Tama paham bahwa Gilang adalah man of action.
Sedikit bicara, banyak bekerja.
Dan ini berlaku ke seluruh aspek kehidupannya, termasuk dalam urusan cinta.
Tama dan Gilang sudah tidak bisa disebut teman, sahabat, bromance, atau apalah itu. They've kissed. Tounges included.
Tapi ya cuma itu. Setelahnya, Gilang kembali seperti semula. Seakan-akan tidak ada apa-apa.
Saat ini, Tama sedang tiduran di kasur Gilang, memandangi punggung laki-laki yang sedang konsentrasi merevisi skripsinya. Ingin rasanya Tama bertanya; Are we dating? Are we not? Are you my boyfriend? Am I yours?
Siaaaalll, kenapa gue jadi menye-menye begini sih sianjiiirr...
"Tam? Udah tidur?"
Tama buru-buru menutup matanya dan pura-pura terlelap. Ia merasakan gerakan di dekatnya. Tama menahan nafas.
"Tam?" suara Gilang sangat dekat, Tama bisa merasakan nafas Gilang berhembus di pipinya. "Mau makan nggak?"
Jemari Gilang dengan lembut menyusuri rambut Tama yang jatuh ke dahi, dan mendaratkan sebuah ciuman singkat di kening Tama.
"Tama udah tidur? Aku ke luar dulu ya cari makan," bisik Gilang.
Tama susah-payah menahan diri untuk tidak bergerak.
"I love you, Tam," bisik Gilang tidak diduga, tepat di telinga Tama.
Spontan, Tama membuka mata dan langsung mengambil posisi duduk.
"CURANG LO NGOMONG GITU PAS GUE TIDUR!!!" Tama medelik kesal.
Gilang tertawa terpingkal-pingkal hingga matanya berair. "Soalnya gue tau lo pura-pura tidur," ujar Gilang di sela-sela tawa.
Tama mendengus kesal dan menutup mukanya dengan bantal. Gilang menarik bantal tersebut dan melemparnya ke lantai. Ia menghimpit tubuh Tama, memaksa cowok itu untuk melihat ke arahnya.
"But I do love you, though," kata Gilang, kali ini serius.
Wajah Tama merah padam, hingga ke telinga.
Indeed, Gilang is a man of action. Tapi sekalinya bicara, bumi Tama dibuat gonjang-ganjing.
"Sana makan!" suruh Tama sambil mendorong dada Gilang.
"Nggak ikut?"
"Nggak."
"Nggak laper?"
"Nggak."
"Nggak sayang aku?"
"Say—" Tama berhenti.
Gilang mengangkat sebelah alisnya, bibirnya membentuk seringai iseng. Tama mengambil bantal yang tadi dibuang Gilang dan melempar cowok yang sedang terbahak-bahak itu.
Tawa Gilang masih belum reda saat ia melambaikan tangan dan pergi meninggalkan Tama yang wajahnya seperti kepiting rebus.
Curang, Lang. Curang.
Tapi hati Tama berkata sebaliknya.
Happy, Lang. Happy.
Tiba-tiba, Tama teringat sesuatu. Dengan senyum lebar, ia membuka jendela dan melongok ke luar.
"JANGAN LUPA BELI INDOMIE GORENG JUMBO!!!" teriak Tama pada Gilang yang baru saja membuka pagar. "SAMA TELOR!!!"
Gilang tergelak, dan mengedipkan sebelah matanya ke arah Tama sebelum menutup pintu pagar.
Shiiiieeeettt. Effortlessly romantic.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Us Tell You a Story
Teen FictionDISCLAIMER: INI CERITA COWO SUKA COWO JADI YANG MERASA TERGANGGU, JUST LEAVE. GA PERLU PREACHING DI SINI. THANK YOU. I LOVE YOU. *** Mereka bilang Gilang dan Tama pacaran. Mereka bilang Gilang dan Tama pasangan. Tapi apa iya? Yuk baca keseharian ran...