Bab 41; Nomor 31

231 37 0
                                    

Bayangin aja kalo akun sosmed kita lagi di stalking sama bias. Bayangin aja dulu. Beneranya ntar-ntaran aja.
..
.

---------------------------------
!!CATATAN!!

Untuk percakapan seseorang yang disertai tanda "petik" :

Font biasa : tanda berbicara menggunakan Bahasa Indonesia
Font miring : tanda berbicara menggunakan Bahasa Korea
Font Tebal : tanda berbicara menggunakan Bahasa Inggris

--------------------------------

"Ras!!! Ras!!!" Jessica panik, ia menggoyang-goyangkan tubuh Laras yang tergeletak di bawah. Tiba-tiba Laras tidak sadarkan diri.

Jessica tiba-tiba tersenyum. "Bagus. Rencanaku sejauh ini sukses. Mungkin, Laras tidak akan bangun sampai besok" cakapnya lirih sambil menatap Laras yang tak bisa mendengar ucapan Jessica.

"Ada apa? Mengapa wanita ini tidak sadarkan diri?" Pekerja paruh waktu di supermarket itu keluar dan menyadari bahwa Laras jatuh pingsan. Jessica panik, pelayan itu tidak boleh menghancurkan rencananya begitu saja.

"Ah.. ini.. dia teman saya, dia memang memiliki tubuh yang sangat lemah. Saya akan membawanya sendiri"

"Tidak.. akan saya bantu.. anda tidak mungkin bisa menggendong-"

"Bisa.. saya kuat kok. Biar saya saja yang membawanya" Jessica meyakinkan pelayan itu dan membuktikannya bahwa ia memang bisa membawanya dengan tangan kosong.

"Wah. Anda cukup kuat. Apa benar tidak apa-apa?" Pelayan itu tidak tega meninggalkan Jessica sendiri. Jessica mengangguk yakin kepadanya.

"Iya. Tidak apa-apa. Saya permisi" Jessica pun pergi membawa Laras sendiri. Jessica memang bisa menuntun Laras yang sedang tidak sadarkan diri. Ia cukup kuat padahal badannya lebih kecil daripada Laras.

"Gue harus cepet sampe ke tempat itu" lirih Jessica sambil membawa Laras. Jessica mengambil jalanan sepi agar orang-orang tidak melihatnya membawa seseorang yang sedang tidak sadarkan diri.

Beberapa menit kemudian, Jessica berhasil membawa Laras tanpa masalah sedikitpun. Walaupun di beberapa jalan, ia bertemu seseorang yang berniat membantunya, namun Jessica selalu berhasil menolaknya.

Jessica segera membawa Laras menuju rumah tua yang letaknya sangat jauh dari pemukiman warga. Tempat itu adalah tempat Jessica mengajak Laras malam itu.

Jessica berjalan menuju ruangan sempit yang letaknya ada dipojok rumah itu, dan menaruh Laras di sana. "Bagus. Sebentar lagi, akan selesai"

"Emakk...... e..maak... aku kangen e...mak...." tiba-tiba Laras mengigau di obat tidurnya. Jessica panik dan memukul Laras menggunakan kayu yang panjang dan cukup besar.

Laras kembali pingsan dengan luka di kepalanya, Jessica tertawa dan senang melihat pemandangan ini. "Ini belum apa-apa. Liat aja nanti, gue bakal kembali ke sini Laras!" Jessica pergi meninggalkan Laras sendiri di rumah kosong itu. Sampai malam hari pun tiba...

***

"Gue masuk ya! Makasih tumpangannya!" Seru Kevin pamit kepada Jimin yang baru saja pulang dari kantor kerjanya. Kevin berjalan sambil memijat bahunya karena lelah bekerja hari ini.

Ia berjalan menuju apartemen, tempat tinggalnya saat ini. Ia masuk dan langsung menuju lantai 2 untuk beristirahat di kamar malam ini.

Sesampainya di depan apartemennya, Kevin melihat Jae yang sedang menggigit jari-jarinya sambil melamun menatap jalanan malam yang sangat gelap.

"Ya! Lu ngapain di sini?" Ucapan Kevin membuat Jae terkejut dan tidak sengaja menjatuhkan ponselnya.

"Ya!! Ngagetin aja! Apa sih! Ganggu aja lu!" Seru Jae kesal karena Kevin mengejutkannya. Kevin penasaran apa yang membuat Jae bertingkah aneh seperti ini.

"Jae. Ada masalah di rumah? Lu lagi berantem sama Wonpil? Ata-"

"Bukan. Nggak usah ngungkit mereka. Gue lagi nggak berantem sama upil" ketus Jae. Kevin semakin mendekati Jae.

"Terus? Kenapa lu ngelamun? Ha? Mikirin cewe?"

Plak

Pukulan Jae mendarat di kepala Kevin. Kevin meringis lagi. "Bisa kaga lu nggak mukul gue? Sakit woy!" Kevin menaikan nada bicaranya karena kesal.

"Permisi. Jangan ribut bisa? Udah malem. Silahkan ribut di dalam" tiba-tiba pemilik apartemen nomor 31 keluar dan memperingati Kevin dan Jae.

"Ah.. nde.. mianhe" Kevin membungkuk meminta maaf kepada wanita nomor 31 itu.

"Lu sih berisik! Ngomong-ngomong, gue jarang liat pemilik nomor 31 itu keluar" cakap Kevin lirih. "Ngapain dipikir? Nggak penting" cakap Jae kepada Kevin.

"Ya! Lu cepet ngomong ada apa! Bikin penasaran aja!"

"Jadi.. "

***

Maaf ya kalo bagian 41 agak sedikit, next nggak kok kayaknya. Hehe.
.
Banyakin komen dan jangan lupa vote ya!
karna author butuh banget penyemangat dari kalian:D
.
thx!

FanGirl&IDOL (✔︎)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang