Hellaww👋 ada yang kangen ayang Praya?***
"Jane udah punya pacar?" gumamnya entah pada siapa, setelah perbincangan antara dirinya, Jane, dan Sifa Praya terus kepikiran. Ia tidak menyangka ucapan yang faktanya masih di pertanyaan itu terus menghantuinya, terngiang sampai terus menerus ia pikirkan.
Frustasi yang di alami Praya pun berimbas kepada Jeno dan Jaffan yang sejak tadi tidak ia hiraukan bahkan sesekali kedua sahabatnya itu kena omel.
"Kayaknya temen lo udah rada rada deh Fan."
"Temen lo juga."
"Gak lah, temen gua tuh gak sadboy kaya gini."
"Dia kenapa? Jadi alay kaya lo." Ujar Jaffan, mereka berdua terus berbisik tanpa menyadari orang yang tengah di bicarakan mendengarnya.
"Gak paham sih gua, kok bisa pakboi jadi sadboi. Aneh banget sumpah, apa lagi itu si Praya." Sesekali Jeno memperhatikan Praya yang masih dalam mode sadboy. "Macam tak betul nih budak." sambungnya saat melihat Praya yang tiba-tiba menyender kepundaknya sambil meringis sedih membuat Jaffan cengoh karena geli.
"Gua balik. Bye lo semua lelaki homo." Jaffan bangkit dari duduknya sambil menenteng jaket dan tasnya lelaki itu pergi dengan lahkah cepat.
"WOY FAN. INI TEMEN LO GIMANS?" Teriak Jeno yang sudah pasti tidak Jaffan hiraukan. "Pray lu kena aps shi? Jangan gini woy gua geli liatnya." rengek Jeno yang sudah tidak kuat melihat tampang Praya yang sok sedih dan imut di waktu yang bersamaan.
"Menurut lo Jane udah punya pacar?." ujar Praya pada akhirnya.
"Ya mana gua tau si Jan—tunggu tunggu, jadi lo galau karena si Jane? Yaelah Pray minggat aja sono."
"Gua serius nanyanya. Dia udah punya pacar? Kok gak bilang sama gua."
"Ya buat aps bilang lo? Udah sih alay banget sedih gini. Samperin tanyain gak usah jadi sadboi gini, gak lucu."
"Nyesel gua ngomong sama lo mblo. Gak ada solusi."
Satu geplakan mendarat di kepala Praya akibat Jeno yang mulai jengkel. "Gak ada akhlak ya lu Pray, udah ngerepotin di katain jomblo, tuman." satu geplakan mendarat lagi. "Tadi gua udah ngasih solusi buat lo tanya langsung ke Jane yaa keke."
Begitulah perbincangan antara Praya Dan Jeno yang cukup menyadarkan Jeno bahwa temannya yang kaya raya ini ternyata oneng bin goblok abis. Setelah banyaknya aksi saling menggeplak kepala, akhirnya Praya menuruti saran Jeno. Dan disinilah ia di rumah Jane lebih tepatnya di depan pagar rumah Jane.
Sudah sepuluh menit ia berdiri kaku di sana, ia masih menimbang untuk bertamu ke rumahnya Jane tanpa ia sadari pemilik rumah sudah berdiri di belakangnya dengan kebingungan.
"Gua balik ya Jen." Praya menoleh dan terkejut dengan adanya Jane yang tepat di belakangnya sambil menatapnya bingung, Praya juga melihat Sifa dengan motornya wajah gadis itu pun sama dengan Jane, penuh dengan pertanyaan dan kebingungan.
"Gak jadi beli serumnya?."
Sifa melirik Praya kemudian memandang Jane dengan mulut yang ingin tersenyum. "Hmm kayaknya lo lagi di apelin jadi serumnya lo bawa aja ya besok." Di akhir ucapannya Sifa menyunggingkan senyum bermaksud untuk menggoda.
Setelah kepergian Sifa, suasana entah mengapa menjadi canggung antara Praya dan Jane.
"Hmm ada apa Pray?" tanya Jane pada akhirnya.
"Gua kesini mau nagih ucapan terima kasih lo."
"e?" bingung Jane.
"Ucapan karena udah beliin lo bakso waktu itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Skincare
Fiksi Remaja"Jane, cara biar muka gua glowing.. shining.. Simmering.... Splendid.., gimana?" "HAH?" "Budek ya jen?" Alis Jane mengerut bingung, ia sedikit sebal dengan ucapan Praya. "Gak usah kinclongin muka, kinclongin dulu ahlak lu" ... "Jane, kalo gua bo...