Hari acara akhir tahun sudah tiba, Julio sangat bersemangat. Karena Ia adalah salah satu panitia, maka Ia dianjurkan untuk datang jauh lebih awal.Tanggal 30 Desember tahun ini mungkin saja akan menjadi hari terbaik baginya. Beruntung dirinya masih bisa berkumpul dengan teman-temannya yang aneh-aneh semua dalam acara akhir tahun ini. Acara mereka diselenggarakan di Whiz Hotel, Jakarta.
Bodohnya, Julio lupa untuk memberitahu Kacey bahwa dirinya akan menjeput. Untung saja, Kendra yang memberitahu Kacey. Julio ini benar-benar teledor.
Julio tengah duduk di lantai menyimak teman-temannya memasang dekorasi. Karena kurang kerjaan, Julio ikut membereskan barang-barang agar dirinya lebih berfaedah di sini.
Kendra yang melihat Julio tengah beberes langsung mencari Yuki ingin meminta sesuatu.
"Yuki, nanti gue minta adegan khusus Julio nyanyi boleh gak? Tiga menitan aja kok."
"Lah? Buat apaan?"
"Mau gue paksa nembak Kacey."
"WAAAH boleh, boleh!" Yuki pasti langsung setuju kalau begini.
"Oke, deh." Kendra pun mendatangi Julio, bersamaan dengan kemunculan Chase. Chase sebenarnya bukan panitia tapi karena gebetannya adalah panitia, Ia juga ingin ikut membereskan.
"Lah elu kok di sini bambang?" tanya Kendra menunjuk Chase.
"Ada Olivia, jadi ngikut aja." jawab Chase dengan santai.
"Eh, gue mau ngasih tahu sesuatu nih!" kata Kendra dengan girang.
"Apaan tuh?" tanya Julio dan Chase bersamaan.
"Lu-" Kendra menunjuk Julio "-harus nembak Kacey malam ini."
"UWAPAA?" Julio terperanjat kaget. Meskipun masih ada beberapa jam menjelang acara, tetap saja mental Julio belum siap. Apalagi tiba-tiba begini.
"Ide yang bagus, tuh." kata Chase bersemangat.
"Gue gatau mau nembak kayak gimana, tanpa persiapan begini."
"Eits, jangan takut. Ada gue bisa bantu." Chase sebagai mantan playboy tak akan tinggal diam. Nembak cewek adalah keahliannya semasa masih playboy.
"Yaudah gimana?"
"Elu nyanyiin dia." kata Kendra langsung, berhubung Ia meminta izin pada Yuki untuk tiga menit di atas panggung.
"Pake lagunya Harry Styles." sambung Chase.
"Hah? Yang mana?" tanya Julio kebingungan.
"Yang biasa Avi nyanyi, Sweet Creature." kata Chase menjentikkan jarinya.
"Oh lagunya Harry itu. Lah iya ya?" Julio baru sadar.
"Iya, iya yang itu. Boleh banget." Kendra mengangkat kedua jempolnya menyetujui ide brilian Chase.
"Terus gue nembaknya gimana?"
"Elu ngomong gini. Jangan salah ya." Julio mengangguk menyimak Kendra baik-baik.
"¿Quieres-"
"Keres-" ucapan Julio dipotong oleh Kendra. "APAAN KERES, Quieres woi!" Kendra sebagai orang Spanyol tentu tidak terima
"Quieres...?"
"Ser-"
"Ser...m"
"Mi"
"Mi.....?"
"Novia?"
"NoviAAA???"
"Ga gitu, Bambang." Kendra menepuk jidatnya.
"Novia?" ulang Kendra.
"Novia?"
"Nah itu baru bener."
"Susah banget ya ngomong doang." Chase lelah sendiri mendengar Julio salah menyebutkan kata.
"Diem lu, mentang mentang profesional."
"Dih, apaan? Nggak, nggak." Chase yang disindir secara halus merasa tak terima.
"Diem lu berdua, gue kawinin baru tau rasa."
"AMIT-AMIT."
Mereka bertiga bebas ribut karena ruangannya sangat besar. Meskipun suara mereka keras, keheningan lebih dominan.
"Ulang coba ulang."
"¿Quieres ser mi novia? Gitu?" (Intinya nembak) tanya Julio, Kendra mengangguk membenarkan.
"Ya terus apa lagi?" tanya Julio.
"Latihan gitar lah bodo, tuh Engky bawa gitar. Pinjam, nanti gue cariin chordnya." Chase menyuruh Julio pergi meminjam gitar pada Engjy yang berada jauh di sudut lain ruangan.
"Haish jauh pula." dengan malas, Julio berjalan pada Engky dengan malas-malasan.
Setelah Julio kembali dengan gitar klasik hitam milik Engky, mereka bertiga duduk bersila melingkar dengan Julio yang fokus pada ponsel Chase untuk melihat chord.
"Aduh kok susah dihafal?"
"Itu cuma ada G, C, B minor, E minor, D, sama A minor diulang-ulang. Di mana susahnya?" Kendra menaikkan satu alisnya.
"Yang gitaris profesional mana paham." Julio ingin sekali menampol Kendra dengan gitar milik Engky kalau saja Ia tidak ingat bahwa gitar ini bukan miliknya.
"Iya deh ampun."
"Oh iya, kalau lagi nyanyi lu tutup mata, kalau buka mata usahakan tatap dia lekat-lekat." Chase menyarankan.
"Gue tutup mata tau-tau jatuh ke belakang nanti."
"HAHAHAHAHAHAHA" tawa Chase dan Kendra meledak.
"Gak gitu juga woi." Chase memukul bahu Julio pelan.
"Nyanyinya harus penuh penjiwaan biar feelnya dapat."
"Gue takut gemeteran di atas panggung, tau. Apalagi banyak guru. Apalagi Pak Wawan, malu-maluin." kata Julio menyebutkan guru sejarahnya yang kalau ceramah bisa panjang kali lebar kali tinggi. Sampai ngantuk orang-orang dengarnya.
"Gapapa, gue udah ada rencana yang bagus buat Pak Wawan nanti." Kendra mengedipkan satu matanya.
"Jijik, Ken." Chase mendorong pelan kepala Kendra dan Kendra hanya tertawa puas memandang ekspresi jijik dari kedua temannya.
"Sinting amat lo." kata Julio lanjut memetik gitar Engky yang berada di pangkuannya.
"Emang sinting, kok. Teman-temannya apalagi." kali ini Chase dan Julio menoyor kepala Kendra hingga terhuyung ke belakang dan kedua kakinya mendarat teoat di wajah kedua sahabatnya itu.
"WOI KAMPRET!" keduanya langsung memegang wajah mereka dan memukul kaki Kendra.
Kendra hanya lalu tertawa puas sambil memegang perutnya yang sakit karena terlslu banyak tertawa. Kendra lalu bangkit, memperbaiki posisi duduknya dan mulai bercerita dengan dua sahabatnya itu.
Mereka bertiga bermain gitar sambil bercerita sampai senja dan matahari mulai terbenam. Akhirnya, Kendra menyuruh Julio untuk pulang berganti baju dan menjemput Kacey sementara dirinya sendiri pulang berganti baju lalu menjemput Mindy. Sementara Chase pulang ke rumah dan kembali lagi ke Hotel Whiz.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIWI [Completed✔]
Teen Fiction"Lu tergila-gila ya sama kiwi?" tanya Julio penasaran. "Ya gitu deh." jawab Kacey. "He adek gue lu apain?" tanya Kendra dengan wajah garang. Kisah tentang seorang pemuda tengil yang kaku dalam percintaan dan seorang gadis pecinta kiwi dan seorang pe...