Bima x Tasya

2.3K 131 3
                                    

HAPPY READING



"Ara, how Are you," teriak Satya.

"Lo, pikir ini rumah lo, seenaknya aja teriak-teriak" ucap Novlin.

"Anggap rumah sendiri" ucap Satya santai.

"Ini anak nggak ada malunya" ujar Novlin
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Memang dari lahir urat malunya nggak ada" sindir Tasya sambil melirik Satya.

"Jahat banget lu, pada" ujar Satya. Novlin, Tasya,dan Bima hanya tertawa.

"Sorry, lama ya, nunggunya," tanya Ara yang baru datang.

"Nggak kok" Novlin.

Ara Mengajak temannya untuk mengobrol di taman belakang. Karena disana udaranya sejuk dan bisa melihat bintang dan bulan.

"Ra,jadi siapa yang nge-bully lo," tanya Novlin.

"Pengen gue cabik-cabik muka nya" kata Tasya geram.

"Sya, sabar-sabar" kata Satya sambil mengusap bahu Tasya. Ara-pun menceritakan semuanya apa yang Gadis itu Alami.

Berbagai makian yang dilontarkan oleh sahabat Ara. Ara yang mendengar itu hanya tertawa.

Saat asyik mengobrol, Delia datang mengajak mereka ke restoran Jihan (Kakaknya Delia).

Sahabat-sahabat Ara bersorak senang, mereka berterima kasih kepada Delia. Kemudian Ara pamit untuk bersiap-siap.

Ara memakai dress berwarna biru navy selutut dengan lengan pendek,rambut yang dibiarkan terurai,dan polesan make up tipis. Mereka pun berangkat ke restoran Tante Jihan.

Ara dan Tasya berada di mobil Novlin dan Satya berada di mobil Bima, sedangkan Delia dan Agas berada di mobilnya. Lima belas menit pun mereka sampai.

Jihan menyambut kedatangan mereka. Seperti ibu-ibu pada umumnya Delia dan Jihan cipika-cipiki. Sedangkan Agas dan anak-anak sudah duduk di meja yang sudah disediakan Jihan.

"Ara, sini sayang" panggil Jihan.

Ara tersenyum, lalu mengangguk. Ara memeluk Jihan dan dibalas oleh Jihan.

"Cantik banget sih," ucap Jihan memuji.

"Makasih Tante, Kak Kesya nya, kapan balik ke Indonesia" tanya Ara.

"Insyaallah, Bulan depan" jawab Jihan.

"Oh gitu yah," ucap Ara.

Ara-pun pamit, kembali ke meja khusus anak-anak. Meja orang tua dipisahkan.

"Garrel mana dek," tanya Jihan.

"Lagi ada tugas kelompok katanya, jadi nggak bisa ikut" ucap Delia Jihan mengangguk paham.

Novlin yang tersadar bahwa sudah pukul setengah sebelas malam menghentikan kegiatan teman-temannya.

"Yaudah kalian pulang aja" ucap Ara.

Mereka mengangguk serempak. Mereka lalu pamit kepada Agas, Delia dan Jihan.

"Oh Iya, kalian hati-hati ya, pulangnya" ucap Agas.

"Sebentar, Novlin, lo berani bawa mobil sendiri," tanya Satya.

"Kalau sendiri nggak, takutnya gue dibegal," ucap Novlin.

"Kita kan, sama" ucap Tasya.

"Ck, kalau lo udah gue anterin pulang, terus gue sama siapa," serkas Novlin. Tasya cengengesan.

"Gini aja, Satya lo anter Novlin. Biar Bima bareng Tasya" ide Ara.

"Lah, terus gue pulangnya naik apa," tanya Satya.

"Bawa aja mobil gue pulang, besok jemput gue ke sekolah" ucap Novlin lalu masuk kedalam mobil.

Di mobil Bima. Bima menanyakan perihal Tasya sudah mempunyai pacar dan Tasya menjawab tidak. Bima kembali bertanya. "Ada cowok yang lo suka di sekolah," Tasya segera menggeleng kan, kepalanya.

Tasya bertanya gunanya pacaran itu apa. Bima menjawab bahwa pacaran itu bisa menjaga satu sama lain dan saling percaya. Tasya mengangguk paham.

Bima bertanya bahwa Tasya minat pacaran atau tidak. "Emangnya ada orang yang suka sama Tasya?."

Reflek Bima menoleh, "Ada kok,"

"Siapa," tanya Tasya.

"Otak, Tasya kan, gesrek" lanjut Tasya.

Kalo gue suka sama lo,lo mau ngak jadi pacar gue?" ucap Bima. Tasya terkejut.

"L-lo serius bim," tanya Tasya gugup.

"Iya gue serius" jawab Bima sambil mengusap pucuk kepala Tasya lembut.

"Lo kan, sukanya sama Ara, kok lo mau jadi pacar gue" Tanya Tasya.

"Gue itu harus jagain Ara, gue gak mau kehilangan sahabat lagi kayak Aulia" ucap Bima sedih. Tasya manggut-manggut.

"Lo mau kan," tanya Bima

"I-iya mau kok," jawab Tasya tersenyum.

"Oke, sekarang kita udah pacaran jadi, kita harus bicara pake aku-kamu oke," ucap Bima sambil memegang tangan Tasya.

"Oke,tapi kok, kamu mau pacaran sama aku, aku kan otaknya gesrek kata satya " ujar Tasya.

"Kan aku nggak mandang fisik sayang, nanti aku marahin deh, tuh Satya," ujar Bima. Pipi Tasya memerah akibat Bima yang memanggilnya sayang. Tasya hanya mengangguk.

"Kok pipi kamu merah sih," tanya Bima terkekeh.

"Ah, masa sih," ucap Tasya.

"Iya, sayang" kata Bima.Tasya menyembunyikan wajahnya dengan berbalik ke jendela.

"Kamu kenapa," tanya Bima. Tasya menggeleng cepat.




Fake Nerd And Her Mission  [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang