[Bab 7] Sepatu Ayumi

40 12 4
                                    

Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

[*****]

“Yum, liat jawaban Sanu, dong! Kasih tahu gue!” tulisan di kertas lecek tersebut tentu saja membuat Ayumi geram.


Apa-apan ini? Dengan seenak jidatnya Angkara menyuruh Ayumi. Kurang ajar banget dia! Apa si adek kelas itu tidak tahu siapa Ayumi? Ayumi Kartawijaya ‘si cewek paling judes’ di kalangan kelas sebelas. Apalagi XI MIPA 1. Apa dia cari mati?


Ayumi melihat ke belakang lagi. Si kodok terlihat meminta tolong di sana. Angkara sepertinya akan membuat karya seni yang aneh di kodok malang tersebut. Aishh, tidaakkk!


Terang saja Ayumi tidak dapat membiarkan Angkara merusak pulpen kesayangannya. Nyatanya tidak hanya tutupnya saja yang berada di tangan Angkara. Badan pulpen pun ada di sana.


Berdiam sejenak, Ayumi berusaha mengingat kapan dia mencuri pulpen itu. Tidak dapat disangka, hal itu luput dari perhatiannya.


“Ehm!” deheman Angkara berhasil membuat Ayumi menoleh kembali. Dan apa yang Ayumi lihat sungguh membuatnya kesal.


Terlihat Angkara sudah bersiap akan melemparkan kodok—tutup pulpen—tersebut ke arah tong sampah. “Aa—,” hampir saja Ayumi berteriak histeris. Tangannya dengan cepat menutup mulut tersebut.


Penyebabnya, terdengar kembali suara deheman. Kali ini berasal  dari depan kelas. Suara Pak Manto menghentikan reaksi kaget Ayumi. Hampir saja Ayumi membuat keributan.


Sebagai balasan untuk Angkara, Ayumi hanya menunjukkan kepalan tangan kanannya. Tentunya sebagai jawaban ‘iya’ atas permintaan Angkara. Dan di belakang sana Angkara dapat tersenyum senang.


Pandangan Ayumi sekarang tertuju pada teman sebangkunya. Sanu terlihat serius mengerjakan soal. Tak ada celah sedikit pun untuk melihat kertas jawabannya.


“Emm, San. Gimana soalnya?” tanya Ayumi dengan berbisik. Takut terdengar oleh Pak Manto yang ada di depan sana. Sebenarnya Ayumi tidak kenal Sanu. Dia hanya SKSD saja mengikuti gaya si rese Angkara. Baru tahu namanya saja waktu lihat tulisan di kertas leceknya. Yang Ayumi tahu, Sanu termasuk murid pintar di kelas X MIPA 9.


“Eh, ya … ya gitu deh, Kak,” jawab Sanu dengan gugupnya. Dia tidak menyangka Ayumi yang terkenal judes dan galak mengajaknya berbicara. Karena setahunya kakak kelasnya yang satu ini sangat jarang berinteraksi dengan murid laki-laki.


Sanu menoleh ke arah Ayumi, lalu kembali dengan cepat melihat soal-soal yang ada di hadapannya. Dia kaget saat mata Ayumi ternyata sedang tertuju padanya.


“Susah gak?” Ayumi berusaha lebih dekat agar dapat melihat soal-soal tersebut. “Aku mau lihat dong. Siapa tahu soalnya ada yang mirip-mirip. Aku sedikit lupa rumusnya nih,” masih dengan berbisik, suara Ayumi semakin mengecil di akhir kalimatnya.

Simpang AyuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang