Happy Reading!!!
.
.
Sudah hampir dua minggu Renjun berpacaran dengan Jeno tapi belum ada hal yang berubah secara signifikan. Semuanya masih sama dan kebetulan mereka berdua pun memang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Renjun yang sibuk mengerjakan projek bulanannya dengan Harvey, sedangkan Jeno sibuk dengan urusannya di rumah sakit.
Dan mereka belum sempat bertemu lagi setelah acara Jeno yang mentraktir teman-teman Renjun beserta Hendery. Mereka hanya berkomunikasi lewat chat saja atau sesekali video call.
Dan malam ini, mereka berdua berniat untuk sekedar pergi jalan-jalan. Renjun mengatakan bahwa dia akan mengabari Jeno jika dirinya sudah di rumah.
Sejujurnya, ini adalah rencana kencan mereka yang entah sudah keberapa kali. Karena kencan-kencan yang sebelumnya terlanjur gagal karena Renjun yang selalu tiba-tiba membatalkannya. Kebanyakan, Renjun membatalkan mendadak acara kencan mereka karena harus mengerjakan projeknya dengan Harvey.
Renjun sebenarnya tidak enak pada Jeno karena sering membatalkan acara kencan mereka tapi mau bagaimana lagi, jika dia mengerjakan tugasnya dengan asal-asalan maka nilai yang nanti dia dapat pun akan asal-asalan.
Renjun optimis jika dirinya hari ini pasti tidak akan membatalkan kencannya lagi, tapi kenapa bagian yang dia kerjakan tidak kunjung selesai?!
"Duh, kok gak beres-beres, sih?!" Ucap Renjun kesal karena masih banyak bagian yang belum dia selesaikan.
"Tenang aja sih, lagian masih sore ini," jawab Harvey.
"Bukan gitu, masalahnya nanti malem gue udah ada janji sama pacar gue," ucap Renjun.
"Ya mau gimana lagi, kayaknya ini juga baru bisa kelar nanti malem. Lagian hanya tinggal finishing doang kok abis itu beres deh, jadi lo bisa kencan sama pacar lo sepuasnya besok."
Renjun menghela napasnya berat dan membenarkan ucapan Harvey. Sepertinya hari ini Renjun memang tidak bisa bertemu dengan Jeno, lagi. Oleh karenanya, Renjun ijin pamit sebentar untuk menghubungi Jeno.
"Halo? Udah dirumah, Njun?"
"Uhm Jeno, maaf ya. Maaf banget, kayaknya kita gak bisa pergi hari ini."
Jeno tersenyum di seberang sana, dia sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi.
"Gapapa kok, Njun. Jangan terlalu kecapean, ya?"
"He'em, thanks and sorry Jeno. Tapi tenang aja, tugasnya selesai hari ini kok jadi besok kita bisa kencan sepuasnya hehehe."
"Hahaha iyaa, gak usah buru-buru juga loh ngerjainnya nanti malah jadi amburadul."
"Okay siap! Udah dulu ya? Paipai Jeno, love you~"
"Love you too, Baby Huang!"
Renjun menutup sambungan telponnya dengan Jeno dan kembali menyusul Harvey.
"Udah ngabarin pacar lo, Njun?" Tanya Harvey tanpa melihat Renjun.
"Udah!" Jawab Renjun, "Ayo kita selesaiin sekarang! Huang Renjun, fighting!" Renjun menyemangati dirinya sendiri dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Tiga jam terlewati dan mereka berdua pun akhirnya selesai.
"Huwaa akhirnya beres juga!" Ucap Renjun senang.
"Betul, gak sia-sia kita ngorbanin waktu sebanyak ini," sahut Harvey bangga menatap hasil pekerjaan mereka.
Kruuyuukk
"Duh, kok gue baru ngerasa laper sih?" Tanya Renjun saat mendengar perutnya berbunyi.
"Sebelum pulang mau makan dulu gak?" Tawar Harvey.
"Mau!"
"Yaudah ayo, di depan komplek sini ada kafe yang enak makanannya. Ayo gue traktir!" Harvey tersenyum.
Dan mereka pun pergi dari rumah Harvey. Mereka memang mengerjakannya di rumah Harvey karena Harvey memiliki peralatan yang mumpuni sehingga mempermudah pekerjaan mereka.
"Mau makan apa, Njun?"
"Apapun yang penting pedes hehehe."
"Perut lo gak akan sakit?"
Renjun menggeleng, "Gak akan, tenang aja."
Dan akhirnya Harvey memesan satu ramen pedas dan smoothie buah untuk Renjun.
"Wuah, ittadakimasu~" Renjun mulai memakan ramennya. Karena saking bersemangatnya Renjun menyeruput mie, akhirnya mata dia sedikit terciprat kuah ramennya.
"Aw! Perih banget mata gue, njirr," Renjun mengucek-ngucek matanya.
"Eh jangan dikucek, Njun. Ini ambil tisu yang udah gue kasih air, seengganya bisa sedikit membantu." Harvey menyodorkan tisu itu pada Renjun.
"Makasih," ucap Renjun.
"Coba sini gue liat mata lo, Njun." Harvey sedikit berdiri dan mendekatkan wajahnya untuk melihat mata Renjun.
Ckrek!
Ckrek!
"Oh gak masalah kok, nanti juga sembuh. Kebetulan gue bawa obat tetes mata, nih pake."
"Thanks banget, bro!" Renjun tersenyum.
"Ayo kita lanjutin makannya!" Dan Renjun mulai melanjutkan acara makannya. Harvey tertawa melihat tingkah Renjun. Harvey senang saat melihat Renjun tersenyum seperti itu.
Tadinya dia memang berniat untuk mengganggu hubungan Renjun dengan Jeno, bahkan dia yang sengaja mengulur waktu supaya Renjun membatalkan janjinya. Tapi itu hanya terjadi beberapa hari saja dan ia tidak melanjutkan niatnya lagi ketika melihat Renjun yang sangat bahagia saat sedang menceritakan Jeno. Harvey merasa bahwa dia pasti tidak akan bisa menyaingi Jeno yang jelas-jelas sudah mendapatkan hati Renjun seutuhnya. Makanya, dia merelakan Renjun bersama Jeno. Harvey berharap semoga Jeno selalu membahagiakan Renjun.
"Njun, pulangnya mau gue anter?"
"Gak usah, gue mau pergi dulu buat beli hadiah takutnya ngerepotin lo. Makasih tawarannya."
"Beneran gak usah dianter, nih?"
"Iya, beneran," ucap Renjun, "Eh gue udah beres nih. Mau pulang sekarang?" Harvey mengangguk.
"Hati-hati pulangnya ya, Njun!" Harvey melambaikan tangannya dan pergi dari sana. Renjun melambaikan tangannya kembali pada Harvey.
"Hadiah apa yang kira-kira cocok buat Jeno, ya?" Gumam Renjun. Dirinya tersenyum membayangkan ekskpresi Jeno saat menerima hadiahnya nanti dan bagaimana terkejutnya Jeno saat dirinya memberinya suprise.
Disisi lain, Soojin tersenyum kemenangan karena berhasil mengambil foto Renjun bersama Harvey yang akan dia pakai untuk memfitnah Renjun.
"Mampus lo, Huang Renjun," ucapnya sinis.
.
.
Bodoamat belum 3 hari juga, pengen up chap yg ini soalnya.. Otw konflik yeorobun... 😊😊😊
See you~
-Auva✨
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] A Cute Moments || NoRen
Truyện NgắnHuang Renjun, bocil yang kadang barbar tapi kadang imut dari jurusan teknik otomotif di SMK Neo Culture Technology dipertemukan dengan Lee Jeno, seorang dokter muda yang tampan idaman semua kalangan. ••• "Eh, om, kenapa nih mobilnya?" "Enak aja pang...