Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Hanya imajinasi manis seorang penulis.
@putriyusman[*****]
Motor matik berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Tulisan "SMA Bineka" di atas gerbang menyambut seseorang yang baru saja turun dari motor tersebut.Seorang perempuan terlihat merapikan seragamnya yang kusut karena duduk selama tiga puluh menit di atas motor.
Dia adalah Ayumi Kartawijaya, murid SMA kelas 11 yang selalu diantar jemput ke sekolah. Entah oleh kakaknya ataupun ayahnya. Yang pasti bukan diantar oleh supir pribadi yang siap sedia selama 24 jam. Dia hanya orang biasa, bukan orang berada yang selalu mengandalkan orang suruhan dalam setiap kegiatannya.
Ayumi melihat seorang laki-laki yang berada di hadapannya. Sergio Kartawijaya, kakak Ayumi satu-satunya. Namanya memang kebule-bulean, tapi jangan salah, wajahnya tetap terlihat seperti orang Indonesia pada umumnya. Nampak tampan khas orang Sunda. Entah dari mana orang tua Ayumi dapat inspirasi membuat nama itu. Padahal mereka tidak ada keturunan bule sama sekali.
Sergio sedang memilah-milah uang dari dalam dompetnya. Dompet berwarna biru kelasi yang dibelikan Ayumi saat Sergio ulang tahun ke-18. Masih terlihat bagus walau sudah tiga tahun lamanya. Waktu itu Ayumi mengumpulkan uang selama berbulan-bulan untuk membelinya.
Setelah cukup lama menghitung uang, akhirnya Sergio memberikan lima lembar uang kertas lima ribuan kepada adiknya.
Sebenarnya Ayumi cukup kesal dengan kakaknya. Untuk apa dia menghitung uang lama sekali? Jika hanya uang segitu yang diberikannya.
Udah mah sedikit, receh lagi, celoteh Ayumi dalam hati. Walaupun begitu dia tetap tersenyum, Ayumi menerima dengan senang hati uang tersebut.
"Terima kasih, kakak," ucap Ayumi semanis mungkin.
"Sama-sama, sayang." Sergio menutup dompetnya dan memasukkan kembali ke dalam saku celana.
"Cih, loba gaya!" cibir Ayumi kemudian. Ekspresi wajahnya berubah dalam sekejap. Ayumi memang pintar, setelah uang aman di tangan, dia langsung mencibir kakaknya. (banyak gaya)
"Enggak apa-apa atuh. Gaya aja dulu," Sergio terkekeh di akhir kalimatnya. "Kakak lagi bokek, Yum. Belum gajian. Ini aja pulang maksain, karena kangen banget sama rumah," lanjut Sergio. Sudah hampir enam bulan dia tidak pulang ke rumahnya.
"Itu rambut kamu berantakan. Sini kakak rapihin." Sergio sengaja mengalihkan perhatian. Bisa nangis bombay dia jika percakapan tadi dilanjutkan. Rambut Ayumi yang diuntun memang terlihat berantakan. Banyak helaian rambut yang keluar, beberapa anak rambut juga mencuat ke atas.
Ayumi melangkah, mendekati Sergio. "Nunduk atuh. Enggak sampai ini," tangan Sergio menggapai kepala Ayumi yang langsung menunduk mengikuti perintahnya. Dengan telaten Sergio merapikan rambut adiknya. Beberapa jepitan dilepasnya lalu dipasangkan kembali dengan benar.
"Udah, Kak. Nanti aku telat."
"Iya, sebentar." Sergio merapikan anak rambut Ayumi sebagai sentuhan akhir. "Nah, udah rapi. Kalau gini, 'kan cantik."
Ayumi menegakkan kembali tubuhnya setelah meletakkan helm yang dipegang di tangan kirinya sedari tadi. "Ya udah, Kak. Aku masuk." Ayumi balik badan dan melangkah meninggalkan Sergio.
Belum sampai tujuh langkah Ayumi berjalan, Sergio memanggil Ayumi, "Yum ...," otomatis yang dipanggil langsung menengok dan menghentikan langkahnya.
"Apa lagi, Kaak?" tanya Ayumi malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpang Ayura
Teen FictionAyumi membenci seorang murid pindahan yang berstatus sebagai adik kelasnya. Dia selalu risih ketika sosok tersebut hadir di hadapannya. Sialnya, Ayumi tidak dapat menghindar karena kelas mereka bersebelahan. Akan tetapi, hati selalu berkata lain, se...