farewell

1.1K 180 11
                                    

“Bunda gak mau turun?” tanyaku sambil membuka pintu mobil

“Bunda di mobil aja, titp salam ya, Jo?”

Aku mengangguk “iya, Bun”

Polisi, kantor polisi, penjara, pengadilan. Mereka termasuk bagian dari traumaku. Tapi hari ini, aku harus menjenguk ayah dan kakakku untuk yang pertama kalinya. Iya, semenjak mereka di penjara, aku belum pernah datang untuk menjenguk

Aku mengangkat kepalaku saat pintu terbuka. Ayah dan Kakak langsung duduk di depanku. Jarak kami dekat, tapi kami dipisahkan oleh kaca dan tralis. Menyedihkan

“Maaf baru sekarang datengnya” ujarku

“kami udah denger semuanya dari Pak Sekretaris” ujar ayah “maaf, gara-gara kami hidup kamu hancur”

“Ah, tentang itu. Gak apa-apa kok, Yah”

“Kakak juga denger tentang deketnya kamu sama Jeno. Tapi itu semua berakhir gara-gara perbuatan kakak”

Aku menundukkan wajahku. Sulit untuk menahan nangis disaat seperti ini

“Aku bakal therapy di Australia, aku bakal ikut Bunda” jelasku masih sambil menangis

Ayah dan Kakak menatapku kaget “A-ada Bunda di sini?” tanya Ayah

Aku mengangguk “Bunda di luar, gak mau ketemu kalian. Tapi Bunda nitip salam”

“Maafin Ayah, Ayah belum bisa jadi Ayah yang baik untuk kalian”

“Waktu habis, Pak” ujar salah satu polisi kepada kami

“masih banyak yang ingin Ayah sampaikan, tapi gak bisa” ujarnya

Aku menghela nafasku “yaudah, aku pamit ya? Sampai ketemu kapan-kapan, berarti?”

“maksudnya ‘kapan-kapan’?” tanya kakakku

“aku gak tau kapan bisa balik ke sini lagi”

Aku tersenyum lalu bangkit berdiri. Aku membungkukkan badanku “terimakasih. Aku pergi dulu”





































“Kamu yakin gak mau Bunda tungguin?” tanya Bunda saat kami berhenti di depan sebuah restoran

“Yakin, Bun. Bunda lebih baik ngurus kepindahan aku aja. Biar lebih cepet pindahnya”

“Hati-hati, ya. Obatnya udah di bawa kan?” tanya Bunda yang dibalas oleh anggukanku

Aku turun dari mobil lalu memberi salam kepada Bunda. Setelah mobil itu hilang dari pandanganku, aku mulai berjalan ke tujuanku yang sebenarnya
Aku berbohong kepada Bunda kalau aku akan makan siang di restoran tadi. Karena tujuanku yang sebenarnya adalah krematorium

Aku menarik nafasku dalam-dalam saat sampai di krematorium. Sudah cukup lama semenjak hari terakhir aku kesini. Dan entah kenapa rasanya aku sangat hafal tempat ini dan aku gak tersesat saat mencari kolom seseorang yang kucari


























Lee Donghae





















Aku tersenyum getir melihat guci itu. Terdapat sebuah foto di sebelah guci itu.
Ayah Jeno terlihat lebih muda daripada saat di mimpi

“aku bahkan masih gak percaya kalau aku balik lagi ke dunia asli, Yah” ujarku bermonolog

“semuanya semakin rumit setelah hari itu. Hari di mana Ayah minta aku kembali ke sini”

Missing Puzzle Piece | Jeno Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang