PART 2

1K 127 5
                                    

Sudah hampir setengah jam Eza berkutat di dapur dengan handphone yang dia berdirikan di atas rak dekat wastafel. Handphone miliknya itu sedang memutar video memasak.

Ara menunggu di meja makan, menopang dagu, menonton Eza yang sedikit-sedikit liat handphone, sedikit-sedikit liat handphone. Dia tidak membiarkan Ara membantu, katanya Ara udah capek sekolah, sekarang duduk manis aja.

"Mm."

Eza berbalik, menatap Ara dengan mata kecilnya yang melebar.

"Enak lho, Ra. Asli, Ra, hebat banget gue."

Eza kembali berbalik mematikan kompor, mengambil piring dan menyendok spaghetti yang baru matang itu. Dia melangkah menuju meja makan, menyimpan sepiring spaghetti buatannya itu di hadapan Ara.

Ara memilin spaghetti yang terlihat sangat creamy, ya, baunya juga harum.

"Gimana?"

Eza duduk di sebrangnya. Dengan wajah tak sabar menunggu respon Ara.

Ara mengulum senyum begitu lidahnya mengecap.

"Enak, kan????"

Senyum Eza melebar, merasa puas dengan karya perdananya.

"Nih, aaa... "

Ara menyodorkan garpu dengan lilitan spaghetti ke depan mulut Eza.

Eza terdiam sejenak.

"Gak deh, gue mau ambil sendiri," tolaknya sembari beranjak pergi.

Ara langsung cemberut memasukkan garpu dengan lilitan spaghetti yang ditolak oleh Eza itu, ke dalam mulutnya sendiri.

"Gak sosweet!" rutuknya sebal.

Seolah tak mendengar, Eza sibuk menuangkan sisa masakannya ke atas piring baru untuknya.

Drrtttt... Drrtttt... Drrtttt...

Ara menengok handphone Eza yang tergeletak di atas meja. Layar handphone yang menyala menampilkan jam weker yang bergerak-gerak.

"Bang, alarm tuh bunyi."

Dengan sedikit berlari Eza menghampiri.

"Gue ke kamar dulu," katanya sembari mengambil handphonenya lalu melangkah pergi keluar dapur.

Ara duduk sendiri di meja makan. Piring berisi spaghetti punya Eza ada di hadapannya, tadi Eza simpan begitu saja sebelum pergi.

"Ra, gak boleh itu punya Eza."

"Emang Bang Eza mau pulang?"

"Gak tau."

"Mmm."

"Jangan cemberut gitu. Nih, makan punya Abang aja kalo masih laper."

"Gak, Ara kenyang, kok. Ara cuma gak mau masakan Bang Ido jadi mubajir kalo Bang Eza ternyata gak pulang."

Ara tersenyum tipis, saat ingatan itu lewat di pikirannya.

"Makan, jangan di lamunin."

Ara melirik Eza yang baru saja kembali, dia mendudukkan diri di kursi sebrang Ara.

"Abis ngapain?" tanya Ara.

"Hm?... Boker."

Kening Ara mengernyit. "Buang aer dialarmin?"

Eza dengan mulut penuh, melirik Ara.

"Ya, emang kenapa?"

"Aneh," ucap Ara sembari melengos.

LIAR (On Going)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang