Aku bisa saja memilih pergi tapi rasanya ada yang mengikatku untuk tetap bertahan disini
.
.
.
.Sudah seminggu tapi masih berputar-putar dikepala Alya tentang apa yang Rizky katakan saat dibalkon apartemen-nya. Meski ia tau mungkin itu hanya candaan semata.
Flashback On
"Al?"
"Hm?"
"Aku sedang mencintaimu"
Deggg "maksudnya?"
"Aku sedang mencintaimu
Meski kau takkan pernah tau
Akankah sang waktu menjaga hatiku
Untuk selalu menunggumu""Gue suka lirik lagu yang Lo nyanyiin tadi Al" lanjutnya sambil melepaskan pelukannya. Kemudian Alya membalikkan badannya menatap Rizky dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Aku sedang mencintaimu, Lo gapernah ada rencana kaya lagu itu sama gue ky?" Entah keberanian darimana Alya tiba-tiba menanyakan hal yang membuat Rizky melongo.
"Hahahaha becanda kali gausa serius gitu mukanya" lanjut Alya dengan kekehan.
Rizky masih diam menatap wajah Alya yang sedang tertawa lepas. Kemudian tersenyum tipis.
"Buat saat ini gada, tapi gatau nanti" jawab Rizky yang membuat Alya seketika menghentikan tawanya dan menatap Rizky dengan serius. Jantungnya kembali berdetak kencang.
Flashback off
"Woy!! ngelamun aja" Rani secara tiba-tiba menepuk pundak Alya membuatnya tersentak "lagi mikirin Rizky ya" lanjutnya yang membuat semakin kikuk. Gadis itu celingukan nyatanya saat ini hanya mereka berdua yang ada dikelasnya. Akhirnya Alya bisa bernafas lega.
"Apasi! siapa juga yang mikirin Rizky"
"Ngaku aja deh al, Lo suka kan sama Rizky?"
"Hahaha please rann gw sama Rizky tu cuma temenan" jawab alya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal terlihat Alya saat ini sedang berbohong.
"Gini ya Al, ada 3 hal yang gamungkin di dunia ini, pertama waktu yang bisa diputar kembali, bubur yang bisa berubah jadi nasi,yang terakhir pertemanan laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan perasaan entah itu salah satunya atau mungkin dua-duanya punya rasa"
Alya menunduk setelah mendengar ucapan Rani, dia benar gada pertemanan laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan perasaan. Yang menjadi masalah saat ini adalah dalam pertemanan itu hanya Alya yang jatuh cinta, kenapa harus serumit ini?
"Gada yang bisa Lo sembunyiin dari gue, dari cara Lo natap Rizky aja udah beda. Gue ngerti kok, kenapa Lo berusaha nyembunyiin perasaan itu. Lo gamau ngorbanin persahabatan kalian dengan ego kan? Tapi Lo juga harus inget Al, kebahagiaan diri Lo sendiri yang utama.."
Gadis itu terbungkam, mencermati setiap kata yang dilontarkan sahabatnya. Memang kebahagiaan diri sendiri itu utama, tapi bagaimana kalau ia menjawab kalau kebahagiaannya sendiri, ada pada Laki-Laki itu?
"Mau mengungkapkan atau memendam perasaan itu punya resiko yang berbeda" ucapan Rani lagi-lagi membuat Alya berpikir keras, sampai alisnya terlihat menyatu.
"Gue bakal coba lupain perasaan gue sama Rizky ran, gue gamau egois cuma gara-gara ini pertemanan gue sama Rizky jadi rusak" Alya tersenyum dan menghela nafas panjang berusaha menenangkan diri.
"Apapun keputusan Lo semoga itu yang terbaik, tugas gue disini adalah mendukung Lo" Rani mengusap pundak Alya berusaha menyalurkan kekuatan.
"Thanks ya Ran" Alya ikut menggenggam tangan Rani yang masih ada dipundaknya, sambil tersenyum tulus.
🌸🌸🌸
Kaki jenjang Alya melangkah ke arah gerbang menuju halte sekolah. Setiap hari gadis itu berangkat ke sekolah menggunakan ojol, dan pulangnya naik angkutan umum.
Ditengah ia berjalan, tiba-tiba saja dari belakang ada yang mencekal lengannya. Membuat Alya otomatis harus berbalik badan.
"Alya Arezka kan??"
Gadis itu terdiam, matanya seolah mengabsen setiap inchi wajah pria tampan yang tidak ia kenali.
Pria itu menghela nafasnya. Lalu berkata, "Lo lupa? Hm padahal belum ada sebulan kita kenalan"
"Devano Arya Wijaya"
Lagi-lagi Alya hanya menatapnya dengan tautan alis tanda ia bingung. Ia sama sekali tidak ingat dengan pria ini. Apakah dia hanya mengaku-ngaku saja?
"Ituloh yang berdiri di pintu kamar mandi cowo liat Lo lagi nangis sendirian" jelas Devan yang membuat Alya melotot sekaligus panik yang dengan refleks alya langsung membungkam mulutnya dengan tangannya dan melihat kearah sekitar takut ada yang mendengarnya.
"IYA GUE INGET!! JANGAN TERIAK JUGA!!"
"Bege! Kalo ada yang denger gimana"oceh Alya sambil menatap Devan kesal.
Devan terkekeh melihat Alya seperti anak kecil yang begitu menggemaskan. "Iyaiya gue minta maap" ucapnya dengan kekehan.
"Al dia siapa?" Entah darimana asalnya tiba-tiba Rizky sudah berada didepan Alya.
"Ohh temen gue" jawab Alya seadanya, sedangkan Rizky entah kenapa langsung melihat Devan dengan sinis seakan-akan mengatakan "ini cewek gue" padahal bukan?
"Rizky?! Ngapain disini? Katanya mau nganterin Diva pulang"
"Gajadi, gue maunya nganterin Lo" jawab Rizky dengan nada yang dengan sengaja dijutek-jutekin.
"Lo anterin diva aja kan kasian udah nunggu Lo, lagian gue dianterin pulang sama Devan ko, iya kan Van" Alya tersenyum dan menatap devan dengan dengan tatapan "jawab iya atau gue cincang"
"I--iya gue ada urusan sama Alya, jadi anti sekalian aja gue anterin" ucap Devan seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Rizky semakin menatapnya dengan sinis, sepertinya ada yang Laki-Laki ini sembunyikan. Dengan cepat, Alya menarik Devan untuk menjauh dari Rizky.
"BYE KY!!" teriak Alya sambil berjalan mundur, menampilkan senyum yang sedikit dipaksakan.
.....
"Loh mobil gue kan ada diparkiran, ngapain ke halte? Devan mengernyit heran.
"Lo kira gue mau dianterin cowok yang baru gue kenal? Lagian tadi cuma boongan"
"Terserah Lo mau boong apa kaga, udah kepalang tanggung. Ikut gue!" kini gantian Devan yang menarik lengan Alya menuju parkiran.
"DEVAAAAN!! LEPASIN GUE!!
.
.
.
.Yahh ky belom jadi udah ada saingan gimana nih wkwkw
Salam manis dari author^^17 Juni 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/220211776-288-k442114.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE [Completed]
Ficção AdolescenteSiapa yang bilang friendzone itu enak? Friendzone itu capek, friendzone itu harus bisa nahan cemburu, friendzone itu sering makan hati, friendzone itu banyak yang harus "gapapa" nya. Serius, friendzone itu GAENAK! Tapi anehnya banyak orang yang lebi...