang ayah menginterupsinya "Darimana saja? Jam segini baru pulang?" keadaan seketika hening. Kindana menatap suaminya, Fawnia dan Arvie saling berpandangan, Devian tampak cuek.
Allisya menunduk "Dari suatu tempat, pa."
"Bagus, anak gadis jam segini baru pulang. Ditanya jawabnya dari suatu tempat. Nilai belum bagus tapi sukanya keluyuran gak jelas." Allisya semakin menunduk mendengarnya.
Kindana yang turut mendengar dengan jelas memegang tangan suaminya yang ada di atas pahanya "Pa, jangan gitu sama anak kamu. Apalagi dia cewek."
"Nah, karena dia cewek, jangan kasih dia kebebasan lebih. Sampe gak tau aturan kaya gini."
Kindana menghela nafas mendengar penuturan Kevin. Ia menghampiri Allisya lalu mengangkat kepala anaknya dan menatapnya lembut "Papa cuma bercanda kok. Sana ke kamar. Katanya mau mandi? Bau kecut kamu."
Allisya yang melihat sang mama tersenyum ikut tersenyum. Ia mengangguk "Alisya ke kamar dulu mah. Nanti Lisya gak turun kebawah buat makan malam. Tadi mamanya Dharel bawain Lisya bolu. Lisya jadi kenyang. Good night."
Allisya langsung pergi ke kamarnya meninggalkan Kindana dengan wajah sendunya yang sengaja tidak ingin ia lihat. Karena itu akan membuat pertahanannya runtuh. Ia takut akan ikut menangis melihat raut sedih mamanya.
Sesampai di kamarnya, Allisya meletakkan tasnya di samping meja belajar lalu mengambil pakaian dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tubuhnya sudah terasa sangat lengket. Ia butuh air untuk menyegarkan kembali tubuhnya.
Selesai mandi, ia langsung menuju ke sofa panjang di kamarnya. Tempat favorit di kamarnya. Karena berada di samping jendela, menatap langsung ke arah luar. Angin dingin berhembus dari jendela. Menerpa rambut basah Allisya setelah kamas, dan menghantarkan dingin di kulit Allisya yang belum benar benar kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESPIRAR
Teen Fiction"When one door of happiness closes, another opens but often we look so long at the closed door that we do not see the one which has been opened for us." - Helen Keller Kebahagiaan? Apa itu kebahagiaan? Allisya tidak merasakannya. Tapi, Allisya yaki...